Mohon tunggu...
dhifa shabrina
dhifa shabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Andalas Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ibu Tua Pendorong Gerobak Kelapa Sawit

13 Desember 2023   14:31 Diperbarui: 13 Desember 2023   14:34 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

IBU TUA PENDORONG GEROBAK KELAPA SAWIT

"Wanita selalu mengatakan bahwa mereka bisa melakukan apa yang juga dilakukan oleh pria. Demikian pula dengan para pria yang seharusnya juga bisa mengatakan, 'kami bisa melakukan apa saja yang dilakukan oleh wanita."

-Gloria Steinem

Ibu tua dengan rambut yang telah memutih itu masih mendorong sebuah gerobak di malam hari. Tubuhnya mungil serta raut wajah kelelahan tidak menyuruti perjuangan dalam mencari nafkah. Lantas bagaimana perasaan seorang remaja yang tentu masih sangat berenergi harus melihat ibu tua tengah memperjuangkan hidup untuk menghidupi dirinya dan anaknya? Entah di mana keberadaan sang suami hingga ibu Sofia harus banting tulang sekeras itu. Hidup bukan tentang siapa yang paling berada di atas, namun tentang siapa yang paling berjuang.

Tepat pukul 20.00 WIB pada hari Senin, 4 Deseber 2023, terlihat seorang ibu-ibu yang telah berumur kepala enam sedang mengusap peluhnya, tubuhnya telah renta, wajahnya kelelahan, beberapa kali ibu itu menggaruk kakinya serta sebuah topi yang telah lusuh melekat di kepala mencerminkan bagaimana hidup tidak selalu tentang kemudahan. Umur yang telah termakan waktu tidak menjadikan alasan ibu Sofia menyerah, 60 tahun bukanlah masalah, tubuh mungil juga bukan menjadi suatu permasalahan.

"Ya gimana lagi? Saya dapatnya kerja ini," ujar ibu Sofia. Wajahnya sedikit kebingungan ketika dihujani beberapa pertanyaan, seperti, "Mengapa ibu tidak berdagang dan lebih memilih mendorong sawit yang berat seperti ini, bu?" atau pertanyaan mengenai, "Apakah ibu ada berniat untuk mencari pekerjaan yang lebih mudah, bu?". Ternyata beliau telah menjadi pekerja dorong sawit sejak umurnya menginjak 30 tahunan sampai hari ini.

Ibu Sofia setiap harinya harus mendorong sebuah gerobak yang berisikan beberapa kilogram sawit yang ia ambil dari hutan di Universitas Andalas, dari siang menjelang sore sampai pada malam hari semangatnya itu masih saja terlihat dengan senyum yang sesekali merekah. "Saya jalan dari atas ke bawah untuk jual sawit," lalu "Satu kilogramnya saya jual Rp 2.300, satu hari biasanya kejual 10 kilogram," lanjut ibu Sofia. Hingga terbesit dalam pikiran, lalu di mana anak-anaknya, mengapa sudah tua seperti ini masih harus mendorong beban yang berat sampai malam hari?

"Anak saya ada dua, satu sudah nikah umurnya 45 tahun. Satu lagi belum, jadi saya harus cari uang." Ujarnya disela tawa kecil. Ibu Sofia mengatakan tempat ia tinggal berada di Mando, ketika ditanya berasal dari mana, juga dijawab Mando. "Mando di mana, bu?" Ibu Sofia menunjuk ke arah bawah, "Di bawah." Lantas, ibu tua itu akan berjalan malam-malam seperti ini sampai ke bawah? Iya, katanya. Tak terbayang bagaimana penatnya ibu Sofia yang harus melangkah entah berapa kilometer untuk menjual sawitnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun