Okelah saat itu saya memang sempat menahan air mata karena dihina oleh guru yang katanya digugu lan ditiru, tapi setelah saya dewasa saya justru membatin "asu tenan", tulisanku ki sarat gizi jebule, bayangkan sebuah tulisan disandingkan dengan kecambah dan cakar ayam dimana keduanya sama - sama mengandung protein. Duh gusti ternyata saya pernah se-lemah itu mendapatkan hinaan, padahal itu kan pujian.
Tentu kita masih ingat pelajaran menulis halus di kelas 2 SD, nah saat itu tulisan saya di buku halus adalah tulisan paling jelek di kelas, alhasil Ibu saya sering "memenjara"kan saya dirumah untuk belajar menulis halus, padahal di halaman depan rumah waktu itu banyak anak kecil main sepedaan, main kelereng dan ada juga yang bermain costplay rebutan ranger biru. Sedangkan saya masih saja belajar menulis sembari menahan tangis karena tidak bisa ikutan bermain.
'Ibu pergi ke Pasar', 'Andi Bermain Bola', kalimat serupa diulang-ulang terus menerus sampai 1 halaman penuh. Memang suatu ketika tulisan tangan saya dianggap bagus oleh ibu saya, tapi ujung-ujungnya kumat lagi, tulisan saya jelek lagi, sayapun menangis tanpa air mata waktu itu. Bukan menangis karena tulisan jelek, tapi karena saya tidak bisa bermain dengan teman-teman saya.
Udah tulisan jelek, waktu bermain berkurang dan ternyata kualitas tulisan tangan saya memang bergizi seperti cakar ayam dan kecambah/toge.
Sampai di dunia kerja, ternyata tulisan tangan saya tetap not good, cacian bernada candaan bukan sekali terlontar dari rekan kerja saya. Sebagai seorang Perawat, pekerjaan saya menuntut tiada hari tanpa tulisan tangan, rekan-rekan apoteker lah yang sering mengkomplain tulisan saya yang 'sarat gizi' itu.
Bukan hanya sekali staff bagian farmasi itu menelpon di IGD (tempat saya berdinas) untuk memastikan tulisan tangan saya. Atas buruk rupanya tulisan tangan saya, partner kerja saya sampai tidak mengizinkan saya menulis lembar dokumen, saya cukup memberikan terapi ke pasien saja (pasang infus, injeksi dll), urusan dokumentasi sudah ditulis oleh partner saya secara lengkap, rapi dan mudah dibaca.
Saya sering berpikir bahwa tulisan dokter yang jelek aja bisa jadi duit, bayangkan teman-teman tulisan tangan jelek bisa menjadikan seorang dokter memiliki sebuah mobil, dan dapat menyekolahkan anak anaknya ke sekolah favorit, bahkan jam tangannya saja seharga smartphone model terbaru, okelah di sini titik balik saya.
 Apa makna?
Tulisan jelek bukanlah sebuah bencana, justru yang akan menjadi bencana jika kita tidak bisa membaca dan menulis. Kalau kita sadar bahwa tulisan tangan kita jelek, ada 2 pilihan yang bisa kita lakukan.
- Ikhlas aja, jangan sedih, tetap menulis semampunya dan sebisanya.
- Jangan ragu untuk investasi 'leher ke atas', seorang dokter yang tulisannya jelek bukan berarti dokter tersebut tidak baik atau tidak pintar, jelas seorang dokter pasti telah belajar bertahun-tahun tentang ilmu penyakit untuk menjadi tenaga medis.
Untuk itu saya pribadi mengajak kepada teman-teman penyintas Hand Lettering Shaming untuk tidak menaruh dendam apalagi terjebak ke dalam "bring feel" (bring = bawa, feel = perasaan) alias Baper yang tak berkesudahan.Â