Dampak pariwisata terhadap masyarakat dan lingkungan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu dampak sosial-ekonomi, dampak sosial-budaya, dan dampak lingkungan. Menurut Erick Cohen (1984), pembangunan pariwisata pada suatu daerah dapat memberikan dampak positif, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan penerimaan devisa, peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha, serta peningkatan pendapatan pemerintah.
Sedangkan dampak negatifnya dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Dampak terhadap lingkungan, dampak terhadap masyarakat lokal, dan dampak terhadap budaya. Untuk dampak terhadap lingkungan dapat berupa pembangunan infrastruktur pariwisata yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem di pulau, seperti terganggunya habitat flora dan fauna, pencemaran air dan udara, serta pembuangan sampah yang tidak terkendali. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat lokal dan wisatawan. Untuk dampak terhadap masyarakat lokal, yaitu pengembangan pariwisata di pulau dapat menyebabkan ketidakmerataan pendapatan, perubahan budaya, dan konflik sosial. Ketidakmerataan pendapatan dapat terjadi akibat tidak semua masyarakat lokal dapat memperoleh manfaat dari pengembangan pariwisata. Perubahan budaya dapat terjadi akibat masuknya budaya luar yang dibawa oleh wisatawan. Konflik sosial dapat terjadi akibat persaingan antar kelompok masyarakat lokal dalam memperebutkan sumber daya pariwisata. Sedangkan untuk dampak terhadap budaya, yaitu pengembangan pariwisata di pulau dapat menyebabkan kehilangan identitas budaya dan pelestarian budaya yang tidak berkelanjutan. Kehilangan identitas budaya dapat terjadi akibat masuknya budaya luar yang lebih dominan. Pelestarian budaya yang tidak berkelanjutan dapat terjadi akibat tidak adanya perencanaan dan pengelolaan yang tepat.
Untuk meminimalkan dampak negatif tersebut, diperlukan perencanaan dan pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat lokal, dan wisatawan. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif pariwisata di pulau:
- Pembangunan infrastruktur pariwisata yang berkelanjutan
Pembangunan infrastruktur pariwisata harus dilakukan dengan memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan, menerapkan teknologi ramah lingkungan, dan memperhatikan dampak lingkungan dari pembangunan tersebut.
- Pengelolaan lingkungan yang ketat
Pengelolaan lingkungan harus dilakukan secara ketat untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat pariwisata. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan peraturan yang ketat terkait pengelolaan sampah, limbah, dan polusi.
- Pemberdayaan masyarakat lokal
Pemberdayaan masyarakat lokal harus dilakukan untuk memastikan bahwa masyarakat lokal dapat memperoleh manfaat dari pengembangan pariwisata. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan, bantuan modal, dan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal.
- Pelestarian budaya
Pelestarian budaya harus dilakukan untuk menjaga kelestarian budaya lokal. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat lokal tentang budaya mereka, serta mempromosikan budaya lokal kepada wisatawan.
Pengaturan Penggunaan Lahan dan Sumber Daya
Pengaturan penggunaan lahan dan sumber daya dalam wilayah pesisir adalah kunci penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan pesisir dan laut. Wilayah pesisir sering kali menjadi titik pertemuan berbagai kepentingan, termasuk pertumbuhan populasi, pariwisata, perikanan, pertanian, industri, dan konservasi alam. Oleh karena itu, diperlukan kerangka kerja yang berfokus pada pengelolaan yang bijaksana dan berkelanjutan. Pengaturan penggunaan lahan dan sumber daya juga melibatkan penetapan zona-zona yang sesuai, yang dapat mencakup zona lindung, zona pertanian, zona pariwisata, dan lainnya. Pada tingkat lokal, hal ini dapat berarti pembatasan pembangunan di daerah-daerah yang rawan terhadap erosi pantai atau banjir, serta mempromosikan penggunaan lahan yang mendukung pertanian berkelanjutan.
Pentingnya pengaturan yang bijaksana dalam penggunaan lahan dan sumber daya di wilayah pesisir adalah untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat lokal. Dengan demikian, pengaturan ini berkontribusi pada pemeliharaan lingkungan alam yang penting dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Pengaturan penggunaan lahan dan sumber daya di Gili Labak menjadi esensial dalam menjaga keberlanjutan ekosistem pulau ini. Gili Labak, yang terletak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Indonesia, adalah sebuah destinasi wisata yang semakin populer, dikenal oleh para pengunjungnya karena pantai pasir putihnya yang indah, terumbu karang yang menakjubkan, serta keanekaragaman hayati laut yang kaya.