Ruang nuansa putih, wangi obat-obatan menyeruak di rongga hidungku membuat kepalaku seketika pusing. 'Dimana aku sekarang?' , ah aku lupa ini kan rumah sakit, tapi 'Kenapa aku bisa dirumah sakit?' 'Ada apa denganku?', padahal baru saja aku pulang dari kegiatanku yang padat dan membantu ibu menyiapkan makan malam. Buyar lamunanku saat pintu kamar terbuka, sosok wanita cantik masuk dengan wajah sendunya, 'kemana wajah cerianya? Biasanya ibu selalu tersenyum melihatku.' Ia berjalan kearah ku berbaring, lalu duduk disampingku dan menggenggam tanganku.
“ Ibu ada apa ini? Kenapa aku disini?”. Seketika air mata ibu terjatuh, ' ada apa ini? Kenapa ibu menangis? Aku sakit apa? Apakah parah?'. Ibu langsung mengusap air matanya, lalu mulai tersenyum walau aku tau itu senyumnya yang dibuat-buat agar aku tenang.
“ tidak apa-apa ibu? Bicarakan saja, aku sakit apa?” “ Maafkan ibu nak, seharusnya ibu tau ini sejak lama, kamu ngidap penyakit genetik kardiovaskular, penyakit jantung dari faktor keturunan”. Bak petir diteriknya siang hari, aku terkejut mendengarnya. Air mataku pun menetes dan menagis, ibu langsung menenangkanku seraya memelukku dan meminta maaf kepadaku, seharusnya ibu tidak perlu meminta maaf padaku karena ini bukan salah ibu, mungkin ini memang sudah takdirku, jalan hidupku.
Sampai tangisku reda, aku membuka mataku dan menemukan aku bukan didalam ruangan bernuansa putih itu lagi sambil mengusap air mata yang ada dipipiku. Ah ternyata itu hanya mimpi. Tapi 'kenapa aku mimpi seperti itu?', mungkin aku lupa baca do'a sebelum tidur atau itu pertanda aku harus menjaga pola hidup sehat karena akhir-akhir ini aku tidak terlalu menjaga pola makan dan berolahraga berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H