Mohon tunggu...
Dhiya Salma Zharifa Husna
Dhiya Salma Zharifa Husna Mohon Tunggu... -

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jejak Seorang Pemuda

20 April 2015   04:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pemuda, mendengar kata ini beribu bahasa senantiasa menggambarkannya. Pahit manis akan tingkah seorang pemuda begitu luar biasa. Tentu era pemuda saat ini dan dulu pun berbeda seiring perkembangan zaman yang semakin hari semakin memprihatinkan, mengapa dikatakan dapat memprihatinkan? Dikarenakan terjadi krisis budaya dalam negeri yang disebabkan oleh budaya asing masuk tanpa adanya filter yang kuat sehingga berdampak pada para pemuda itu sendiri yang berakibat krisis identitas seorang pemuda. Kita ambil contoh saja teknologi gadget sekarang yang semakin canggih.

Perhatikan saja disepanjang jalan, masyarakat khusunya pemuda selalu memegang gadget walaupun tidak dioperasikan namun selalu ada pada genggaman tangan, tahukah anda ternyata dampak negatif dari gadget pun sangat luar biasa sehingga membuat para pemuda hanya terfokus hanya pada hal-hal yang ada pada gadget miliknya. Suatu keniscayaan bahwa akibat gadeget menjauhkan yang dekat namun mendekatkan yang jauh. Dapat tergambar dalam teori George Simmel yang menyatakan masyarakat pada era ini telah mengalami ketimpangan akibat dominasi kebudayaan objektif atas kebudayaan subjektif.

Disamping itu hal-hal serba instan akibat modernisasi yang mengglobal membuat para pemuda terlena sehingga mereka terlalu nyaman pada zona aman yang ia miliki. Akibatnya tidak muncul dalam diri sebuah pergerakan untuk mencetak dobrakan baru agar dapat keluar dari zona nyaman tersebut dan menghasilkan sebuah perubahan. Dapat kita lihat pula sekarang kepekaan para pemuda sangat minim akan keadaan sosial yang terjadi di masyarakat, ini merupakan salah satu hasil dari krisis identitas para pemuda.

Seharusnya pemuda paham akan peranannya, ingatlah bahwa peran pemuda yaitu sebagai Agent of Change, Social Control, dan Iron Stock namun ada tambahan untuk melengkapinya yaitu Moral Force. Keempat peranan ini harus lah dapat dimaknai oleh para pemuda sehingga timbul kepekaan hati bahwa ia memiliki peranan dalam menghadapi permasalahan yang ada di masyarakat. Jadi lah seorang pemuda yang visioner dan inovatif akan tetapi tak lupa kemampuan, karya, dan intelek selalu perlu kita asah sebab semakin kekinian tantangan zaman semakin berat dan perlu pemuda-pemuda yang tangguh yang siap dalam menghadapi tantangan zaman. Maka dari itu para pemuda perlu ditempa akan berbagai ujian sehingga tercipta pribadi yang tangguh pula.

Walau pun pada era ini banyak pemuda yang tak sadar akan perannya, tapi jangan lah khawatir masih ada para pemuda yang peka akan lingkungannya dan terus belajar terhadap apa-apa yang terjadi. Sehingga menjadi pribadi pemuda yang pembelajar, tak lupa pula pemuda pun harus kritis sehingga pandai membedakan mana yang baik dan tidak, mana yang asli atau tipudaya. Ingatkah kata-kata sang pemimpin pertama negeri ini yaitu “Berilah aku sepuluh pemuda maka akan kugoncangkan dunia” dari kata-kata tersebut saja telah tersurat bahwa pemuda merupakan sosok yang luar biasa. Sebab yang membedakan golongan muda dan tua adalah semangat, idealisme dan kesempatan.

Karena sejatinya pemuda itu bergerak bukan diam, maka dari itu jadi lah pelaku sejarah bukan penonton sejarah. Karena bila kita menjadi pelaku sejarah maka kita akan mencetak sebuah kejadian yang belum tentu dialami semua orang karena hidup merupakan sebuah pilihan. Berlelah-lelah lah, manisnya hidup terasa setelah berjuang.

Siapakah pemuda itu? Pemuda itu adalah saya. Seperti apa perangainya? Perangainya seperti diri saya yang terus belajar. Lalu seperti apa tingkahnya? Tingkahnya yang selalu memberikan kebermanfaatan untuk orang lain yang diharapkan ada dalam diri saya. Terus lah berjuang wahai para pemuda karena nasib bangsa berada dalam genggaman mu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun