Dieng, nama itu mungkin sudah tidak asing bagi masyarakat yang tinggal di daerah jawa tengah, kenapa? karena selain menyimpan sejuta keindahan tutur para penduduknya, Dieng juga terkenal dengan keindahan wisatanya. Dieng terletak di kabupaten wonosobo Jawa Tengah. Beberapa tempat wisata yang terkenal akan keindahannya adalah Candi Dieng, Kawah Sikidang, Gunung Prau, Bukit Sikunir, Telaga Warna, Perkebunan Teh, dll. Jarak tempuh untuk menuju ke tempat wisata yang ada di Dieng dari alun-alun Wonosobo ± 1 jam perjalanan dengan menggunakan bus atau mobil, namun bagi yang mengendarai sepeda motor jarak tempuh bisa lebih cepat.
Salah satu keindahan yang akan dibagi dalam kisah ini adalah tentang perjalanan ke Gunung Prau. Di puncak gunung Prau ini saya mengetahui surga tersembunyi yang ada di Wonosobo, Jawa Tengah. Di Puncak inilah untuk pertama kali saya bisa menyaksikan sunrise serta melihat keindahan dan kemegahan gunung yang diciptakan oleh sang Maha Cipta. Subhanallah.
Perjalanan saya ke puncak gunung Prau dimulai dari kabupaten Banjarnegara dengan kendaraan roda dua. Bersama dengan KFC (Kutaringin Fans Club) yang berjumlah 10 orang, saya tiba di Wonosobo dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan. Dari alun-alun Wonosobo, rombongan melanjutkan trip ke Desa Kenjuran, dimana dari desa Kenjuran ini perjalanan dimulai. Ada dua jalur pendakian yang biasanya ditempuh oleh para pendaki. Yang pertama, pendakian bisa melewati jalur patak banteng kemudian yang kedua bisa melewati jalur basecamp / jalur desa. Demi keselamatan rombongan, kami pun memutuskan melewati jalur basecamp. Sebagai saran, bagi pemula disarankan melewati jalur basecamp, karena jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kita akan mendapat jaminan keselamatan dari pihak pengelola wisata Gunung Prau.
Gunung Prau berada di ketinggian 2565 dpl. Pendakian lewat jalur basecamp atau jalur desa, saya tempuh bersama rombongan selama 3 jam. Jalur desa relatif lebih mudah dilalui daripada jalur patak banteng. Kami memulai pendakian ke gunung Prau ketika malam tiba, agar saya dan rombongan bisa melihat sunrise. Tidak hanya saya dan rombongan yang mendaki pada malam hari, ada beberapa rombongan lain yang turut memeriahkan pendakian. Kebersamaan pun terjalin, tidak hanya bersama satu rombongan tetapi juga dengan pendaki lain yang tak segan untuk bertegur sapa serta memberikan semangat untuk bisa sampai ke puncak.
Pagi pun datang, dingin yang menusuk tulang tak kami hiraukan. Satu hal yang ada di pikiran saya dan rombongan adalah penantian sunrise. Bersama dengan seluruh pendaki yang ada dipuncak, kami bersama-sama melihat matahari yang sedikit demi sedikit muncul dengan keanggunannya diantara gunung-gunung yang kokoh berdiri. Keindahan yang luar biasa yang diberikan Tuhan kepada kita.
Perjalanan pulang, kami lalui dengan menempuh jalur yang berbeda dari saat pendakian. Saya dan rombongan sepakat untuk melewati jalur patak banteng, yang sedikit lebih ekstrim daripada jalur basecamp. Jarak tempuh yang singkat serta keinginan kuat untuk mencoba jalur lain membuat kami semakin tertantang untuk melewati jalur patak banteng.
Keistimewaan lain dari saat saya beserta rombongan KFC mendaki gunung Prau adalah kepedulian para pendaki terhadap kebersihan. Mereka membawa pulang sampah yang mereka bawa saat mendaki dan tidak meninggalkan sisa api unggun. Saya berharap bagi para pendaki lainnya, yang akan atau suka pendakian untuk tetap menjaga kebersihan alam dengan tidak membuang sampah sembarangan. Seperti slogan yang selalu didengungkan my trip my adventure bahwa buang sampah sembarangan itu gak asik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H