Mohon tunggu...
DhiyantiNawang
DhiyantiNawang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pasca Sarjana Prodi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan RI

Mahasiswa Pasca Sarjana Prodi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan RI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kepemimpinan Strategis Presiden Joko Widodo dalam Aspek Komunikasi dan Negosiasi

10 Juli 2023   17:40 Diperbarui: 10 Juli 2023   22:45 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo (Kompas.com)

Ir. H. Joko Widodo merupakan Presiden ke-7 Republik Indonesia yang mulai menjabat sejak tahun 2014. Dalam Pilpres tahun 2019, Joko Widodo kembali terpilih sebagai Presiden untuk masa jabatan yang kedua. 

Setiap Presiden memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Presiden Jokowi menggunakan low context communication dimana bahasa yang digunakan mudah dimengerti dan lugas sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berlainan. Jokowi sebagai mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta memiliki ciri khas dan identitas yang melekat. Jika dilihat gaya komukasi Jokowi, dapat dianalisis dari tiga dimensi, antara lain:

1. Pemimpin Sebagai Pembuat Budaya (Culture Maker)

Jokowi mengundang masyarakat makan bersama (kompas.com)
Jokowi mengundang masyarakat makan bersama (kompas.com)

Sebagai pembuat budaya, Jokowi kerap menyelesaikan berbagai persoalan melalui blusukan, dialog dan musyawah dengan masyarakat. Jokowi dikenal dengan pemimpin yang memilih pendekatan melalui dialog yang sering dikenal dengan istilah "Pendekatan orang Jawa". Pada saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, penataan Pasar Tanah Abang dan Waduk Pluit dijadikan contoh keberhasilan karena persengketaan antara masyarakat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jokowi menyelesaikannya dengan mengundang makan, melakukan dialog, dan mengajak masyarakat bermusyawarah untuk menemukan jalan keluar atas perbedaan yang tejadi. Pembenahan PKL Pasar Tanah Abang tahun 2013 juga relatif mulus. Tak hanya pedagang, para preman juga diajak bicara. Ratusan PKL yang sebelumnya memenuhi trotoar di seputar pasar dan Stasiun Tanah Abang dipindah ke Blok G yang sudah direnovasi terlebih dulu.

Sebelumnya, pada saat menjabat sebagai Wali Kota Solo, Jokowi pernah mengundang pemimpin paguyuban PKL untuk berdiskusi dan makan bersama di Rumah Dinas atau Loji Gandrung. Dalam jamuannya tersebut, Jokowi mengutarakan niatnya untuk memindahkan semua PKL dari Banjarsari. Terdapat sekitar 1.000 PKL yang puluhan tahun berjualan di Banjarsari berhasil direlokasi tanpa gejolak.

2. Pemimpin Sebagai Pembuat Strategi (Strategist)

Sebagai pembuat strategi, Jokowi melakukan berbagai strategi yang ada. Untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat dan memberantas masalah kemiskinan, Jokowi mengambil kebijakan sesuai dengan kondisi nyata yang terjadi pada lingkungan. Masalah ini diselesaikan dengan perlahan melalui kebijakan dan inovasi, contohnya seperti melakukan program Indonesia Pintar melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Terbukti jika Jokowi berhasil membuat masyarakat patuh. Berdasarkan data BPS, terlihat jika jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia menurun sebesar 1,14%. Selain Kartu Indonesia Pintar (KIP), program bantuan sosial lainnya adalah Kartu Indonesia Sehat (KIS) hingga Program Keluarga Harapan (PKH). Jokowi juga mengusahakan reforma agraria dengan melakukan percepatan penerbitan sertifikat hak atas tanah untuk mengurangi terjadinya sengketa lahan akibat ketiadaan sertifikat. Ini menjadi kinerja atau karya nyata yang berhasil di realisasikan oleh Jokowi.

3. Pemimpin Sebagai Pembuat Makna (Sensemaker)

Sebagai pembuat makna, Jokowi selalu berusaha untuk menumbuhkan rasa keterlibatan anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini, Jokowi menggunakan sistem blusukannya untuk melibatkan masyarakat dalam berpartisipasi melaksanakan pembangunan nasional. Jika dianalisis, hal ini adalah perwujudan dari demokrasi sejati dimana menghadirkan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sistem blusukan dan kesederhanaannya dapat mampu menarik perhatian orang di sekelilingnya. Tentu saja hal ini menjadi modal yang baik untuk membentuk tata pemerintahan yang bersih dan transparan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun