Identitas Buku
Judul : The Children of Hurin
Pengarang : JRR. Tolkien
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2007
Tebal Halaman : 343 Halaman
Pembukaan
Kisah anak-anak Hurin berlangsung jauh sebelum The Lord of the Rings, ketika Morgoth masih menghuni benteng Angband di Utara. Dalam bayang-bayang Angband serta perang yang dikobarkan Morgoth terhadap elves inilah nasib Turin dan adiknya Nienor saling terkait secara tragis. Hidup mereka yang singkat dan penuh tragedi didominasi oleh kebencian Morgoth yang luar biasa terhadap Hurin, manusia yang berani menentangnya terang-terangan. Morgoth mengirim pelayannya yang paling digdaya, Glaurung, roh dahsyat berbentuk naga api raksasa tak bersayap, untuk menggenapi kutukan Morgoth dan menghancurkan anak-anak Hurin. Dimulai oleh JRR. Tolkien pada akhir perang dunia pertama, The Children of Hurin menjadi kisah yang dominan dalam karya Tolkien setelahnya tentang Middle-earth. Tetapi dia tak sempat mewujudkannya dalam bentuk final. Dalam buku ini Christopher Tolkien telah menyusun suatu narasi yang utuh tanpa intervensi penyuntingan setelah melalui pengkajian lama atas naskah-naskah ayahnya.
Ulasan
Kisah berawal dari seorang manusia gagah berani bernama Hurin.  Pada suatu masa, Hurin dan Huor, adiknya, ikut rombongan pasukan untuk berburu orc. Dalam pertempuran melawan sekelompok orc, mereka terpisah dari rombongan dan tersesat. Mereka lalu ditolong oleh Elang dan dibawa terbang menuju Gondolin, sebuah kerajaan elf yang tersembunyi dan bahkan Morgoth pun tidak tahu keberadaannya. Mereka diterima oleh Raja di sana dan tinggal di kerajaan itu. Setelah satu tahun mereka ingin pulang ke negerinya karena merasa harus ikut berperang bersama rakyatnya melawan kegelapan. Mereka bersumpah tidak akan bercerita apa pun tentang Gondolin.  Alkisah Hurin memiliki dua anak, Turin dan Urwen. Saat negeri  mereka, Dor-lomin, dilanda wabah penyakit yang dihembuskan oleh Morgoth, Turin berhasil sembuh tetapi Urwen meninggal. Maka timbul perasaan benci dan dendam terhadap Morgoth pada diri Turin. Kegelapan yang semakin dekat membuat Hurin harus terus berperang mengusir orc. Dalam sebuah perang besar dimana manusia dan elf bergabung untuk melawan Morgoth, kebaikan kalah.Â
Hurin berhasil ditangkap dan ditawan oleh Morgoth. Â Di benteng Angband, Hurin dipaksa Morgoth untuk memberitahu lokasi Kerajaan Gondolin tetapi Hurin menolaknya. Maka Morgoth pun mengutuk seluruh keluarga dan keturunan Hurin. Hurin diikat di menara tertinggi dan dipaksa untuk menyaksikan sendiri keturunannya suatu saat akan hancur akibat kutukan Morgoth. Â Hurin pun tidak kembali ke negerinya, dan tidak ada seorang pun yang berhasil kembali untuk sekadar memberi kabar. Sesuai pesan Hurin, Morwen, istrinya, mengirim Turin kecil kepada Raja Thingol di Doriath. Morwen yang berkeras menunggu kepulangan suaminya, tetap tinggal di Dor-lomin. Selain itu dia juga sedang hamil. Â Turin diterima di Doriath dan tinggal di sana hingga dewasa. Suatu hari, dia dihina oleh seorang elf yang iri padanya bernama Saeros. Turin yang tumbuh menjadi pemuda kuat dan berani memburu Saeros hingga tidak sengaja Saeros jatuh ke sungai dan meninggal. Turin pun kabur dari Doriath. Â
 Dalam pelarian, Turin bertemu sekelompok penyamun dan berhasil menjadi pemimpin mereka. Suatu hari ketika mengembara, kelompok penyamun itu bertemu dengan kurcaci bernama Mim. Mereka pun tinggal di gua tempat tinggal Mim.  Seorang elf dari Doriath yang merupakan sahabat Turin bernama Beleg berhasil menemukan lokasi Turin. Beleg pun bergabung dengan kelompok penyamun itu. Morgoth yang tahu lokasi persembunyian Turin mengirim pasukan orc untuk menangkap Turin. Mim yang sangat membenci ras elf berkhianat, dan memberitahukan pada orc tempat persembunyain Turin dan Beleg. Kelompok penyamun itu akhirnya kalah. Turin dibawa pergi dan Beleg diikat dan ditinggalkan di tempat. Namun, Beleg berhasil bebas dan mengejar Turin.  Di jalan dia bertemu dengan seorang elf yang berhasil kabur dari Angband bernama Gwindor. Berdua mereka berhasil membuntuti Turin. Rombongan orc sedang beristirahat saat Beleg mengendap-endap hendak membebaskan Turin yang terikat. Turin yang saat itu pingsan karena kelelahan tersadar dan kaget melihat ada orc yang membungkuk seolah ingin menusuknya. Reflek Turin melindungi diri dengan menusukkan pedang ke arah sosok yang sesungguhnya adalah Beleg. Beleg pun meninggal. Â
Turin dan Gwindor melanjutkan perjalanan menuju ke Nargothrond, negeri tempat Gwindor berasal. Sekali lagi karena kecakapannya, Turin dipercaya menjadi penasehat Raja Orodreth, penguasa Nargothrond. Pada saat itulah, Morwen dan Nienor, adik kedua Turin yang belum pernah dilihatnya, kabur ke Doriath; berharap bisa bertemu Turin di sana. Padahal Turin sudah bertahun-tahun lari dari negeri itu. Â Saatnya tiba ketika Morgoth akhirnya mengirim Glaurung untuk menghancurkan Nargothrond sekaligus memburu Turin. Turin pun berhadapan langsung dengan naga itu. Glaurung berhasil melancarkan sihir pada Turin sehingga dia menjadi linglung. Dalam kebingungannya, Turin berjalan menuju Dor-lomin. Glaurung pun berhasil menaklukkan Nargothrond. Â Sampailah Turin di negeri kelahirannya, Dor-lomin. Namun, ibunya sudah lama meninggalkan tempat itu.Â
Turin tidak hendak menyusul Morwen ke Doriath sebab khawatir ibunya akan ikut ditimpa kesialan akibat kutukan Morgoth yang selalu mengikuti ke mana Turin pergi. Turin lalu berbelok menuju negeri Brethil dan dia disukai di sana. Turin mengubah namanya menjadi Turin Turambar. Hidup Turin yang selalu dalam pengembaraan dan berpindah-pindah membuatnya memiliki banyak nama dan julukan. Â Morwen yang sudah mendengar kabar tentang Nargothrond dan isu keberadaan Turin berniat untuk mencari Turin ke sana. Nienor ikut. Sampai Nargothrond keadaan sudah hancur lebur. Glaurung yang tinggal di balairung istana Nargothrond mengetahui kedatangan Morwen dan dia menghembuskan kabut asap yang membuat Morwen dan Nienor terpisah. Nienor yang berjalan terseok di tengah kabut pekat tidak sengaja bertemu Glaurung dan terkenalah dia pada sihir naga itu.Â
Nienor menjadi gila dan berlari kalang kabut hingga sampailah dia di Brethil. Nienor yang pingsan ditemukan oleh Turambar (Turin). Nienor yang hilang ingatan lalu diberi nama Niniel oleh Turambar. Niniel pun tinggal di Brethil. Seiring waktu Turambar dan Niniel saling menyukai dan menikahlah mereka. Â Singkat cerita Glaurung sampai juga ke wilayah Brethil. Turambar berhasil mengalahkannya, namun dia pingsan di samping Glaurung akibat racun dari tubuh Sang Naga. Niniel yang datang mencari Turambar menemukannya tergeletak dan menyangka dia sudah mati. Glaurung saat itu sekarat. Sebelum mati dia mengungkapkan segala kebenaran tentang Turin kepada Niniel. Setelah mati, sihir yang menguasai Niniel pun juga ikut musnah bersama pemiliknya. Maka kembalilah semua ingatan Niniel. Niniel syok dan depresi setelah mengetahui kebenaran itu akhirnya bunuh diri. Padahal dia sedang hamil. Turambar akhirnya siuman. Tak lama dia juga mengetahui kebenaran tentang dirinya sendiri dan juga kematian Niniel akhirnya ikut bunuh diri. Â Maka berakhirlah kisah Hurin dan anak-anaknya; Turin, Urwen, dan Nienor.\
Kelebihan
Cover dan ilustrasi di buku ini sangat luar biasa, penggunaan dan pemilihan kata nya juga sangat baik sehingga pembaca benar benar bisa merasakan kesedihan yang di alami tokoh dan ancaman kegelapan yang sangat mencekam, penggambaran suasana nya juga luar biasa sehingga pembaca dapat benar benar merasa berada di Middle Earth saat membaca. Buku ini tentu mengandung banyak pesan tersirat maupun tersurat yang sangat berkaitan dengan bagaimana cara manusia hidup.
Kekurangan
Ceritanya cukup sulit dicerna oleh orang-orang yang belum terbiasa dengan Middle Earth atau dengan karya JRR Tolkien lainnya. Di buku ini kurang begitu di jelaskan tentang Middle Earth, sehingga beberapa orang mungkin akan merasa bosan saat pertama kali membaca buku ini.
Penutup
Isi dari buku ini sebenarnya sangat berarti karena benar benar memberikan pesan tentang kehidupan, di buku ini juga terdapat beberapa perkataan bijak yang saya sangat suka salah satu nya adalah "Duka adalah asah bagi benak yang keras"Â maksud dari kalimat itu adalah Orang yang telah banyak mengalami kesedihan pasti hatinya akan lebih tegar dan kuat. Buku ini juga banyak memberikan pesan tentang ketegaran hati, bahwa apapun yang terjadi kita harus tetap maju dan berjuang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H