Mohon tunggu...
Dhiya Fahriyyah Maritza
Dhiya Fahriyyah Maritza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Administrasi Publik (UMJ)

Mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hakikat Bela Negara terhadap Sandwich Generation

30 Desember 2022   13:40 Diperbarui: 30 Desember 2022   13:46 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bela negara merupakan tindakan yang nyata warga negara atas kecintaan pada tanah air, artinya sebagai wujud sikap nasionalisme terhadap bangsa bernegara. Hal itu diperjelas melalui undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang pertahanan negara dan upaya bela negara yaitu “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara”.

Di era globalisasi sekarang ini generasi millenial memiliki peran yang besar dalam mengambil langkah perubahan terhadap lingkungan masyarakat majemuk, terutama atas keluarga mereka sendiri. Akan tetapi, sebagian generasi millenial tidak dapat menempuh bidang pendidikan hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi disebabkan minimnya kondisi keuangan keluarga mereka sendiri dan di sisi lain, mereka dipacu untuk dapat membantu keluarga sekaligus menghidupi dirinya sendiri. Lalu, terkait dengan hal  itu muncul istilah yang disebut Sandwich Generation ­atau generasi roti lapis.

Sandwich Generation pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller seorang professor di Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat di paper-nya yang berjudul “The Sandwich Generation:Adult Children of The Aging” tahun 1981.  Sebagian besar millenials terperangkap dalam sandwich generation. Analisis yang terjadi secara langsung dalam lingkup masyarakat membuktikan bahwa sandwich generation semakin merajalela di Indonesia, ketidaksiapan mereka untuk menangguh beban yang dialihkan sebab keuangan yang tidak memadai. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hanya terdapat 1,8% masyarakat Indonesia yang mempunyai reksadana untuk investasi jangka panjang. Hal ini terjadi dikarenakan generasi millienial kesulitan dalam memfokuskan diri sendiri dengan kehidupannya. Tidak diragukan jika millenials terperangkap dalam sandwich generation saat ini.

Berdasarkan analisis tersebut, bagaimana hakikat bela negara terhadap sandwich generation? Apakah mereka dapat melakukan peranan dan tindakan bela negara tersebut?  Kita tahu bahwa setiap warga negara harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap negara, salah satunya pertahanan negara dan bela negara.

Sandwich generation dapat menerapkan upaya bela negara dalam kehidupan sehari-hari dari segi lingkungan masyarakat salah satunya mewujudkan suasana kerukunan, ketenteraman dan keamanan masyarakat. Sandwich generation diharuskan dapat mengelola uang dengan baik, upaya ini dilakukan dilihat segi lingkungan negara dengan cara membayar pajak tepat waktu serta mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bela negara memiliki pro dan kontra dalam masyarakat karena pemahaman dan persepsi yang salah mengartikannya, contohnya saja sebagian besar masyarakat memandang bahwa bela negara salah satu kewajiban seperti halnya wajib milliter, pada dasarnya bela negara kesadaran diri sendiri (sukarela) terhadap tanah air yang berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara serta usaha pembagunan dengan berkarya nyata untuk membentuk karakter dan kepribadian bangsa Indonesia. Hal lainnya, terkait ini bahwa bela negara tidak harus angkat senjata. Persepsi atau pandangan tersebut harus diluruskan dengan mengarahkan sosialisasi kepada masyarakat. Demikian adanya pandangan ini membuat masyarakat enggan untuk menerapkan sikap bela negara.

Peranan yang dimiliki sandwich generation dalam hakikat bela negara, dengan masalah yang terjadi saat ini, sebetulnya kurangnya pada interaksi terhadap diri sendiri yang terlalu menaungi figur yang perlu di elektabilitasnya tanpa diukur kinerjanya, karakternya yang terpampang oleh televisi. Oleh sebab itu di saat pemilu yang termaksud dalam upaya bela negara, memberikan masalah baru sebagai seorang yang berada di sándwich generation, karena mereka terimpit untuk bertanggung jawab merawat orang tua dan anaknya serta dirinya sendiri disaat yang bersamaan. Sehingga apabila bela negara yang berlebihan seperti terlalu elektabilitas kan seorang figur, karena seorang layak dan tanpa dasar kita terjerumus seolah-olah di hipnotis. Sebagai warga negara Indonesia tidak asing mendengarnya bahwa kita hidup di negara demokrasi, akan tetapi dari diri sendiri yang terlalu melebih-lebihkan bela negara yang menimbulkan dampak buruk. Seketika kita terhipnotis namun tidak menguntungkan kita sedikitpun, melainkan hanya menguntungkan pihak terkait, karena bela negara pemilu ini sebetulnya terdapat hal lain selain kita memilih suara atau coblos dengan bebas (tanpa golput) yaitu pemangku kepentingannya (partai politiknya) saja yang berhak memilih dan berakhir pada dua tokoh saja, seperti halnya pemilu 2019.

Lalu, terkait ini sebagai sándwich generation kita dituntut berintelektualitas supaya bisa membedakan bela negara yang baik dan buruk. Pada dasarnya semua ini tergantung bagaimana aparat politik memberikan arahan dan pandangan kepada masyarakat, jika kita sebagai sandwich generation dituntun untuk mengarahkan pandangan itu dengan cara berpikir sendiri tanpa adanya keterlibatan dari aparat politik kegiatan bela negara tersebut tidak terjalin dengan semestinya. Mereka yang berperan sebagai generasi sandwich enggan untuk melakukan hal itu karena sebagian mereka beranggapan bahwa beban yang mereka tangguhkan sudah cukup berat dan untuk melakukannya harus memberikan ruang serta waktu mereka. 

Seorang yang berperan dalam sándwich generation mengabaikan fokus kesehatan mereka yang mengakibatkan anxiety, depresi dan perasaan terisolasi. Hal ini dapat berpengaruh dalam bela negara, mengapa demikian? Dikarenakan kesenjangan sosial yang mereka rasakan berdampak buruk yang dapat mengarahkan mereka untuk menggunakan bahan-bahan yang terlarang (narkotika), terkait ini, merupakan bentuk ancaman negara dalam bidang non militer (Perang Asimetris). Berperan untuk melemahkan lawan yang daya hancurnya tidak kalah serta memiliki dampak besar bagi negara, hilangnya suatu generasi bangsa di masa depan.

Dengan demikian, generasi millenial yang meranah dengan sándwich generation semestinya diarahkan untuk mensosialisasikan terkait bela negara secara menyeluruh agar pemahaman dan persepsi tidak salah. Lalu memberantasi terkait sándwich generation ini untuk memperkuat ketahanan bela negara supaya karakter generasi bangsa dapat terbentuk dalam pembekalan mental spiritual agar dapat menangkal pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma kehidupan bangsa Indonesia yang dapat menumbuhkan kesadaran bela negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun