Mohon tunggu...
Dhinar Adira R
Dhinar Adira R Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Dhinar

Jawa barat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Mempertahankan Integrasi Bangsa oleh Mohammad Hatta

14 November 2021   19:05 Diperbarui: 14 November 2021   19:07 3748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dr.(H.C)Drs.H.Mohammad Hatta adalah negarawan dan ekonom Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Presiden pertama Indonesia. Hatta bersama Soekarno berperan sentral dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajah Belanda sekaligus memproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Hatta pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Pada 1956, Hatta ,mundur dari jabatan Wakil Presiden karena berselisih dengan Presiden Soekarno.

Lahir 12 Agustus 1902 di Fort de kock (Bukit Tinggi), Sematra's westkust, Hindia Belanda. Nama asli Mohammad Athar. Mohammad Hatta meninggal tanggal 14 Maret 1980 di umur 77 tahun di Jakarta, Indonesia. Mohammad Hatta menikah pada 18 November 1945 dengan istrinya bernama Rahmi Rachim dan mempunyai anak 3 yaitu Meutia Hatta, Gemala Hatta, dan Halida Hatta.

Hatta dikenal dengan komitmennya pada demokrasi. Ia mengeluarkan maklumat X yang menjadi tonggak awal Demokrasi Indonesia. Di bidang Ekonomi, pemikiran dan  sumbangsihnya terhadap perkembangan koperasi membuat Hatta dijuluki sebagai Bapak Koperasi.

Hatta meninggal pada tahun 1980 dan dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta. Pemerintah Indonesia menjadikan Hatta sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1986 melalui keppres nomor 081/TK/1986.  Namanya bersanding dengan Soekarno sebagai Dwi-Tunggal dan disematkan pada Bandar Udara Soekarno-Hatta. Di belanda, namanya diabadikan sebagai nama jalan di kawasan perumahan Zuiderpolder, Haarlem.

Mohammad Hatta lahir dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha yang berasal dari Minangkabau. Ayahnya merupakan seorang keturunan ulama tarekat di Batuhampar, dekat Payakumbuh, Sumatra Barat, dan Ibunya berasal dari keluarga pedagang di Bukittinggi. Nama Athar berasal dari Bahasa Arab, yang berarti "harum". Athar lahir sebagai anak kedua, setelah rafiah yang lahir pada tahun 1900. Sejak kecil, ia telah dididik dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat melaksanakan ajaran agama Islam. Kakeknya dari pihak ayah, Abdurrahman Batuhampar dikenal sebagai ulama pendiri Sarau Batuhampar, sedikit dari surau yang bertahan pasca Perang Padri. Sementara itu, ibunya berasal dari keturunan pedagang. Beberapa orang mamaknya adalah pengusaha besar di Jakarta.
Ayahnya meninggal pada saat Hatta masih berumur 7 bulan. Setelah kematian ayahnya, ibunya menikah dengan Agus Haji Ning, seorang pedagang dari Palembang. Perkawinan Siti Saleha dengan Haji Ning melahirkan 4 orang anak perempuan.

Dimasa sekolah Mohammad Hatta pertama kali menuntut ilmu dengan di sekolah swasta. Setelah 6 bulan, Hatta pindah kesekolah rakyat dan sekelas dengan Rafiah Kakaknya. Namun  pada pertengahan semester kelas 3 pelajarannya berhenti. Lalu Hatta pindah ke ELS di Padang sampai tahun 1913, dan melanjutkan ke MULO sampai tahun 1917. Di luar pendidikan formal, Hatta pernah belajar agama pada Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad, dan beberapa ulama lainnya. Perdagangan memengaruhi perhatian Hatta terhadap Perekonomian. Di Padang Hatta mengenal pedagang -  pedagang yang masuk anggota Serikat Oesaha dan aktif dalam Jong Sumatranen Bond sebagai bendahara. Kegiatan ini tetap dilanjutkannya ketika Hatta bersekolah di Prins Hendrik School.

Kakeknya bermaksud akan ke Mekkah, dan pada kesempatan tersebut, ia dapat membawa Mohammad Hatta melanjutkan pelajaran di bidang agama, yakni ke Mesir (Al-Azhar). Ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas surau di Batuhampar yang memang sudah menurun sejak meninggalnya Abdurrahman. Namun hal ini diprotes dan mengusulkan pamannya Idris untuk menggantikannya.

Selain nasionalismenya yang tanpa batas, pelajaran terpenting dari Hatta adalah integrasinya yang tinggi. Tidak pernah ia bekerja untuk kepentingan pribadinya. Segala keputusannya adalah semata untuk kepentingan bangsa yang Hatta cintai. Terlahir sebagai Mohammad Athar, perjuangan Athar membuah harum dan manis seperti namanya. Setelah menempuh pendidikan di Sumatera Barat dan Batavia, Hatta lanjut ke Rotterdam mengambil jurusan ekonomi. Di negeri kincir angin Hatta aktif dalam organisasi "Perhimpunan Indonesia".

Lewat majalah "Indonesia Merdeka", dimana ia adalah pemimpin redaksinya, PI adalah kritikus paling tajam yang mengencam kolonialisme di Hindia Belanda. Rupanya Belanda sadar bahwa pena Hatta lebih tajam dibandingkan pedang Diponegoro, kalau diponegoro gugur terbukti perang akan padam. Namun tidak masalah kalau Hatta mati diujung senapan, karena kader-kadernya telah siap untuk terus meneruskan pemikirannya

Atas dasar inilah Hatta bersama beberapa petinggi PI ditangkap di tahun 1927. Berada di balik jeruji besi tidak membuat Hatta gentar. Justru itu adalah kesempatan yang baik untuk membuka mata dunia bahwa tidak adilnya kolonialisme di tanah air. Di depan pengadilan, Hatta membaca pidatonya yang terkenal dengan judul "Indonesie Vrij" (Indonesia Merdeka). Sebuah pidato yang kualitasnya setara dengan Indonesia menggugat Soekarno. Kelas pemikiran Hatta ini menjadi semacam buku putih bagi aktivis pergerakan di tanah air.

Hanya 3 tahun setelah kembali ke tanah air, Hatta kembali diciduk polisi. Tulisan-tulisan Hatta di bidang politik dan ekonomi mengancam Belanda. Tahun 1935, Hatta, Syahrir dan beberapa pemimpin PNI baru dibuang ke Boven Dogoel, sebuah daerah malaria di Papua. Sampai di pengasingan, dia ditawari untuk bekerja bagi pemerintah local dengan bayaran 40 sen gulden sehari, atau menjadi orang buangan yang menerima makanan yang sudah ditentukan ukurannya dalam jumlah terbatas, dan tanpa harapan untuk kembali menghirup kebebasan. Dengan tegas Hatta menjawab, "kalau dulu saya menerima jabatan yang ditawarkan di Batavia, saya akan memperoleh gaji yang jauh lebih besar. Kalau itu memang tujuan saya, tidak perlu jauh-jauh saya pergi ke Boven Digoel untuk dibayar 40 sen sehari".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun