Mohon tunggu...
dhiva risqyta
dhiva risqyta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampoeng Lawas Maspati, Wisata Tengah Kota Pembangkit Perekonomian

5 Juni 2023   22:17 Diperbarui: 5 Juni 2023   22:45 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampoeng Lawas Maspati

Banyak orang bertanya-tanya mengapa harus mengeluarkan uang hanya untuk sekedar masuk ke sebuah kampung? Yang ada dibenak mereka pasti hanyalah sebuah kampung kumuh ditengah kota tanpa adanya sesuatu yang menarik. Namun kini kita harus segera menghapus pemikiranpemikiran seperti itu. 

Sekarang esensi kampung bukan hanya kumpulan rumah yang ditinggali bersama namun, kampung dapat memiliki arti yang lebih, bahkan dapat menjadi pendorong perekonomian bangsa. Salah satu contohnya adalah Kampoeng Lawas Maspati yang terletak di Pusat Kota Surabaya, disini kita tidak hanya disuguhkan tempat untuk berwisata tetapi juga terdapat banyak pembelajaran yang dapat kita ambil apabila berkunjung kesini.
 
Dengan paket wisata spesial seharga Rp2.000.000/rombongan (10 orang) kita akan mendapatkan berbagai kegiatan dan fasilitas, termasuk dampingan dari guide lokal. Pertama kali menginjakan kaki masuk akan ada penyambutan, dan tiap wisatawan akan diberi sarung untuk selempang serta udeng khas Surabaya. Disini kita akan disuguhi animasi 3D karya warga setempat yang terletak pada beberapa tempat. Kemudian kita akan di arahkan menuju Rumah 1907 yang merupakan rumah sejarah yang masih asli dan tidak dibugar, kini rumah ini juga dijadikan café serta perpustakaan. 

Lalu kita akan diarahkan menuju rumah bekas Sekolah Ongko Loro, yaitu sekolah pada jaman belanda untuk warga keturunan ningrat guna belajar membaca selama 2 tahun. Tujuan berikutnya adalah Rumah Produksi yang berisi hasil produksi khas tiap RT seperti, Olahan cincau hasil produksi RT 1, Olahan Aloevera hasil produksi RT 2, Olahan Jahe hasil produksi RT 3, Olahan Herbal hasil Produksi RT 4, dan Olahan Markisa hasil produksi RT 5, disini kita juga akan diedukasi terkait cara pengolahannya dan dapat melakukan transaksi sehingga mendukung UMKM lokal. 

Destinasi selanjutnya adalah Area Green dan Area Daur Ulang, kita akan diajari cara untuk mengelola sampah dan lingkungan, serta mengolahnya menjadi barang yang dapat dijual. Selama menelusuri kampung ini kita tidak hanya diajak berkeliling dan melihat-lihat, kita juga akan diajak bermain bersama warga lokal di Area Dolanan yang berisi permainan-permainan tradisional yang sudah jarang ditemui.  
 
Selama berada disini kita akan melihat warga lokal yang berantusias menyambut para wisatawan, bahkan terdapat guide anak-anak serta para lansia yang semangat bernyanyi bersama untuk menyambut kita. Berdasarkan keterangan warga setempat, uang yang dihasilan dari kunjugan wisatawan akan disalurkan secara merata ke masing-masing RT dan akan digunakan untuk memberdayakan kampung serta dibagikan secara profesional kepada warga yang turut berkontribusi dalam penyambutan wisatawan. Selain paket wisata spesial terdapat paket untuk wisatawan seharga Rp5.000 – Rp15.000/orang dengan minimal rombongan 5 atau 10 orang.
 
“Apabila di pedesaan sumber utamanya adalah hasil alam, di perkotaan Sumber Daya Manusianya yang harus berjuang karna keterbatasan lahan yang mengharuskan kita untuk terus berinovasi agar dapat bergerak maju, salah satunya dengan melakukan pergerakan kampung di tengah kota,” ujar Sabar Swastono selaku pemerkasa dan ketua Kelompok Sadar Wisata, Minggu (30/04/2023).
 
Kampung yang bergerak dengan diiringi Sumber Daya Manusia yang mendukung dapat meningkatkan perekonomian. Tanpa melihat adanya perbedaan suku, ras, agama, dan etnis, tiap warga harus mau bergotong royong dan bergerak bersama untuk mendukung kemajuan kampung di tengah kota. Sabar Swastono menerangkan bahwa Kampoeng Lawas Maspati merupakan salah satu destinasi wisata lokal, maupun manca negara, ia berharap agar tempat-tempat atau daerahdaerah lain dapat menjadikan Kampoeng Lawas Maspati sebagai contoh untuk maju bersamasama.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun