Kawasan wana wisata Kedungpupur merupakan sebuah destinasi kolam renang yang berada di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Wilayah Kedungpupur masih dikelilingi oleh hutan jati dan berdekatan dengan sumur minyak tua di Desa Ledok.
Dibalik itu, Kedungpupur sudah ada dari zaman penjajahan belanda pada abad ke-19. Dulunya, Kedungpupur hanya berupa kolam yang dilapisi oleh semen dan dibangun oleh Belanda untuk masyarakat sekitar yang ingin beraktifitas.
Kilas Sejarah
Sejak abad ke-19, Desa Ledok merupakan desa termahsyur di seluruh Kabupaten Blora semenjak ditemukannya minyak bumi oleh Belanda sehingga sumur minyak pertama di Indonesia berada di Desa Ledok.Â
Semakin lama, Desa Ledok mulai didatangi oleh perantau dari luar daerah Kabupaten Blora untuk mencari peruntungan. Karena banyaknya pendatang di desa ini, menyebabkan Desa Ledok menjadi pusat perdagangan atau biasa disebut pasar terbesar seluruh Kabupaten Blora. Karena pada zaman dulu belum ada kendaraan, pedagang ataupun masyarakat di luar Desa Ledok yang ingin berangkat ke pasar harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan gerobak ataupun berjalan kaki.Â
"Sebelum tiba ke pasar, banyak orang yang menyempatkan dirinya untuk berendam di sebuah kolam  dari aliran sungai yang dinamakan Kedung. Setelah berendam, kemudian untuk wanita banyak yang berdandan atau disebut pupuran sehingga  tempat tersebut dinamakan Kedungpupur,"   kata Mbah Sun sesepuh yang mengetahui sejarah kedungpupur
Banyaknya masyarakat yang mengunjungi kedungpupur masa itu, membuat pemerintah kolonial kemudian membangun kolam tersebut dengan semen.
Hilangnya Kedungpupur
Pada tahun 1942, Jepang mulai masuk ke Indonesia dan membuat khawatir Belanda apabila sumur minyak yang ada di Desa Ledok diambil alih oleh Jepang. Oleh sebab itu, Belanda meratakan semua sumur yang ada di Desa Ledok termasuk dengan kedungpupur yang sebelumnya sudah terkubur akibat erosi.
Penemuan Kedungpupur
Pada tahun 1968, masyarakat yang mengetahui bahwa didalam tanah terkurbur situs sejarah pemandian Kedungpupur kemudian bergotong royong menggali kembali kolam tersebut dan akhirnya berhasil digali dengan kondisi seperti semula.Â