SURABAYA Gedung Nano Universitas Airlangga merupakan gedung milik Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) yang juga berfungsi sebagai Gedung Kuliah Bersama (GKB) bagi mahasiswa semester awal dari berbagai fakultas untuk menempuh Mata Kuliah Wajib Universitas (MKWU). Namun, untuk menampung 9.005 mahasiswa baru Universitas Airlangga angkatan 2023, ketidaksetaraan fasilitas antarkelas yang disediakan Gedung Nano terutama pada kursi patut dipertanyakan. Terdapat dua jenis ruang kelas dengan kursi yang berbeda, yakni ruang kelas reguler dengan kursi kuliah dan ruang kelas teather dengan kursi bioskop. Banyak dari mahasiswa baru angkatan 2023 menyorakkan rasa ketidakadilan perkara UKT yang mahal tidak sebanding dengan fasilitas yang disediakannya. Lantas, apa yang menjadi sumber penyebabnya? Lantas, apa yang menjadi sumber penyebabnya?
“Sebenarnya, awal mula dibedakannya kursi itu karena kita nurutin permintaan dari eksternal, karena permintaan dari mereka tidak selalu sama. Kadang ada yang maunya kelas teather untuk keperluan presentasi, kadang ada yang maunya kelas reguler untuk keperluan diskusi (kursi kuliah bisa lebih gampang untuk diatur, diputar ke belakang),” jawab Mas Yaka, petugas Sarana Prasarana Gedung Nano Universitas Airlangga.
Ketimpangan fasilitas ini juga memunculkan kekhawatiran tentang pengaruhnya terhadap pengalaman belajar mahasiswa baru. Dengan adanya perbedaan kenyamanan antarkelas, beberapa mahasiswa mungkin merasa tidak nyaman atau tidak terdorong untuk belajar dengan maksimal.
Selain itu, peningkatan pemeliharaan dan perbaikan fasilitas, terutama pada kursi kuliah yang mengalami kerusakan, harus menjadi prioritas. “Udah bayar UKT mahal-mahal, tapi fasilitasnya nggak memadahi,” kata salah seorang mahasiswa baru angkatan 2023. Bahkan, presentase kerusakan kursi kuliah lebih besar dibanding kursi bioskop. Terdapat berbagai macam kerusakan kursi kuliah, seperti dudukannya miring, dudukan jebol hingga meja patah. Walaupun kursi bioskop juga beberapa mengalami kerusakan, seperti meja patah, atau dudukannya yang tidak berfungsi lagi, presentasenya tidak sebanyak kerusakan kursi kuliah. Hal tersebut memicu lebih dalam kritikan dari mahasiswa baru angakatan 2023.
“Sebenarnya kedua kursi tuh punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, Mbak. Kursi bioskop emang nyaman dan kalaupun yang duduk belakang nggak akan kehalang kepala teman-temannya yang di depan karena model kelasnya seperti bioskop (meninggi), tapi kursi ini susah buat diskusi karena kursinya gabisa di bolak balik. Sebaliknya, kursi kuliah lebih kompatibel untuk diskusi-diskusi, tapi memang kalah nyaman dengan kursi bioskop,” ucap Pak Renno, petugas Sarana Prasarana Gedung Nano Universitas Airlangga.
Sayangnya, belum ada rencana untuk menindaklanjuti disimilarisasi kursi antarkelas di Gedung Nano Universitas Airlangga. Bertubrukannya permintaan eksternal dengan permintaan dari mahasiswa baru Universitas Airlangga itu sendiri menyebabkan kebimbangan yang belum berujung pada sebuah solusi bagi petugas sarana prasarana Gedung Nano Universitas Airlangga. “Kadang kita juga bingung, Mbak. Kalau mau nurutin keluhan mahasiswa, permintaan eksternal kan juga nggak bisa kita abaikan begitu saja, untuk itu, kita terpaksa buat dua model kelas dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Soalnya kita juga ga ngatur penempatan mahasiswa ditaruh di kelas mana-mana-nya juga, jadi tergantung sampeyan bejo atau nggak,” ucap Pak Renno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H