Mohon tunggu...
attu
attu Mohon Tunggu... Penulis - seorang manusia

menjaga ingatan dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Selengkung Pelangi

11 Februari 2019   22:02 Diperbarui: 11 Februari 2019   22:19 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sela hujan yang masih gerimis, aku melihat pelangi yang membujur dari arah selatan ke utara jauh. Warna padunya yang rona membuat hatiku ingin bermanja-manja, tenggelam lebih lama dalam garis-garis yang tengah digariskan langit pada sore itu. Pada merahnya yang rindu. Pada kuningnya yang sunyi. Pada pada hijaunya yang ragu.

Eyang Pardi mungkin punya segores kenangan pada suatu hujan di bulan juni, sehingga Eyang menyebutnya sebagai hujan yang paling tabah, paling bijak, dan paling arif. Sayang, ini bukan bulan juni, dan tidak mungkin hujan ini adalah hujan yang arif, seperti dalam sajak Eyang.

Aku mencari sumber pelangi bagian utara, titik di mana ujung pelangi itu bersumber. Dengan  menerka-nerka, dan sambil terus menggas motor kesayangan, aku melaju kencang ke arah di mana ujung pelangi itu berpusat. Rimis membasahi jaket hijauku, menyapu seberkas debu di muka. Angin mencoba mengoda menggerakan-gerakan laju motorku. Tapi tak terhiraukan karena aku yakin, jarak sumber pelangi itu sudah dekat.

Benar saja, mudah bagiku untuk menemukannya. Kini aku tepat berada di bawah, persis di bawah ujung utara pelangi yang membuatku kepayang tiada kayang. Sial ternyata di sana sudah banyak pengendara lain sudah berhenti terlebih dahulu dan mengambil beberapa gambar. Berpose bak gadis manja, bak pangeran dan putri yang turun dari kerajaan pelangi. Tapi tak sedikit juga kulihat yang berfoto seorang diri "mungkin dia sedang jomblo," Pikirku.

Motor yang telah ku parkirkan telah ku duduki. Angin sepoi-sepoi mengibas rambutku. Sambil menikmati semangkuk bakso jalanan seharga 10 ribu, aku terus menatap pelangi itu. Merahnya yang rindu membuat aku teringat padamu.

"kalau kau bisa merasakan hujan ini, kau juga pasti akan melihat pelangi ini. Aku berharap ujung pelangi bagian selatan itu berada tepat di bawah rumahmu, sehingga kau bisa merasakan betapa rindunya aku di ujung utara ini," hatiku berkata.

Sesekali aku menyeruput kuah bakso ku yang merah, panas dan pedas.

Masih sambil menikmati bakso malang yang lumayan enak itu, aku terus merekam sekeliling. Di samping kiriku ada banyak orang sedang memancing di pemancingan mewah, sedang di samping kananku berderet mobil-mobil mewah yang terjebak macet. Rasanya di antara ratusan mobil itu ada yang memperhatikan mangkok bakso ku (mangkok legendaris kebanggan bersama, mangkok bergambar cap ayam jago), mungkin ada juga di  antara mereka yang berbisik-bisik dalam mobil sambil membicarakan bakso ku. Biarlah aku tak peduli !
***

Di kota, pelangi memang sudah jarang ditemukan. Dia tertimbun menara-menara, gedung-gedung bertingkat yang tingginya lebih tinggi dari langit, tertutupi cerobong pabrik-pabrik yang asapnya menghitamkan udara. Atau terhalangi oleh intruksi-intruksi orang-orang kota yang hanya bisa memberi perintah. Hanya orang beruntung yang masih bisa melihat pelangi di kota.

Aku semakin ingin tahu, apakah gadisku di selatan sana, bisa merasakan getaran rindu yang kubisikan melalui pelangi di bagian utara. Apakah gadisku sedang sibuk bekerja, atau sedang memasak di dapur.  Selewat pelangi ini bisa membisikan rinduku ke telingamu.

Tiba-tiba keindahan berkutat melawan waktu, pelangi ku mulai pudar terhalang sebuah spanduk. Aneh memang! baru kali ini pelangi tak terhalang gedung, melaikan terhalang sebuah spanduk. Memang spanduk caleg tak hanya merusak keindahan kota, tapi sudah sampai tahap pengrusakan ingatan dan sebuah prosa pada sebuah pengantar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun