Mohon tunggu...
Dhiya Turfa
Dhiya Turfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa sastra Indonesia, Universitas Pamulang

Membaca novel dan menonton film action, fiksi

Selanjutnya

Tutup

Book

Alur Cerita Pertempuran 2 Pemanah Arjuna-Karna

15 Desember 2023   23:32 Diperbarui: 15 Desember 2023   23:50 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak Kurawa ikut tinggal di Hastinapura, banyak sekali kerusuhan yang terjadi, mereka merusak beberapa tempat di kerajaan termasuk membuat keributan yang berawal dari sebuah pesta malam, Sengkuni anak dari raja Plasajenar yang selalu berhasil menghasut Duryudana dan Samiaji untuk melakukan sebuah permainan dadu dan menjebak Samiaji yang kalah harus meninggalkan kerajaan Hastinapura selama-lamanya. Tentu tak hanya Samiaji saudara-saudaranya bersama istri Samiaji yaitu Drupadi ikut tinggal di hutan Bajubarat yang terkenal angker banyak ditinggali makhluk tak kasat mata dan para raksasa ganas. Tak disangka dari tinggal dihutan tersebut, karena sebuah kecelakaan Samiaji memimpin sebuah kerajaan yang awalnya tak kasat mata, kerajaan tersebut diberikan oleh raja dari bangsa jin yaitu Prabu Yudhistira yang sepenuhnya memberikan kerajaanya untuk dipimpin Samiaji yang berganti nama menjadi Prabu Yudhistira untuk menghormatinya.

Megahnya kerajaan Amarta terdengar oleh banyak kerajaan termasuk Hastinapura. Sulung kurawa memanggil Yudhistira untuk menghadiri pesta di kerajaan Hastinapura, kedatangan Yudhistira bermaksud untuk membicarakan haknya akan tahta Hastinapura berakhir pada bencana. Drupadi yang dilecehkan didepannya oleh Dursasana adik Duryudana hingga para Pandawa yang harus mengasingkan diri selama 13 warsa tanpa ketahuan para Kurawa, jika sampai Kurawa mengetahui keberadaannya maka 13 warsa itu akan diulang hingga para Pandawa benar-benar berhasil. 13 warsa berhasil dilalui oleh Pandawa, namun banyak kekacauan yang melibatkan banyak kerajaan yang dilakukan oleh Kurawa karena mendengar keberadaan Pandawa.

Tak tinggal diam, atas banyak pertimbangan untuk mengakhiri pertarungan ini benar-benar harus diakhiri dengan perang antara Kurawa dan Pandawa. Bermaksud untuk menghalangi terjadinya perang yang mengharuskan Karna memihak Kurawa meskipun sebenarnya dia adalah saudara kandung Pandawa, tak dipungkiri Duryudana telah baik padanya bahkan membuat Karna sekarang tak lagi dipandang sebelah mata dan menjadi orang terhormat, Dewi Kunti mengaku bahwa Karna adalah putra kandungnya tak membuat Karna mengalah untuk melawan saudara kandungnya sendiri. Meskipun benar hal itu sempat membuat Karna goyah pada detik-detik mulainya peperangan, namun istrinya yaitu Surtikanti yang selalu ada dan menjadi penenang kecemasan Karna, begitupun sebaliknya Karna juga dengan lembut menenangkan Surtikanti yang khawatir padanya saat mengetahui salah satu pusaka untuk melawan Arjuna telah hilang.

Perang Bharatayudha akhirnya terjadi, banyak kerajaan yang memihak pada Pandawa namun tak sedikit juga kerajaan yang memihak Kurawa. Selama 79 hari berperang 2 kereta yang ditunggangi Arjuna dan Karna bertemu. Karna yang melesatkan belasan panah pada Arjuna namun dalam waktu yang hampir bersamaan Arjuna membalas mengeluarkan gandewa emas dan melesatkannya pada Karna membuat panah yang diluncurkan keduanya bertubrukan di udara. Rintik hujan terasa tak membuat keduanya lengah, Arjuna melepas salah satu pusakanya dari sekian banyak panah yaitu Kiai Sarutama yang membuat Karna mengeluarkan Keris Katilada. Hingga sore hari Karna mengambil panah Wijayacapa bersamaan dengan Arjuna yang meluncurkan Pasopati dan Harudadali, meski kalah cepat dengan Wijayacapa yang berhasil menggores leher Arjuna, namun Pasopati juga berhasil meluncur cepat mengenai dada Karna.

Karna hanya tampak berdiri dengan sorot mata tajam dan kaku terdiam, dan berkata untuk Arjuna turun dari keretanya. Arjuna yang juga terheran melihat kedua anting di telinga karna berubah wujud menjadi sepasang ular berkepala naga yang menyerang Arjuna, namun dengan lihai Arjuna menghunusnya dengan Keris Pulanggeni yang membuat kepala naga itu putus. Dan sebenarnya Karna sejak tadi telah benar-benar mati. Jasadnya Karna dibersihkan pada malam hari, Surtikanti melihat suaminya meraung menangis. Pada saat yang sama Arjuna demam tunggi akibat racun panah Wijayacapa yang menggores lehernya.

Banyak nilai moral yang terkandung dalam novel ini, bagaimana tokoh Samiaji yang mengajarkan bahwa sesuatu yang kita alami dianggap buruk jika dihadapi dengan sabar dan ikhlas akan mendatangkan sesuatu yang luar biasa diluar dugaan kita. Bagaimana tokoh Karna yang berjuang tanpa henti walau nasibnya yang kurang beruntung dan selalu dianggap sebelah mata akhirnya membuahkan hasil karna kesungguhannya dan pantang menyerah. Bagaimana tokoh Arjuna meskipun lahir dalam keluarga terpandang ia tetap mencari ilmu ke berbagai tempat dan selalu rendah hati. Dan masih banyak lagi tokoh yang menjadi inspirasi untuk kehidupan manusia pada saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun