Mohon tunggu...
Karolus Adhimas Saputra
Karolus Adhimas Saputra Mohon Tunggu... Ilmuwan - Santai yuk

Shalom

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Simpanse Jadi Percobaan HIV/AIDS? Apakah Bisa?

24 Agustus 2019   23:38 Diperbarui: 24 Agustus 2019   23:41 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di jaman sekarang ini, segala sesuatu hampir semuanya berkembang. Seperti dalam bidang transportasi, bidang komunikasi, bidang kesehatan, dll. Berkembangnya pendidikan, membuat orang-orang di jaman sekarang semakin ahli dalam menciptakan hal-hal yang baru dan inovatif. Tetapi, yang namanya manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Dalam bidang kesehatan, masih ada beberapa penyakit yang belum dapat ditemukan obatnya oleh manusia. Contohnya adalah kanker, asma, HIV/AIDS, diabetes, dll.

Di artikel ini, saya akan membahas tentang penyakit HIV/AIDS. Sebelumnya, apakah kalian tahu apa itu HIV/AIDS? Jadi, HIV/AIDS merupakan virus yang bisa merusak sistem kekebalan tubuh. Caranya dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4(sel darah putih). Jika sel darah putih banyak dihancurkan oleh virus tersebut, maka kekebalan tubuh kita akan semakin melemah. Sehingga tubuh kita rentan terkena penyakit.

HIV jika tidak segera ditangani akan berkembang menjadi AIDS. AIDS sendiri merupakan stadium terakhir dari infeksi virus HIV. Dalam tahap ini, tubuh kita sudah tidak mampu lagi melawan infeksi virus HIV. Hingga sekarang ini, orang-orang belum mampu menemukan obat untuk menyembuhkan penyakit HIV/AIDS ini.

Di Indonesia sendiri, ada beberapa orang yang terkena virus HIV/AIDS. Bisa dilihat dalam data Kementrian Kesehatan RI, di tahun 2016 terdapat lebih dari 40 ribu orang yang terkena penyakit HIV/AIDS. Pada tahun yang sama, lebih dari 7000 orang yang terkena AIDS dan jumlah kematian lebih dari 800 orang. Dan Kemenkes RI menunjukkan, sekitar bulan Januari hingga Maret 2017 sudah tercatat lebih dari 10000 laporan infeksi HIV, dan 650 kasus AIDS yang terjadi di Indonesia.

Saya tidak akan memperdalam tentang HIV/AIDS, saya akan membahas lebih lanjut tentang penggunaan simpanse untuk uji coba HIV/AIDS. Menurut kalian, pantaskah hewan seperti simpanse dijadikan kelinci percobaan untuk uji coba HIV/AIDS? Bagi saya pribadi, saya tidak setuju dengan penggunaan simpanse sebagai uji coba HIV/AIDS. Memang dapat dikatakan manusia dan simpanse memiliki beberapa kemiripan. Tetapi, jika dilihat lebih dalam, bangsa primata bisa dikatakan hampir punah karena ulah para manusia. Dimulai dari manusia yang menghancurkan habitatnya demi industri, perburuan, dan untuk diperdagangkan.

Laporan penelitian di jurnal ilmiah Science Advances, yang melibatkan 30 orang ilmuwan mengatakan, bahwa ditemukan sebanyak 60 persen dari 300 primata, hampir punah. Termasuk simpanse juga yang populasinya sudah menurun. Ilmuwan dari Conservation International, Anthony Rylands, mengaku kaget dengan fakta hewan primata ini.

"Skalanya sangat besar, mengingat penurunan populasi dan ancaman kepunahan spesies primata dalam jumlah besar. Dunia ini akan mengalami kepunahan spesies primata ini jika tidak ada tindakan efektif yang segera dilakukan," katanya.

Faktor utama terancamnya habitat primata adalah karena tumbuhnya kegiatan pertanian. Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan, telah terjadi perusakan hutan untuk perkebunan kelapa sawit yang membuat menurunnya populasi hewan primata menurun drastis. Di Pulau Kalimantan sendiri, sekitar 2000-3000 ekor primata dibunuh untuk dijadikan makanan setiap tahunnya.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, membuat saya semakin tidak setuju untuk penggunaan hewan sebagai uji coba HIV/AIDS. Jika ini dilakukan untuk uji coba, populasi hewan primata bisa punah di dunia ini. Alasan saya tidak setuju adalah karena percobaan ini dapat menyakiti hewan dan bisa membuat hidup hewan tersiksa. Apalagi simpanse adalah salah satu hewan yang sudah dilindungi pemerintah karena keberadaannya hampir punah.

Otoritas pemerhati lingkungan Australia mengomentari berbagai jenis primata yang dikirim ke Kota Sydney untuk dijadikan sebagai kelinci percobaan. Dari data yang dimiliki Sydney Morning Herald, lebih dari 370 primata sudah menjadi korban penelitian medis selama kurang 15 tahun terakhir.

The Royal Society for the Prevention of Cruelty Animals (RSPCA) merupakan organisasi yang bertugas untuk mencegah terjadinya kekerasan pada hewan. Mereka memberikan pendapatnya tentang para peneliti yang tidak memperhatikan primata itu. "Prosedur percobaan klinis pada hewan-hewan ini mengerikan. Percobaan ini bisa dibandingkan dengan percobaan Frankestein" Helen Marston, kepala eksekutif Humane Research Australia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun