Mohon tunggu...
Dhiya UlHaqqi
Dhiya UlHaqqi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tukang Ngobrol

Psikologi Industri Organisasi, Psikologi Sosial Budaya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hidup Minimalisme, Kurang Lebih Baik Dari Pada Tambah

14 Agustus 2023   14:10 Diperbarui: 14 Agustus 2023   20:45 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/id-id/foto/kolase-potret-wanita-ceria-3807758/ 

Pengaruh yang merajalela dari iklan, media sosial, dan budaya konsumsi mendorong fenomena ini. Konsumerisme berlebihan telah memiliki banyak konsekuensi negatif terhadap masyarakat, individu, dan bahkan lingkungan, meskipun konsumsi sendiri tidaklah buruk.

Selain itu, konsumerisme juga dapat berdampak pada kesehatan mental seseorang. Perasaan tidak puas yang berkelanjutan seringkali dikaitkan dengan keinginan untuk terus membeli dan memiliki barang baru. Jika seseorang tidak memiliki barang-barang terbaru atau terbaik yang dipromosikan oleh media, mereka dapat merasa rendah diri. Konsumerisme juga meningkatkan stres dan kecemasan karena orang tertekan untuk menjalani gaya hidup konsumtif yang seringkali lebih mahal daripada yang mereka bisa bayar.

Konsumerisme memiliki efek sosial yang tidak dapat diabaikan. Masyarakat mengukur status sosial dan nilai seseorang berdasarkan apa yang mereka miliki. Hal ini juga dapat mengganggu hubungan antarpersonal yang lebih penting. Selain itu, prinsip seperti empati, solidaritas, dan kepedulian sering kali terabaikan ketika orang berfokus pada hal-hal material.

Sebuah gerakan yang mendukung minimalisme, prinsip dasar hidup, muncul di tengah kegembiraan konsumerisme yang semakin meningkat. Minimalisme bukan hanya sebuah tren, tetapi juga sebuah pandangan hidup yang mengajak kita untuk merenungkan arti sebenarnya dari apa itu kebahagiaan dan kepuasan.

Pada dasarnya, minimalisme adalah tentang memilih apa yang benar-benar penting dalam hidup kita dan membebaskan diri dari beban berlebih yang sering kita akumulasi. Ini bukanlah tentang hidup dalam kekurangan atau kehampaan, tetapi lebih tentang menghargai apa yang kita miliki dan membebaskan diri dari rantai keinginan konsumtif yang tidak pernah berakhir.

Minimalisme adalah pilihan yang kuat di dunia yang sering mendorong kita untuk mengejar lebih banyak harta dan kekayaan. Salah satu prinsip utama minimalisme adalah penghapusan yang sadar dari semua yang kita miliki, tidak hanya barang fisik, tetapi juga rutinitas sehari-hari, hubungan, dan tanggung jawab kita. Ini bukan tentang kehilangan identitas kita; itu tentang menemukan esensi kita tanpa terhalang oleh hal-hal yang tidak penting dan harta benda.

kebebasan dari perasaan harus selalu mengikuti tren terbaru, dan kebebasan untuk fokus pada apa yang benar-benar berarti dalam hidup kita. Ini adalah perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri, nilai-nilai yang benar-benar penting, dan apa yang membuat kita benar-benar bahagia.

Kita dapat memperoleh kebebasan yang luar biasa dengan menjalani gaya hidup minimalis. Kebebasan dari belenggu keinginan yang tak terkendali, kebebasan dari perasaan yang selalu mengikuti mode, dan kebebasan untuk berkonsentrasi pada apa yang benar-benar penting dalam hidup kita adalah semua hal yang perlu kita miliki. Ini adalah perjalanan menuju pemahaman yang lebih baik tentang apa yang membuat kita bahagia, nilai-nilai yang benar-benar penting, dan siapa kita.

Dalam artikel ini akan membahas bagaimana Anda dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, memberi Anda pemahaman tentang mengapa mengurangi lebih baik dari pada menambah, dan bagaimana minimalisme dapat menjadi kunci untuk mengatasi dampak negatif dari terlalu banyak mengonsumsi. Jika Anda mencoba menjalani hidup yang lebih sederhana, Anda akan menemukan kekayaan dalam kebahagiaan dan ketenangan pikiran.

Media memainkan peran penting dalam menentukan persepsi kita tentang kebutuhan dan keinginan, yang merupakan komponen utama yang mendorong spiral konsumsi. Akibatnya, masyarakat sering terjebak dalam persaingan untuk mengikuti tren dan tetap modis, terutama di era media sosial yang penuh dengan aktivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun