Masih dalam suasana berkabung ketika menulis artikel ini karena beberapa hari sebelum artikel ini saya tulis, sosok yang menjadi inspirasi saya dalam menulis artikel ini menghembuskan nafas terakhirnya.. Ya, tepat tanggal 10 Desember 2020 lalu salah satu penyair terbaik Indonesia, Iman Budi Santosa telah berpulang dengan meninggalkan banyak karya yang penuh makna bagi penikmat karya-karyanya.
Iman Budi Santosa atau biasa kita sebut IBS atau panggilan akrabnya "mas Iman" merupakan penyair kelahiran Magetan, 28 Maret 1948 dan wafat pada 10 Desember 2020 di Yogyakarta. Sosok yang dikenal sederhana dan santun di kalangan orang yang dikenalnya ini begitu memberikan duka yang sangat mendalam ketika berita kepergiannya telah tersebar.
Di balik sosok sederhana ini, kumpulan karya yang memiliki makna mendalam banyak tercipta dan mendapatkan tempat tersendiri di hati penikmat karyanya. Salah satu tulisan yang sangat menggambarkan keadaan sekarang, di mana kita sedang menghadapi pandemi COVID-19 adalah,
"lemparkan sebongkah garam, taburkan segenggam biji asam agar bala dan petaka tenang tak bergerak diperangkap waktu yang tak mau berhenti walau sejenak." kutipan karya Iman Budi Santosa dalam bukunya yang berjudul Tembang Tanah Jawa.
Kita semua tahu bahwa pandemi adalah hal meresahkan yang dialami semua orang. Seperti layaknya petaka, pandemi datang dengan tidak segan meluluhlantakkan tatanan kehidupan di masyarakat. Ekonomi, pendidikan, semua terdampak pandemi yang sampai saat ini keberadaannya masih ada di lingkungan sekitar kita.
Kutipan dari tulisan Iman Budi Santoso bagaikan sihir penyemangat bagi kita dalam menghadapi situasi pandemi seperti ini, "lemparkan sebongkah garam, taburkan segenggam biji asam" dapat kita artikan selalu melakukan kebaikan bagi sesama, menyemangati sesama ketika masa pandemi seperti ini merupakan hal bijak yang dapat kita lakukan untuk menguatkan sesama.