Berikut ini kumpulan jawaban untuk penganut ateis yang saya coba susun. Jika ada kekurangan akan saya perbaiki pada kesempatan lain.
1. Tuhan sebagai Yang maha Awal. Menciptakan tetapi tidak diciptakan. Ada sebelum ciptaannya ada. Maka, Dia ada sebelum materi pembentuk alam semesta ini ada. Sedangkan golongan ateis memaksakan untuk percaya bahwa sebelum ada benda, pasti ada benda juga, dan sebelumnya pasti ada benda yang mengawalinya juga, begitu seterusnya pertanyaan mengalir tanpa ujung. Akal yang menuntun adanya Yang Maha Awal berusaha dikesampingkan. Inilah ketidaklogisan sistem berpikir golongan ateis.
2. Tuhan sebagai Yang Maha Menciptakan. Insting hewan yang mengagumkan, susunan bermacam-macam sistem dalam tubuh makhluk hidup, susunan bumi dan langit yang kompleks, menuntun pada logika bahwa ada Pencipta Yang bersifat Maha. Tidak ada yang lebih pintar dalam menciptakan dari yang Maha itu. Dialah Tuhan. Sedangkan golongan ateis memaksakan untuk percaya bahwa semua itu terjadi karena kebetulan (mereka berusaha menyebutnya alamiah).
3. Golongan ateis bertanya manakah bukti empiris adanya Tuhan. Saya jawab bahwa dari pertanyaannya saja sudah salah. Karena Tuhan bukanlah alam semesta sehingga Tuhan bukanlah obyek empiris. Inilah kurang logisnya cara berpikir golongan ateis.
Penjelasannya. Bukti empiris adalah suatu keadaan yang bergantung pada bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera. Bukti empiris menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Arti lainnya dalam sains dan metode ilmiah, empiris berarti suatu keadaan yang bergantung pada bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera. Data empiris berarti data yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan. Menurut kamus bahasa Indonesia, empiris maknanya adalah berdasarkan pengalaman (terutama yg diperoleh dr penemuan, percobaan, pengamatan yg telah dilakukan). Karena Tuhan bukanlah bagian dari alam semesta, maka Tuhan bukanlah obyek pembuktian empiris. Maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang disampaikan golongan ateis adalah pertanyaan yang tidak logis.
4. Golongan ateis mengatakan bahwa orang yang percaya adanya Tuhan adalah orang yang malas berpikir tentang asal muasal terciptanya alam semesta, makhluk hidup dan sebagainya. Saya sampaikan bahwa pernyataan itu justru tidak relevan. Diskusi tentang mekanisme awal penciptaan alam semesta dan makhluk hidup justru adalah diskusi yang Out of Topic. Diskusi tentang bagaimana alam semesta terbentuk pertama kali tidak relevan dengan diskusi yang membahas eksistensi Tuhan. Bagi saya, tentu tidak ada masalah sama sekali jika dibuktikan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dengan ledakan atau cara lain. Yang tidak relevan adalah golongan yang percaya bahwa jika ilmuwan menemukan asal terjadinya alam semesta, mereka langsung membuat klaim bahwa Tuhan tidak ada. Padahal OOT. Padahal tidak nyambung. Mekanisme perubahan bentuk benda-benda pada alam tidak ada hubungannya dengan eksistensi Tuhan.
5. Golongan ateis bertanya bahwa jika Tuhan itu ada, siapakah yang menciptakanNya? Saya jawab mohon dibaca lagi poin satu. Logika berpikirnya sudah jelas disitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H