Mohon tunggu...
dillah chrysalis
dillah chrysalis Mohon Tunggu... -

Lebih baik menjadi orang yang pintar merasa, dari pada menjadi orang yang merasa pintar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Itu Akan Indah Pada Waktunya - 2

30 Oktober 2013   20:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:49 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Maura berhenti melangkah didepan gerbang rumah kostnya saat mendengar suara keributan dari teras rumah kost itu, dan Maura sangat mengenal suara itu.

“ ngapain loe disini? “ itu suara Mia sahabatnya

“ gw mau ketemu sama Maura, ada yang harus gw jelasin ke dia. “ jawab pria yang bernama Faiz itu.

“ gw rasa gk ada yang perlu dijelasin lagi, gw juga yakin Maura gak akan mau ketemu sama loe. jadi mending loe pergi dari sini!! “ suara Mia semakin tinggi, menandakan Mia yang sedang emosi. Ingin sekali Maura meredakan emosi sahabatnya itu, tapi mengingat Faiz yang masih berada disana, Maura enggan melangkah dan malah mundur menjauh.

“ banyak Mi yang harus gw jelasin ke Maura, semuanya gak seperti yang kalian lihat.” Faiz mencoba membela diri berharap sikap Mia bisa sedikit lunak, tapi sayang bukan itu yang diterima Faiz. Dia malah mendapat tamparan panas dari Mia, membuat semua cewek yang ada diruang tamu rumah kost dan yang ada taman rumah kost melempar pandangan pada mereka.

“ gak seperti yang kami lihat apanya? Terserah loe mau jelasin kaya apapun, tapi ada satu yang bisa gw lihat dengan pasti. “ kata Mia sambil mengangkat tangan kiri Faiz. “ ini Faiz, gw bisa lihat dengan pasti, cincin ini. “ lanjut Mia masih dengan emosinya. Maura yang melihat dari jauh merasakan sakit hati saat melihat cincin itu. Sedangkan Faiz diam, sadar ia tak bisa membela dirinya. Maura memberanikan diri untuk mendekat keteras rumah. Mia memandang lekat Maura yang berada didepannya. Faiz masih saja diam meski sedikit kaget saat melihat Maura.

“ udahlah Mi, biarin gw ngobrol sama Faiz ya.” Pinta Maura

“ tapi Maura, dia itu.. “ Mia tak lagi melanjutkan kata-katanya saat melihat senyum Maura yang seakan memberi tahukan padanya I’am fine. “ awas loe ya macem-macem sama Maura. “ Mia memberi ancaman pada Faiz dan masuk kerumah kost. Maura memberi isyarat pada Faiz untuk menjelaskan di bangku taman.

“ aku minta maaf, semua gak seperti yang kamu fikirin.” Kata Faiz memecah keheningan setelah hampir setengah jam tak ada yang bersuara.

“ buat apa? Mungkin aku memang banyak kurangnya, jadi wajar klo kamu milih wanita lain”

“ apa kamu gak sakit hati dengan apa yang aku lakuin ke kamu Mau? “ tanya Faiz menatap Maura yang berada disampingnya. Sedangkan Maura menatap lurus kearah jalan diruar rumah.

“ wanita mana yang gak sakit hati kalau menyaksikan pesta pertunangan kekasihnya sendiri, bahkan menyerahkan cincin yang akan kekasihnya pakaikan pada wanita lain selain dirinya, aku cuma gak tau gaimana cara ngungkapin betapa sakit hatinya aku saat ini. “ jelas Maura tanpa melihat Faiz.

“ kenapa kamu gak ngelakuin apapun ke aku, seharusnya kamu nampar aku seperti yang Mia lakukan tadi, berhentilah bersikap seperti malaikat yang tegar Maura!! “ nada suara Faiz semakin tinggi, mungkin dia berharap Maura akan marah padanya. walaupun ia sudah menyakiti Maura, Faiz tetap tak ingin melihat Maura menyimpan semua sakit hatinya sendiri. Namun apa yang dikatakan Faiz membuat Maura menatap tajam dirinya.

“ lalu aku harus apa? Gak ada yang bisa aku lakuin, aku juga gak mungkin nyakitin Vina wanita yang sekarang menjadi tunanganmu itu, dan sekarang kamu bilang berhenti bersikap seperti malaikat? Memangnya ada yang bisa aku lakukan selain diam dan menerima semua ini? ” nada suara Maura semakin tinggi.

“ aku lebih suka kamu marah daripada diam saat ini. “

“ apa maksud kamu? aku marah dan bersikap tidak dewasa itu yang kau inginkan? “ Tanya Maura.

“ bukan itu yang aku maksud. Kamu gak pernah marah saat aku nyakitin kamu, entah itu saat aku dengan wanita liar atau dengan wanita yang lain. Apa kamu gak peduli dengan apa yang aku lakukan Maura? Dan apa itu artinya kamu gak pernah benar-benar mencintaiku selama ini?  “ Tanya Faiz semakin geram.

“ haha, jadi maksudnya kamu ingin aku marah untuk melihat apa aku peduli dengan apa yang kamu lakukan? kamu gila Faiz, aku akan selalu menjaga sikap walaupun cinta sangat nyakitin buat aku. Kalau kamu berfikir cinta bisa ditunjukan dengan hal seperti itu, aku senang kita sudah gak punya hubungan apapun lagi. Karna aku gak akan pernah melakukan itu, aku gak akan menunjukan kemarahanku untuk cinta, masih banyak yang lebih indah dari marah untuk menunjukkan rasa cinta.” Kata Maura panjang lebar dengan sedikit emosi, ia tak menyangka orang yang menjadi kekasihnya selama dua tahun ini mempunyai definisi cinta seperti itu. Sedangkan Faiz hanya diam tak mampu berkata. “ aku rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi Faiz, berjanjilah kau akan bahagia dengan pilihanmu itu, dan berjanji untuk tidak menggangu kehidupan aku lagi.” Kata Maura bangkit dari duduknya dan mulai melangkah untuk meninggalkan Faiz yang masih diam.

“ maaf kan aku Maura, aku harap kau tetap menjaga cincin itu. Setidaknya untuk kenagan. Hanya itu yang bisa aku berikan padamu” Kata Faiz

“ maaf, aku baru pulang untuk membuang cincin itu. Gak ada gunanya untuk tetap menyimpan itu.” Maura melanjutkan langkahnya dan menghiraukan apa yang dikatakan Faiz.

***

Maura langsung masuk kekamarnya setelah meningglakan Faiz ditaman. Ia kaget saat melihat Mia yang sudah berada diatas kasurnya.

“ apa yang dia bicarain sama loe? “ kata Mia tanpa basa-basi

“ gak ada Mi, dia cuma minta maaf kok. “

“ yakin cuma itu? Jangan bohong Maura!! “

“ bener Miaa” kata Maura dan berhasil membuat Mia tak lagi menanyakan Faiz. “ gw bingung Mia, gw gk mau marah sama dia, tapi kenapa dia  pengen gw marah ya? “

“ loh kok gitu” Mia bangkit dari tidurnya saat Maura mengatakan itu. Maura menceritakan apa yang dikatakan Faiz tadi pada Mia. “ hahh, jadi itu pengertian dia tentang cinta, bagus deh loe tau sekarang daripada loe tau saat kalian udah serius.” Kata Mia mulai emosi, dia selalu saja begitu saat Maura disakiti. Mereka memang sudah bersahabat sejak SMU. Mungkin itu yang membuat Mia jadi ekstra menjaga Maura yang lebih feminim darinya.

“ Mi, gw mau cuti kerja ya.”

“ mau nenangin diri? “

“ nenangin, emangnya gw kenapa. Gw cuma mau cari suasana baru aja, gw kan gk pernah cuti Mi” jelas Maura. Memang benar, Maura memang tidak pernah mengambil cuti kerjanya semenjak ia menjadi  manager  disuatu perusahaan peiklanan.

“ iya juga sih, emang mau kemana? “

“ ke Bali mungkin, atau ke Bandung aja.”

“ klo ke Bali mau ditemenin gk? “ kata Mia dengan wajah harapnya.

“ huh, itu sih emang maunya loe Mia,”

“ hahaa, gk apa-apa lah.”

“ gk boleh, gw mau sendiri aja.”

“ pellliiiit.” Teriak Mia.

“ biarin”

Maura adalah gadis cantik dan manis yang sangat lembut. Dia bekerja disebuah perusahaan periklanan sebagai manager. Itu salah satu nilai baik untuk Maura diumurnya yang masih 24 tahun itu. Pendidikan dengan nilai yang memuaskan, pekerjaan yang baik, sikap yang anggun, dan wajah yang cantik membuatnya banyak mendapat perhatian dari pria manapun. Tapi Maura lebih memilih Faiz sebagai kekasihnya sejak ia masih kuliah. Faiz yang umurnya lebih dua tahun diatas Maura juga pekerjaan Faiz yang mapan sebagai dokter spesialis membuat Maura yakin Faiz bisa menjadi imam dan lelaki yang baik untuk Maura. Tak sedikit yang iri dengan Maura dan Faiz sebagai pasangan ideal yang sudah berjalan dua tahun itu.

Namun sayang ternyata umur dan pekerjaan yang mapan tak bisa dijadikan sebagai jaminan akan kebahagiaan Maura. Faiz yang dikenal sangat setia dengan Maura ternyata tak bisa dipercaya begitu saja. Siapa yang tau ternyata Faiz sudah merencanakan pesta pertunangan yang sangat meriah. Tapi bukan dengan Maura, melainkan dengan Vina. Wanita yang menjadi kekasih Faiz saat ia masih sekolah di SMA dulu. Faiz menata semuanya dengan sangat rapih tentang wanita bernama Vina itu. Hingga Maura tak sedikitpun curiga tentang perselingkuhan Faiz dan Vina yang sudah hampir satu tahun ini. Itu membuat Maura merasakan sakit hati yang amat sangat. Pria yang di idamkannya ternyata bukan pria yang baik untuk dirinya dan masa depannya. Suatu hari Pak Aldy atasan Maura menyuruh Maura untuk menghadiri pesta pertunangan seorang dokter pribadinya. Semua sudah disiapkan oleh pak Aldy, dari dres batik hingga transport sudah disediakan untuknya tanpa dia tau itu adalah acara pertunangan kekasihnya sendiri. Maura tak pergi sendiri ke acara itu, tapi ditemanin sahabatnya Mia. Saat tiba di hotel tempat acara pertunangan dilaksanakan, tak ada kecurigaan Maura tentang kekasihnya di pesta itu. Hingga saat ia masuk kedalam gedung, sebuah cincin berguling dan berhenti tepat dikaki mulusnya. Seorang gadis kecil datang hendak mengambil cincin yang sudah ada ditangan Maura. tapi, saat melihat yang berada di depannya adalah Faiz, dia memutuskan untuk mengantarkan sendiri cincin itu untuk Faiz pakaikan pada Vina. Faiz juga terlihat sangat terkejut saat melihat Maura yang ada disana. Setelah memberi selamat Maura berlari keluar hotel dan lebih mimilih naik taksi dan meninggalkan Mia, supir dan mobil yang sudah disediakan. Maura pergi menuju danau yang barada cukup jauh dari tempat tingglnya. Namun danau itu selalu menjadi tempat untuk menghibur diri saat ia merasa sedih, dan tak ada yang tau tempat itu termasuk Faiz dan Mia.

Walaupun merasa sangat sakit hati dengan Faiz, Maura merasa beruntung ada Mia sahabat yang selalu bersamanya sejak mereka duduk di bangku SMA. Mia yang sedikit lebih tomboy dari Maura merasa harus selalu menjaga Maura yang sering digoda banyak lelaki. Maura memang bukan cewek yang gampang dirayu oleh lelaki, tapi siapa yang tau sikap buruk lelaki diluar sana. Meski bisa menjaga Maura, Mia masih membutuhkan Rayhan kekasihnya itu. Tapi Mia selalu bisa membagi waktu antara Maura dan Rayhan. Maura juga merasa Rayhan pria yang baik untuk sahabatnya Mia. Selain bisa menjaga Mia, Rayhan juga pria yang sangat bertanggung jawab, baik, dan sangat ramah. Dibangdingkan dengan Faiz, Rayhan tak kalah menariknya. Tak ada pertengkaran antara kedua orang yang sangat dicintai Mia itu. Sampai kadang Maura berani curhat blak-blakkan pada Rayhan.

***

“ loe yakin Ra mau pergi sendiri? “ Tanya mia meyakinkan

“ yakin kok, udah gk usah khawatir gitu dong.”

“ oke terserah loe, tapi kalau ada cowok yang ngelirik loe, loe pelototin aja ya!! “ kata Mia

“ hahha, emangnya Maura kaya kamu yang suka melototin orang Mi “ kata Rayhan

“ maksud kamu apa ya? “ Tanya Mia pada Rayhan dengan tatapan yang isyarat mengatakan “gk gw kasih jatah ketemuan loe mau??? “

“ becanda sayang, gitu aja ngambek” kata Rayhan mengacak-acak rambut Mia.

“ iih, berantakannn.” Kata Mia sebel.

“kalian ini berantem terus, gw pusing liat kalian. Tapi seru juga sih klo kalian lagi becanda. Jadi iri deh.” Kata Maura sambil memegang kedua pipinya sok imut.

“ Maura pengen ya dibecandain sama pacarnya.” Kata Rayhan. Spontan senyum Maura hilang. Mia dengan cepat mencubit perut Rayhan, mengingatkan pada Rayhan apa yang dikatakannya tadi menyakiti hati Maura. “ ya ampun Maura, maaf gw becanda.” Kata Rayhan cepat

“ biasa aja kali Ray, ya siapa tau di Bali gw ketemu sama orang yang bisa becandain gw.” Kata Maura sedikit genit.

“ oh, jadi loe mau ke Bali mau cari gebetan baru, klo gitu sih gw juga mau Maura.” kata Mia.

“ maksud kamu apa sayang? “ Tanya Rayhan

“ he, becanda sayang.” Mia hanya cengengesan dan Maura hanya bisa tertawa melihat pasangan yang ada didepannya ini. “Semoga Rayhan bisa menjadi yang terakhir untuk Mia, dia pria yang sangat baik” Maura membatin.

“ ok, gw pergi dulu ya, siapa tau gw bisa ketemu jodoh gw disana.” Kata Maura, Mia dan Rayhan saling bertatapan bingung. “ gw becanda tau, jangan dibawa serius gitu dong” lanjutnya sambil menepuk lengan Mia dan Rayhan.

“ loe mau cari pengganti Faiz ya Ra di sana? “ Mia menunjukan wajah sedihnya. Sedangkan Maura hanya senyum. “ loe gk putus asa kan Ra? “ kata Mia melanjutkan.

“ ya enggak lah, ngapain putus asa.” Jawab Maura seriang mungkin, dia tau Mia pasti sedih melihat dirinya putus asa hingga ingin mencari pengganti Faiz hingga pergi ke Bali. Tapi Maura tidak ingin membuat sahabatnya itu sedih karnanya.

“ baiklah, have fun ya Ra, tenang aja, gw yang akan jaga Mia disini.” Rayhan mencairkan suasana.

“ oke “ kata-kata Rayhan membuat Maura tenang meniggalkan sahabatnya itu, sejak mereka kuliah Maura tak pernah meniggalkan Mia berhari-hari sendiri di kostan. Maura kembali memeluk Mia dan Rayhan sebelum ia berangkat.

***

Liburan kali ini Maura tak ingin digangu oleh siapapun. Dia memutuskan untuk mematikan BB nya selama berada di Bali nanti. Maura menikmati setiap keindahan yang terlihat selama perjalanan. Membuatnya merasa lebih rileks dan merasa beban yang sudah seminggu ini sudah membuatnya sesak hilang tanpa jejak.

Maura tiba di Bali dan langsung menuju hotel yang sudah ia siapkan dari jauh hari sebelum ia berangkat. Sebenarnya Maura mengelilingi kota Bali seorang diri tanpa gaet, mengingat ini bukan yang pertama kalinya ia berada di Bali. Hanya kamera yang Maura pegang selama berada disana, bahkan BB pun ia matikan dan ditinggalkan dikamar hotel. Menurutnya BB hanya akan merusak suasana liburannya saja.

Setelah istirahat beberapa menit dikamar hotel, Muara langsung menuju tempat wisata yang sudah direncanakan. Ia ingin pergi ke Pantai Balangan, pantai indah yang ada di bagian Barat Bali. Sedikit jenuh Maura saat ia menunggu taksi yang akan mengantarkannya ke tempat tujuan. Hingga Maura memutuskan kembali kekamar untuk mengambil BBnya, ia takut jika ia membutuhkan sesuatu, ia pasti memerlukan benda mungil itu. Sampai ia kembali ke loby hotel, taksi yang ditunggu masih belum datang, jenuh dan kesal mulai membuat semangatnya berkurang. di loby hotel hanya ada Maura dan seorang pria yang dari tadi juga sepertinya sedang menunggu sesuatu atau mungkin seseorang. Pria yang tak banyak bicara, dia sibuk dengan headphone yang terhubung dengan MP3 player. tak ingin ambil pusing dengan pria itu, Mura tetap asik dengan kameranya.

Dua taksi yang di tunggu datang, Maura dengan cepat masuk kedalam taksi yang akan mengantarkannya ke pantai Balangan. Perjalanan yang cukup lama membuat Maura mendapat banyak gambar di cameranya. Entah lelah atau apa, Maura tertidur di dalam taksi. Ia bangun saat merasa ada yang menyetuh tangannya.

“ sudah sampai dipantai Balangan mba” kata supir taksi itu, sepertinya ia bukan orang asli Bali

“ oh maaf saya ketiduran.” Maura bangkit dan merogoh tas mungilnya untuk mencari dompet, setelah membayar ongkos taksi, Maura keluar dari taksi dan berlari kecil menuju tepi pantai. Senyum merekah saat ombak mengajak kakinya yang tak beralas bermain-main. Hampir setengah jam Maura menikmati pantai indah ini tanpa lelah. Camera yang menjadi teman perjalanannya kali ini sudah mendapat banyak gambar yang diambil Maura. Sejak lama Maura menyukai sesuatu yang berhubungan dengan foto yang diambil dengan cameranya sendiri. Hingga ia pernah mendapat camera dari ayahnya saat hari ulang tahunnya yang ke 17 tahun. Maura pernah menghentikan hobbynya itu karna merasa hasil potretnya jauh dari kata bagus,  apalagi semenjak ia sibuk dengan kuliahnya. Ia hampir tak pernah menyentuh benda kesayangannya itu. Namun Rayhan yang pernah belajar khusus di bidang fotografer sering mengajarkan Maura bagaimana cara mengambil gambar yang bagus. Itu membuatnya kembali melakoni hoby fotografer. Dan itu juga menjadi salah satu alasan kenapa Maura merasa Rayhan sangat baik untuk sahabatnya Mia. Selain baik dan tidak milih-milih teman, Rayhan sangat suka membagi ilmu yang ia punya untuk semua orang.

Ada banyak sifat Rayhan yang disukai Maura. dan dia merasa sangat beruntung, karna walaupun Rayhan kekasih sahabatnya, Rayhan tak membeda-bedakan untuk menjaga Maura atau Mia. Rayhan seperti sudah menganggapnya tak kalah penting dengan Mia. Kadang Maura merasa takut itu akan menyakiti Mia. Tapi itu tak pernah terjadi. karna Mia sangat mempercayai kedua orang yang disayanginya Maura dan Rayhan. Pernah suatu hari saat Maura harus lembur dan pulang sangat larut malam tanpa Mia karna Mia yang sedang dirawat dirumah sakit, saat Maura keluar dari pintu gedung kantor, ia kaget saat melihat Rayhan sedang berdiri didepan pintu mobilnya. Muara menghampiri Rayhan dan bertanya sedang apa di depan kantornya sedangkan Mia ada dirumah sakit. Sedikit kaget dan tak percaya saat Rayhan mengatakan tak tega membiarkan Maura pulang larut malam seperti ini.

“ gw gak tega Ra ngebiarin loe pulang sendirian, lagian gk aman kalau naik taksi” jawab Rayhan. Saat itu fikiran Maura langsung tertuju pada kekasihnya Faiz. Kenapa malah kekasih sahabatnya yang sering memberi perlindungan untuknya, kemana Faiz? Sesibuk itukah dia hingga tak sedikitpun memikirkan apa resikonya saat kekasihnya pulang larut malam dan dengan kendaraan umum pula. “ iih kok malah bengong sih loe? “ Tanya rayhan sukses membuyarkan lamunan Muara.

“ eh enggak, sedikit kefikiran aja sama Faiz, seharusnya kan dia yang ada di sini Ray, bukan malah loe.” Kata Maura sedikit sedih

“ oh jadi loe gak mau gw jemput nih? “

“ iih bukan gitu, tapi gw jadi gk enak sama Mia, seharusnya loe disana, bukan kesini. Oh ya gimana kabar Mia hari ini? “ Tanya Maura

“ gw udah bilang sama Mia kalau gw kesini. Alhamdulillah lebih baik. “ jawab Rayhan. tak ada jawaban lagi dari Maura “ kok bengong sih? “ kata Rayhan lagi sambil memegang bahu Maura. yang ditanya malah gelagapan sambil menjawab.

“ kadang gw sempet berfikir, suatu saat gw bakal nikah sama orang yang kaya loe Ray.” Kata Maura dan tawa tak bisa dihindarkan lagi saat ia melihat reaksi Rayhan saat mendengar kata-katanya itu, Rayhan seperti melihat mahkluk halus yang sangat mengerikan. Dan itu sangat lucu. “ tapi gw gak pernah berfikir bakal ngerebut loe dari Mia ya.” Kata Maura kemudian saat tawanya berhasil dihentikan.

“ loe bener-bener bikin gw kaget Mau.” Kata Rayhan dan muncul ide untuk menjaili Maura yang memikirkan Faiz. “ tapi itu bukan salah loe juga sih, karna wajar kalau banyak cewek yang pengen gw jadi pendamping hidupnya. Raditya Rayhan gitu kan, cowok paling ganteng, kece, baik hati, tidak sombong, rajin menabung dan…” Rayhan berhenti saat mendengar suara pintu mobil di tutup, melihat Muara yang sudah duduk disamping kursi kemudi mobil, lalu tertawa pelan sambil membuka pintu mobilnya dan duduk di kursi kemudi. “ kok gw di cuekkin? “ Tanya Rayhan polos.

“ penting ya ngedengerin omongan loe yang PD abis gitu?” kata Maura sedikit memajukan wajahnya hinga hanya berjarak satu jengkal dari wajah Rayhan. sepertinya itu membuat Rayhan salah tingkah. Lelaki mana yang tidak salting jika berada hanya sejengkal dari Maura seperti itu. Maura yang terkenal dengan kecantikan wajah dan kelembutan hatinya. Maura yang begitu dipuja-puja oleh lelaki manapun yang dekat dengannya. Maura merasakan ada desiran aneh dihatinya, secepat mungkin Maura menarik wajahnya kembali sebelum ia sempat berfikir yang tak seharusnya ia fikirkan. “ gw mau kerumah sakit dulu ya jenguk Mia.” Kata Maura lagi.

“udah malem gini loe malah mau ke rumash sakit? Gk salah Mau?” Tanya Rayhan

“ iia, gw belum kesana hari ini.”

“ udah gak usah, loe langsung gw antar pulang aja! Udah malem gini ngapain kesana. Nanti juga gw ke rumah sakit kok, jadi loe gk perlu khawatir.” Kata Rayhan

“ tapi Ray,” kalimat Maura berhenti saat melihat Rayhan yang menoleh tegas untuk tidak membantah perkataannya. “ oke, gw pulang.” Maura menyerah, ia tau Rayhan melakukan ini untuk kebaikannya sendiri. Besok pagi Maura masih harus memimpin rapat di kantornya, untuk itu Maura perlu istirahat malam ini. “ salam ya buat Mia, sorry gk bisa kesana.” Lanjut Maura lagi

“ perintah akan dilaksanakan.” Kata Rayhan memberi hormat seperti memberi hormat pada petugas upacara. Maura tertawa kecil dan mengikuti kemana arah mobil Rayhan.

Seseorang menabrak Maura yang membuatnya kembali kemasa ia berada sekarang. Wajah Maura diselimuti kekesalan yang tak bisa disembunyikan. Maura menoleh kearah penabrak dan tak bisa tetap menutup mulutnya. Keget melihat pria yang bersamanya di lobby hotel. Pria itu mengulurkan tangan untuk membantu Maura berdiri.

“ maaf, gw gk liat kalau ada orang” katanya

“ gak masalah.” Kata Maura sambil berdiri. Beberapa detik berikutnya Maura merasa kehabisan nafas, tak pernah berfikir ia bisa sedekat ini dengan pria itu. Pria yang menarik perhatian Maura di lobby hotel tadi kini berada jarak kurang dari sepuluh cm darinya.

“ loe yang tadi ada di lobby hotel kan? “ kata pria itu, saat pandangan mata mereka bertemu, itu membuat Maura benar-benar salah tingkah.

“ hm gw rasa kita memang pernah ketemu,” jawab Maura

“ kalau tau loe juga kesini, tadi kita bareng aja naik taksinya. Nama gw Radit” Pria itu mengulurkan tangannya pada Maura. Nafas Maura terasa benar-benar berhenti saat pria itu mengucapkan satu nama itu. RADIT???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun