Sabtu dini hari, sinar pagi seakan menyapa aku dari kejahuan, cuaca tidak mendukung perlahan sirna dan mereda, kicauan burung mulai menampakan suaranya... rasa ngantuk yang tak terhingga mulai menyelimuti energi kami, seakan badan ini memberikan sinyal untuk duduk dan terdiam...
Sebutlah namaku dhirga, aku angkatan pertama dari penerimaan D1 tahun 2006, walaupun pada saat itu aku sudah menempuh pendidikan S1, mungkin disini lah rejeki dan pengabdian ku untuk bekerja dengan amanah.
Ini hari ke-2 ku berkumbangan dengan peralatan dan alat uji, sejak terjadinya gangguan instalasi listrik sistem 150 kV pada GI Durikosambi hampir semua peralatan di switcyard mengalami gangguan, mulai dari kondisi trafo yang harus di uji kelayakannya, sampai penyambungan dan penggantian instalasi yang meledak, jika aku masih bisa mengingat sekitar pukul empat sore kurang lima menit, itulah waktu awalnya terjadi gangguan.
 Cuaca pada waktu itu sangat tidak bersahabat, sambaran petir silih berganti menyerang peralatan listrik yang ada di switcyard. Secara desain sistem pentanahan di GI Durikosambi bisa di katakan bagus. Tapi waktu itu cuaca berkata lain, petir dengan skala besar mengenai penghantar arah petukangan-2, yang berakibat satu fasa kawat putus dan mengenai penghantar petukangan-1.
Bersamaan dengan itu terjadi ledakan pada Circuit Breaker /CB petukangan-2 sehingga aliran listrik terputus. suara komunikasi radio mengalahkan gemuruh hujan pada waktu itu. Bisa dibayangkan temen-teman ku di bagian operasi sistem sangatlah sibuk mengatur sistem agar pemadaman tidak terlalu lama, kalau bisa aku memperkirakan beban padam saat itu kira-kira 600 MW, dimana pembangkitan pada PLTGU Muarakarang dan PLTU Muarakarang yang interkoneksi ke jaringan sistem terkena dampaknya, sehingga pembangkitan tersebut keluar dari sistem.
Aku sendiri pun disibukkan oleh parameter dan indikasi yang timbul oleh gangguan tersebut, yang segera mungkin harus aku laporkan kepada manajemen dan dispatcher sebagai pengatur sistem.
Selang 3 jam setelah gangguan, istriku menanyakan keberadaan ku melalui HP, "sampe malem hari belum tiba juga di rumah yah...?. apa kah semua baik-baik saja...!!.", tanya istri ku, dengan perlahan ku jelaskan kondisi yang terjadi saat itu, dan untuk yang kesekian kalinya aku minta maaf tidak pulang, dikarenakan ada gangguan yang masih harus aku investigasi dan perbaiki, aku hanya bisa berkata "sampaikan peluk dan cium untuk anak-anak ku, sampaikan permohonan maaf ku untuk kakak, karena aku tidak bisa membantu kakak menyelesaikan tugas sekolahnya". Istri ku hanya berkata, "Jalankan amanah dengan ikhlas yah..., jangan jadikan pikiran mu terbelah, kami hanya bisa mendoakan untuk kesehatan dan keselamatan ayah, semoga Allah SWT memberikan yang terbaik bagi ayah dan rekan-rekan".
Dengan senyum dan pelipur hati, ku sudahi komunikasi dengan istri ku, dalam hati aku hanya bisa berdoa, semoga gangguan ini cepat teratasi dan tidak ada pemadaman dari sisi pelanggan yang terlalu lama, karena ketika ada pemadaman terjadi, hati dan pikiran ku pasti tertuju pada pelanggan yang tidak tersalurkan listriknya, pastinya mereka akan menjadi susah, dimana segala kebutuhan listriknya seperti menyalakan pompa air, memasak nasi, atau pun menyetrika akan terhenti. Karena aku pun pernah merasakan padamnya aliran listrik di rumah ku hampir 4 jam, begitu sulitnya kehidupan saat ini tanpa adanya aliran listrik. Karena hampir semua peralatan yang ada di rumah menggunakan energi listrik.
Setelah semua indikasi dan paramater aku laporkan ke dispatcher dan manajemen, kami mulai proses pemulihan dan pengiriman tegangan, tentunya setelah rekan dari tim HAR selesai investigasi dan melokalisir gangguan yang terjadi, tahap demi tahap aku lakukan proses penormalan instalasi yang  aman untuk di normalkan, mulai dari terima tegangan dari GI Gandul, sampai kami kirim tegangan ke GI Muarakarang, yang diharapkan pembangkit PLTGU Muarakarang Blok.1 bisa bangkit dan sinkron kembali ke sistem. Tentunya aku melaksanakannya selalu berkoordinasi dengan dispatcher dan manajemen.
Harumnya aroma kopi di malam hari, seketika rasa  penat di pikiran ku hilang, tanpa beban dan tanggung jawab..., aku langsung teringat akan keberadaan istri dan anak ku, saat ku lihat jam di HP, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, ku urungkan niat ku menghubungi istri, hanya chat WA yang bisa ku tulis, "selamat tidur anak-anak ku dan bidadari ku, mimpilah dengan indah bersama sejuknya ruang kamar".