Mohon tunggu...
Dhita Mutiara Nabella
Dhita Mutiara Nabella Mohon Tunggu... Konsultan - Program Officer Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia - Pendiri Komunitas Cerita Iklim

I am a dedicated sustainability professional with a Master’s degree in Environment and Sustainable Development from University College London and a background from the Faculty of Mathematics and Natural Sciences at the University of Indonesia. In my current role as Senior Consultant for Net Zero Sustainability Transition at Equatorise, an international advisory firm based in London, I collaborate with institutions and governments to support Indonesian corporates and family offices in exploring opportunities within the UK and EU markets. I also help UK and EU-based entities unlock value and thrive in Indonesia, a growing hub in the Indo-Pacific region. My previous experience includes founding Climate Stories (Cerita Iklim), a youth community focused on climate change awareness, and working at the Research Center for Climate Change at the University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Indonesia dan Perubahan Iklim: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari COP 28?

30 September 2024   11:00 Diperbarui: 2 Oktober 2024   10:06 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ppid.menlhk.go.id/

Namun, pada 2021, kapasitas terpasang tenaga surya di Indonesia hanya mencapai 194 megawatt, jauh di bawah potensi yang ada. Demikian pula, panas bumi memiliki potensi 23,9 gigawatt, namun yang baru dimanfaatkan sekitar 2,1 gigawatt.

3. Pendanaan Iklim: Kebutuhan Mendesak bagi Negara Berkembang
Pendanaan iklim adalah isu yang selalu mencuat dalam setiap COP, termasuk di COP28. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan besar dalam mengatasi dampak perubahan iklim, dari bencana alam hingga ketahanan pangan.

Untuk mendukung aksi iklim ini, negara maju telah berjanji untuk menyediakan pendanaan sebesar USD 100 miliar per tahun kepada negara-negara berkembang sejak 2020.

Sayangnya, target ini belum sepenuhnya tercapai. Pada 2022, menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), hanya sekitar USD 83,3 miliar yang berhasil dikumpulkan, masih jauh dari target.

Bagi Indonesia, pendanaan ini sangat penting untuk mendukung program adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Sebagai contoh, wilayah pesisir Indonesia menghadapi ancaman kenaikan permukaan laut.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kenaikan permukaan laut sebesar 0,8 cm per tahun dapat menyebabkan tenggelamnya 199 pulau kecil di Indonesia pada tahun 2030. Pendanaan iklim bisa membantu dalam pembangunan infrastruktur yang lebih tahan terhadap perubahan iklim, seperti tanggul dan perlindungan pesisir.

Selain itu, sektor pertanian juga rentan terhadap perubahan pola cuaca akibat pemanasan global. Menurut laporan World Food Programme, sekitar 80% petani di Indonesia telah mengalami penurunan hasil panen akibat perubahan cuaca ekstrem. Pendanaan iklim yang dialokasikan untuk inovasi teknologi di sektor pertanian, seperti sistem irigasi cerdas dan pengembangan bibit tahan iklim, akan menjadi solusi yang krusial.

4. Peran Indonesia Menuju COP29: Tantangan dan Peluang

Menuju COP29 yang akan diselenggarakan di Baku, Azerbaijan, Indonesia menghadapi tantangan besar. Komitmen pada level internasional harus diikuti dengan aksi nyata di dalam negeri. Salah satu tantangan utama adalah konsistensi kebijakan.

Masih sering terjadi bahwa komitmen lingkungan bentrok dengan kepentingan ekonomi, seperti perluasan lahan sawit dan eksploitasi tambang.

Namun, peluang besar juga terbuka. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama hutan tropis dan potensi energi terbarukan yang bisa menjadi kunci solusi iklim global.

Misalnya, Indonesia bisa memanfaatkan peran pentingnya dalam sektor kehutanan untuk memperkuat strategi penyerapan karbon melalui carbon trading.

Pada COP28, Indonesia telah menandatangani beberapa kesepakatan perdagangan karbon dengan negara-negara maju, dan ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk mengoptimalkan peran kita di panggung internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun