“Berkelanalah, engkau akan mendapatkan manisnya pengalaman yang tidak akan kau dapatkan di bangku sekolah manapun. Keluarlah, jangan ngumpet di kandang.”
Bumi dihamparkan begitu luas oleh Tuhan. Kita tidak akan tahu keindahan alam yang ditaburkan Tuhan jika kita tidak mencoba untuk menjelajahinya. Tugas yang diberikan bagaikan senapan serbu semi-otomatis membuat kami juga bosan dan jengah, terkadang kita butuh juga yang namanya liburan. Nah kebetulan bersamaan dengan momen ulang tahun ke-100 Universitas Chulalongkorn dan kami diliburkan selama seminggu (Selamat ulang tahun, Chula :D. Terimakasih lho liburannya), saatnya menjelajahi Thailand!. Thailand adalah tujuan destinasi wisata nomor 2 di Asia Tenggara setelah Singapura dan ini adalah kesempatan emas untuk jelajah negeri gajah ini. Kami memilih kota Chiang Rai sebagai destinasi kami karena membaca beberapa info yang menarik tentang kota itu. Okay, lets go to there!
Mae Fah Luang Chiang Rai International Airport nama bandara itu. Bandara ini mengingatkanku pada Bandara Depati Amir yang lama dan kesan yang kudapat adalah kecil, sepi, tertata rapi tetapi bedanya sudah internasional. Fyi, bisa ke Hongkong lewat nih bandara lho. Ketika kami sampai disana kami segera bergegas menuju ke penginapan dan dalam perjalanan kami terkejut. Kota ini pada malam yang belum terlalu larut tetapi keadaan sudah sepi seperti Jalan Kaliurang pada pukul 2 malam atau Koba pada pukul 11 malam. Karena kota ini terletak didaerah dataran tinggi, maka suhunya dingin. Temanku bilang kayak kota Batu lah, yang satunya bilang kayak Bandung lah, yang satu lagi bilang kayak Gunungkidul atau Kaliurang lah whatever yang penting intinya dingin. Kontras dengan kota Bangkok yang sesak dengan manusia dan panas. Aih kayaknya kita salah destinasi wisata nih, sepi bet kotanya. Chiang Rai dengan dingin berujar dalam hati Hmm, kalian belum tahu besoknya. Belum jelajah udah nyinyir duluan nih anak. Sampai di penginapan yang lumayan murah dan nyaman kami langsung istirahat untuk siap-siap jelajah kota yang sepi dan dingin ini.
Hari pertama kami memutuskan jelajah kota Chiang Rai dahulu. Kami menyewa motor untuk seharian penuh dan dengan berbekal guide map dan google map kami keliling kota ini. Karena Thailand banyak Wat(kuil)nya maka banyak destinasi kami adalah menjelajahi Wat tersebut. Dari Wat tersebut, menurutku yang paling menarik adalah Wat Phra That Doi Thong. Disini selain berkunjung ke Wat nya, didepannya terdapat pagoda dan patung buddha. Selain itu karena Wat ini terletak di atas bukit maka kita dapat melihat pemandangan kota Chiang Rai. Kemudian disebelah Wat nya ada banyak sekali pilar yang disusun berbentuk lingkaran. Setelah bertanya dengan ibu-ibu yang sedang berkunjung juga mengenai pilar itu ternyata pilar itu merupakan pilar untuk berdoa. Ya namanya juga kuil , every single Wat tujuan utamanya adalah untuk berdoa. Jadi sebenarnya yang menarik dari Wat tersebut adalah arsitekturnya yang Thailand sekali dan sangat instagramable istilah romawi kuno nya.
Setelah puas mengelilingi Wat, tentu saja makan adalah sesuatu yang utama diselesaikan. Untung di zaman modern ini banyak sekali info termasuk halal restaurant. Jumlah rumah makan halal di Chiang Rai Cuma segelintir tapi dengan mudah kami menemukannya. Letaknya tak jauh dari Wat yang kami terakhir kunjungi cuma 5 menitan. Nama rumah makan ini, ah entah apa namanya karena ditulis dalam tulisan Thai dan yang meyakinkan kami ini rumah makan halal ada 3 faktor, pertama ada tulisan ‘Halal’, kedua ada kata sambutan ‘Assalamualaikum’, dan yang ketiga adalah empu rumah makan nya berhijab. Alhamdulillah walaupun suaminya mbak itu ngga bisa bahasa Inggris tapi dia bisa bisa berbahasa Melayu sehingga kami bisa pesan makanan dengan lancar. Plot twist, bahasa Melayu mbak rumah makan rada aneh aksennya kedengaran ditelingaku seperti aksen Padang tapi syukurnya masih paham lah aku.
Last destination kami lakukan di malam hari adalah King Mengrai Monument dan ikon kota Chiang Rai,The Clock Tower. King Mengrai Monument adalah monumen yang dibangun untuk mengenang Raja Mengrai yang merupakan founder kota Chiang Rai dan Chiang Mai sekaligus raja pertama dari Kerajaan Lanna, sebuah kerajaan lama pra-Siam. Aku kasihan baca sejarah sang Raja beliau meninggal karena kesambar petir ketika beliau di Chiang Mai. And finally, The Clock Tower terletak di jantung kota dan bertahtakan emas, mengutip kalimat komentator bola yang terkenal di Indonesia. The Clock Tower didesain oleh seniman Thailand sekaligus dosen dan beliau juga merancang Wat Rong Khun (White Temple) namanya Chalermchai Kositpipat. Menurutku tempat ini romantis dan istimewa jika mengunjunginya malam sekitar jam 8. Aku bercita-cita membawa dia ketempat ini jika aku diberi kesempatan untuk kesini lagi (Ehh… #4). Istimewanya jika datang ke Clock Tower tepat jam 8 malam, maka akan ada bunyi lonceng dengan diiringi perubahan warna dari emas ke warna lainnya dan akan ada musik pengiring hingga 15 menitan.
Chiang Rai merupakan kota yang kecil,sepi, dan dingin. Bayangkan saja kami menjelajahi kota dari ujung ke ujung hanya membutuhkan 30 menit dan uniknya ketika jam-jam sibuk jalanan masih saja sepi. Di kota ini tidak punya transportasi umum seperti bus dan masyarakatnya-seperti di Indonesia-menggunakan sepeda motor ataupun mobil sebagai kendaraan sehari-hari. Untuk mencapai Chiang Rai ada 2 jenis moda transportasi yaitu pesawat dan bus, tinggal pilih mana yang lebih convenience. Kalau ingin liburan tanpa khawatir macet dan tenang tanpa hiruk pikuk kegiatan manusia, I’m highly recommended this city.
————————–Bersambung ke part 2——————————
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H