Kehidupan menjadi seorang mahasiswa tentu tidak hanya sekadar belajar di dalam kelas saja, banyak aktivitas yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu supaya lebih bermanfaat. Beberapa dari sekian mahasiswa memilih untuk meberikan kontribusinya melalui lembaga kemahasiswaan. Lembaga kemahasiswaan merupakan lembaga yang mempunyai tugas utama untuk melayani kebutuhan mahasiswa dalam menjalankan dunia perkuliahan, baik pelayanan minat-bakat, advokasi fasilitas, dan lain sebagainya.Â
Lembaga kemahasiswaan di setiap universitas memiliki nama  yang berbeda, namun pada umumnya terdapat tiga peran didalamnya, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Untuk dapat menjalankan perannya dengan baik, kamunikasi menjadi hal terpenting yang harus dipahami oleh setiap pengurus di dalam lembaga kemahasiswaan tersebut.
Lantas, mengapa komunikasi menjadi hal terpenting? Fakta yang terjadi adalah banyak permasalahan dalam suatu lembaga tersebut berawal dari kurang baiknya komunikasi atar pengurus di dalamnya. Kurang baiknya komunikasi menyebabkan efek domino yang berdampak pada banyak hal, seperti banyak terjadi salah persepsi, program kerja lembaga tidak berjalan sesuai dengan timeline dan target awal yang telah ditentukan, dan lebih buruknya lagi adalah banyak pengurus lembaga tersebut yang menghilang tanpa kabar.Â
Pada akhirnya, konsep program kerja sebagus apapun, kalau eksekusinya berantakan maka akan percuma. Oleh karena itu, penekanan komunikasi yang baik pada suatu lembaga sangat penting untuk diterapkan. Namun sayangnya, hal tersebut sulit untuk diterapkan jika tidak dimulai sejak awal kepengurusan lembaga tersebut.
Apa yang menjadi penyebab komunikasi di lembaga tersebut tidak baik? Banyak hal yang dapat menjawab pertanyaan ini, namun yang paling utama adalah mengenai komitmen. Apabila seseorang telah berkomitmen dengan sungguh-sungguh dalam mengikuti lembaga, maka komunkasi yang baik akan mengikutinya, begitu juga sebaliknya.Â
Kenyataannya adalah bahwa setiap individu memiliki motif yang berbeda dalam mengikuti suatu lembaga, ada yang memang ingin benar-benar belajar dan mengembangkan dirinya, namun ada juga yang sekadar ikut-ikutan saja. Disinilah lembaga berperan, terutama bagi pengurus inti lembaga tersebut untuk mempertahankan komitmen pengurus lainnya, karena pada dasarnya, seseorang memiliki semangat dan antusiasme yang tinggi diawal kepengurusan, namun ketika memasuki paruh kedua, semangat tersebut bisa jadi turun dikarenakan komunikasi yang kurang baik. Lalu, bagaimana menjaga komitmen tersebut?Â
Jawabannya adalah buatlah lembaga menjadi tempat yang nyaman bagi orang-orang di dalamnya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat lembaga nyaman, banyak sistem yang dapat dibuat untuk menjaga komitmen atau bahkan meningkatkan komitmen tersebut. Apabila ingin berakhir baik, maka mulailah dari sesuatu yang baik, salah satunya yaitu melalui team building dengan tujuan memperkuat ikatan secara personal tiap individu di dalam lembaga tersebut, sehingga dapat mengenal dan memahami karakter dari setiap individu.Â
Selain itu, dapat melalui apresiasi kepada pengurus yang telah berjuang tanpa dibayar dalam menjalankan suatu program kerja di lembaga tersebut. Apresiasi tidak harus secara formal diberikan suatu hadiah seperti sertifikat atau plakat, minimal saling berterimakasih atas bantuan yang telah diberikan. Apabila sistem seperti itu telah dibuat, maka akan terjalin kedekatan satu sama lainnya, sehingga diharapkan akan lebih mudah dalam berkomunikasi untuk kedepannya ketika menjalankan satu tahun kepengurusan di lembaga tersebut. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H