israel dan palestina merupakan konflik yang sangat kompleks dan berkelanjutan sampai saat ini. Konflik ini bermula dari klaim kedua pihak terhadap wilayah yang sama di Timur Tengah, yang sekarang dikenal sebagai wilayah israel. Konflik ini melibatkan banyak sektor, politik, ekonomi, sosial dan agama.Sebagai contoh, perang antara hamas dan israel  yang baru saja terjadi merupakan konflik yang terus memanas. Baru saja pada 7 Oktober lalu, Hamas (Kelompok Bersenjata Islam Palestina) menyerang israel dengan melancarkan serangan ribuan roket di wilayah israel. Kurang lebih sekitar 1.400 orang israel tewas dan 4.562 lainnya mengalami luka-luka. Lalu, israel pun menanggapi dengan mendeklarasikan "Keadaan Waspada Perang".
Perseteruan antaraPeristiwa ini yang menimbulkan perhatian baru dan memicu protes di seluruh dunia. Sama halnya di dunia sepak bola, tidak sedikit pemain dan supporter yang menyuarakan dukungannya kepada palestina. Baru-baru ini, dalam lanjutan liga inggris pekan ke-9 pada Sabtu (21/10) terlihat supporter Liverpool mengibarkan bendera palestina di salah satu sudut tribun di anfield (Stadion Liverpool).
Sama hal nya dengan supporter Liverpool, kini giliran pemain andalan Liverpool yang menunjukan dukungannya kepada palestina. Mohamed salah, menyatakan solidaritas dan dukungannya kepada palestina lewat unggahannya di akun X yang dimilikinya (@mosalah).
Pemain Bundesliga Jerman, Fsv Mainz 05 Anwar El-Ghazi menunjukan dukungan kepada  palestina terkait situasi di gaza. Pemain berusia 28 tahun itu di sanksi oleh klub Bundesliga itu setelah ia menujukan dukungan kepada palestina melalui postingannya di Instagram Story. Dalam pesan panjang di instagram, El-Ghazi menulis "Posisi saya tetap sama seperti saat ini dimulai." "Saya menentang perang dan kekerasan. Saya menentang pembunuhan semua warga sipil yang tidak bersalah. Saya menentang segala bentuk diskriminasi. Saya menentang Islamafobia. Saya menentang anti-semitisme. Saya menentang genosida. Saya menentang apartheid. Saya menentang pendudukan. Saya menentang penindasan."
"Saya tidak menyesali atau menyesali posisi saya. Saya tidak menjauhkan diri dari apa yang saya katakan dan saya berdiri, hari ini dan selalu sampai nafas terakhir saya, demi kemanusiaan dan kaum tertindas."
"Saya tidak mempunyai tanggung jawab khusus kepada negara bagian mana pun. Saya tidak yakin ada orang atau negara yang tidak dapat dipertanyakan dan dipertanggungjawabkan, juga tidak kebal terhadap hukum internasional."
Fsv Mainz 05 menggambarkan komentar El-Ghazi sebagai hal yang tidak dapat ditoleransi oleh klub, dan mengatakan bahwa dia "menyesali" apa yang telah ia katakan di sosial media.
Pernyataan Fsv Mainz 05 pada 30 Oktober berbunyi: "Anwar El Ghazi diperingatkan oleh FSV Mainz 05 karena menerbitkan postingan di media sosial dua minggu lalu. Dalam hal ini, pemain Belanda berusia 28 tahun itu mengomentari konflik di Timur Tengah dengan cara yang tidak dapat ditoleransi oleh klub. Usai publikasi tersebut, pihak klub langsung melepas pemainnya dari latihan dan pertandingan."
Bahkan, lebih parahnya lagi per tanggal 4 November 2023 pemain berpaspor Belanda itu resmi "dipecat" oleh klub Bundesliga Jerman tersebut.
Pernyataan resmi klub, "FSV Mainz 05 mengakhiri hubungan kontrak dengan Anwar El Ghazi dan memberhentikan pemain tersebut dengan segera pada hari Jumat. Klub mengambil tindakan ini sebagai tanggapan atas pernyataan dan postingan pemain di media sosial."
Lalu, pernyataan El-Ghazi pasca pemutusan kontraknya. "Berdiri untuk apa yang benar, meski itu berarti berdiri sendirian. Kehilangan mata pencaharian saya tidak ada apa-apanya dibanding neraka yang dilepaskan terhadap kaum tidak bersalah dan rentan di Gaza."
Menurut penulis, sudah selayaknya semua orang diberi kebebasan berpendapat. Sama hal nya juga dengan pemain sepak bola. Anwar El-Ghazi, mendukung palestina secara terang-terangan malah mendapat kecaman dari pihak klub yang ia bela "FSV Mainz 05".
Kemanusiaan diatas segalanya, tak ada yang sebanding dengan nyawa orang tak bersalah yang melayang. Tapi kembali lagi, itu adalah dunia yang berbeda. Politik, agama, sosial dan sepak bola itu merupakan hal yang berbeda.
Tak seharusnya FSV Mainz 05 merespons pendapat yang diutarakan pemainnya, karena klub hanya sebuah institut yang bergerak dalam bidang olahraga. Penulis rasa, tidak adil bagi El-Ghazi yang harus sampai kehilangan pekerjaannya sebagai pemain sepak bola.