Mohon tunggu...
Dhiya Fauzia Fahrudini
Dhiya Fauzia Fahrudini Mohon Tunggu... Penulis - We are what we think!

Perbaiki diri dan lakukan yang terbaik! Mari belajar dan bertumbuh bersama!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saatnya Terkenal di Langit

26 Oktober 2020   21:43 Diperbarui: 26 Oktober 2020   22:12 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi terkenal adalah hal yang diinginkan sebagian manusia. Meski tidak semuanya memiliki keinginan untuk terkenal di muka bumi.  Sudah tentu manusia ingin diakui keberadaannya, dilihat perannya, dan dikenal dengan baik oleh lingkungan sekitarnya. Karena kita adalah makhluk sosial, membutuhkan makhluk lain dalam menjalani kehidupan, bahkan sejak lahir ke dunia pun sudah bergantung pada manusia lainnya.

Namun, di zaman sekarang, banyak manusia yang berlomba-lomba untuk terkenal dengan berbagai macam cara dari yang halal sampai yang haram. Manusia mengira bahwa dengan terkenal maka hidup akan semakin mudah. Namunn, kenyataannya banyak manusia yang tidak bahagia hidupnya.

Terkenal di bumi begitu didambakan. Namun, tidakkah kita terpikir untuk terkenal di langit? Ketika kita sibuk bersolek untuk mulia di hadapan manusia, tidakkah terpikir untuk mulia di hadapan Allah yang Mahamulia?

Ketika Allah menjadikan hamba-Nya mulia, maka akan mulia hamba-ya di hadapan penduduk langit dan bumi. Sebagaimana hadist berikut.

"Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memanggil Jibril seraya berkata, "Sungguh Aku mencintai si fulan, maka cintailah ia." Jibrilpun bergegas dengan serta merta mencintainya, dan berseru dengan lantang kepada penghuni langit, "Allah mencintai si fulan, maka cintailah ia!" Penghuni langit pun seketika itu mencintainya. Setelah itu, di Bumi, ia pun dicintai manusia." (HR. Muslim)

Siapa yang tak ingin dicintai oleh Allah? Dengan cinta-Nya, semuanya akan indah, penuh berkah, dan bahagia dunia akhirat. Rasulullah saw. dan para sahabat banyak sekali memberikan teladan dalam menjaga amalan-amalan kebaikan yang mendatangkan ridha-Nya. Meski manusia tidak tahu apa yang dikerjakannya, namun Allah Maha Tahu. Ketika Allah melirik amalan terbaik kita kepada-Nya, makaa yakinlah, Allah yang akan menundukkan bumi dan seisinya untuk kita. Di sinilah posisi cemburu di perbolehkan. Cemburu dengan manusia-manusia yang terkenal di langit dengan kebaikan-kebaikannya, dimuliakan oleh Allah ta'ala. 

Mengutip tulisan Ustad Salim A.Fillah, "Betapa aku cemburu pada ia yang pandai menyembunyikan kebaikannya. Dunia tidak melihatnya namun surga merindukannya." Masyaa Allah.. Surga yang merindukannya. Bukankah itu yang kita harapkan?

Jangan terbalik. Kita berlomba mengejar eksistensi manusia dengan mengabaikan bahkan melanggar ketentuan-Nya yang malah mengundang murkanya. Mungkin di dunia akan aman, namun bagaimana dengan eksistensinya di hadapan Allah jika ketenarannya diraih dengan cara-cara yang dimurkai-Nya?

Saatnya berlomba-lomba untuk menebar kebaikan di muka bumi ini. Kebaikan tersebar luas, tinggal bagaimana kita memunggut butiran kebaikan itu dan melangitkannya. Berkaryalah, lalu ikhlaslah! Apapun yang kita lakukan di jalan-Nya, jangan jadikan orientasi untuk mulia di hadapan manusia, namun hanya ridha Allahlah yang utama.

Teruslah berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup ini. Ketika orientasi kita adalah mulia di hadapan Allah, mudah bagi Allah menundukkan seluruh makhluk di alam ini. Jangan minder jika kita tak terkenal bumi. Langitkan usaha terbaik kita agar eksistensi kita membumi juga melangit. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun