Mohon tunggu...
Dhimas Soesastro
Dhimas Soesastro Mohon Tunggu... -

Dhimas Soesastro; ini bukan nama sebenarnya, tetapi hanyalah sebuah Nama Pena untuk menulis sastra. Nama pena ini kupilih untuk menyatukan aku,ayah dan kakek.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesaksian Untuk Sang Panduta (#4)

31 Oktober 2012   11:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:09 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ya, sekarang dimana Zubaidah berada?”

“Sudah dipulangkannya ke kampung, Yang Mulia! Tangan dan kakinya ini juga menjadi saksinya ketika dengan kasar Raja Panduta ini menyeret-nyeret tubuh Zubaidah yang sedang hamil, memasukkanya ke dalam mobil bernomor pemerintah, membawa pergi untuk dipulangkan ke kampung halamannya!”

“Hmn….. Jadi karena Zubaidah hamil olehnya??“ Ketua Majelis Mahkamah hanya bisa bergumam panjang. Belum selesai gumam itu, berbagai anggota tubuh Raja Panduta kembali bergetar, ingin melanjutkan kesaksiannya.

“Benar Yang Mulia!! Durjana ini telah menghamili Zubaidah! Dan untuk menutup malu dan menjaga martabatnya, ia kemudian membuang Zubaidah!!”

“Lalu?? Apa lagi kesaksian Saudara Terdakwa?!”

“Mata dan tangan ini juga menjadi saksi bagaimana uang bantuan dari pusat itu ia sembunyikan di rekeneng pribadinya. Ya, rekening pribadinya, Yang Mulia! Sebagian dimasukannya ke rekening istrinya. Tidak hanya itu, tangan ini pulalah yang mengetik untuk menambahkan ngka-angka manipulasi dalam laporan realisasi, begitu meyakinkan sampai-sampai pemerintah pusat mempercayai”

“Bagaimana Saudara Terdakwa bisa melakukannya secara rapi..?” Usut Ketua Majelis Mahkamah..

“Otak ini saksinya, Yang Mulia!! Ia bahkan sudah merencanakannya jauh sebelum terpilih menjadi penguasa. Pada saat berkampanye, orang ini menebar janji-janji kepada raktyat, mulut ini juga ikut menjadi saksi sejarah bagaimana ia membohongi rakyatnya, Yang Mulia!”

“Apalagi yang telah dilakukan oleh Raja Panduta? Apakah ada kebohongan lain yang dilakukan kepada rakyatnya?”

“Banyak sekali yang mulia! Semua anggota tubuhnya ini sebagai saksinya! Bagaimana dengan lihai otak ini memerintahkan untuk bergerak, melakukan berbagai muslihat, menilep dana-dana pembangunan yang seharusnya digunakan untuk mensejahetrakan rakyat. Tangan ini senantiasa diperintahkan untuk menulis angka-angka pengurang, atau memindahkannya kedalam pembukuan lain. Tangan ini pulalah yang menerima berbagai komisi dari proyek-proyek pembangunan dengan tender yang curang, setoran untuk membeli jabatan, bahkan hasil pat-pat gulipat dana bantuan kesehatan untuk masyarakat tidak mampu.”

“Lalu? Bagaimana dengan perjalanan Saudara Terdakwa ke tanah suci? Apa kesaksian kalian?” Ketua Majelis Mahkamah masih antusias dan tampak semakin penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun