Mohon tunggu...
Andhika Irsyad Al Razzak
Andhika Irsyad Al Razzak Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Padjadjaran Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

5.0, Positif atau Negatif?

28 Mei 2019   02:01 Diperbarui: 28 Mei 2019   02:07 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Dewasa ini, perkembangan teknologi sudah tidak terbendung. Segala hal yang kita lakukan di era sekarang akan berhubungan dengan sesuatu yang disebut teknologi. Teknologi memang berkembang sangat pesat setiap waktunya, tidak heran jika di zaman sekarang banyak orang yang merasa 'dimanjakan' dengan apa yang dapat dilakukan oleh teknologi. Masyarakat sangat terasa terbantu dengan kecanggihan teknologi. Teknologi dinilai dapat membantu meringankan pekerjaan masyarakat sehari-hari, sehingga masyarakat tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga/pikiran untuk mengerjakan sesuatu.

Teknologi yang canggih juga membuat pencarian suatu informasi menjadi lebih cepat dan mudah. Tidak bisa dipungkiri, sejak dulu manusia selalu membutuhkan informasi. Informasi sangat berguna untuk menambah pengetahuan atau wawasan seseorang. Selain itu, informasi juga bisa membantu dalam hal pengambilan keputusan atau hanya sekedar untuk menggambarkan sesuatu yang sedang terjadi.

Seiring berjalannya waktu, dunia mengalami revolusi industri. Berawal dari revolusi industri pertama yang berlangsung pada periode 1750 -- 1850.  Revolusi pertama ini melahirkan sejarah saat tenaga manusia dan hewan digantikan oleh tenaga mesin. Beralih ke revolusi selanjutnya yaitu revolusi 2.0 atau disebut revolusi teknologi. Revolusi ini ditandai dengan munculnya motor pembakaran dan pembangkit tenaga listrik pada saat awal akhir abad 19 dan awal abad 20. Dengan munculnya internet dan teknologi digital menandai datangnya revolusi 3.0 atau disebut revolusi digital. Sederhananya, revolusi 3.0 ini merupakan perpaduan dari revolusi teknologi dan revolusi digital.

Lalu bergerak maju ke revolusi 4.0. Menurut Klaus Schwab, revolusi ini tidak semata -- mata hanya mesin cerdas dan pemanfaatan sistem yang saling berhubungan saja. Ia berpendapat bahwa di revolusi 4.0 ini mencakup hal yang lebih besar, yaitu memadukan antara kemajuan teknologi dan domain fisik, digital serta biologi yang membuat revolusi ini tidak akan sama dengan revolusi yang sebelumnya. Revolusi 4.0 ini banyak diberlakukan negara -- negara di dunia saat ini.

Berbeda dengan negara -- negara lain yang masih memberlakukan konsep revolusi industri 4.0, negara Jepang sudah selangkah lebih maju dibanding negara lain dengan bersiap meninggalkan industri itu dan bergerak ke depan menuju revolusi industri yang selanjutnya, yaitu 5.0. Revolusi industri 5.0 atau disebut society 5.0 pertama kali diperkenalkan oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Ia menyebut society 5.0 bertujuan untuk menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan penyelesaian masalah sosial secara terintegrasi.

Apa sebenarnya Society 5.0 itu? Society 5.0 adalah masyarakat yang berpusat pada manusia untuk menyeimbangkan kemajuan teknologi dan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial menggunakan sistem yang sangat mengintegrasikan ruang dunia maya dan fisik. Dengan uraian tersebut, dapat diartikan bahwa di society 5.0 ini manusia adalah sebagai pusat tatanan kehidupan yang menyeimbangkan kemajuan teknologi dan ekonomi. Dan di era ini, Society 5.0 akan mencapai tingkat konvergensi yang tinggi antara cyberspace (ruang dunia maya) dan ruang fisik (ruang nyata).

Di Society 5.0, mayoritas informasi dari sensor di ruang fisik akan terkumpul di cyberspace. Di cyberspace, data besar ini akan dianalisis oleh Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, dan akan disediakan kembali untuk manusia dalam ruang fisik serta dalam berbagai bentuk jika hasil analisisnya sudah selesai.

Jika di revolusi sebelumnya, pencarian, pengumpulan dan penganalisisan suatu informasi dilakukan oleh manusia, maka berbeda dengan Society 5.0. Dalam era ini, segala halnya terhubung di dunia maya dan hasil efektif yang didapatkan dari AI melampaui kemampuan manusia diberi feedback ke ruang fisik. Proses seperti itu memberi nilai baru bagi industri dan masyarakat dengan cara yang sebelumnya mustahil dilakukan.

Dalam mempersiapkan perubahan yang terjadi di dunia, teknologi yang dapat mempengaruhi jalannya masyarakat seperti Internet of Things (IoT), robot, Artificial Intelegence, dan Big Data terus mengalami kemajuan. Dengan melihat segala persiapan yang dilakukan, Jepang sudah siap melangkah ke depan dan merealisasikan tujuannya dengan cara menggabungkan seluruh teknologi baru ini di seluruh industri dan kegiatan sosial demi mencapai perkembangan ekonomi dan solusi untuk permasalahan sosial lainnya.

Meskipun Society 5.0 menyuguhkan berbagai kemudahan yang akan didapat. Namun bukan berarti era itu tidak memiliki efek negatifnya. Efek negatif yang mungkin akan terjadi terletak  pada individunya itu sendiri. Dengan segala kemudahan yang diberikan di era Society 5.0, manusia akan semakin malas dalam mengerjakan sesuatu, manusia akan mengandalkan segala pekerjaannya kepada teknologi canggih yang tersedia di era itu. Hal seperti itu dapat membuat manusia menjadi ketergantungan kepada teknologi, khususnya kepada daya dan jaringan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun