Mohon tunggu...
DHIFA
DHIFA Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kerajaan Bojonegoro

8 Februari 2016   20:15 Diperbarui: 8 Februari 2016   20:50 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerajaan Malawapati adalah sebuah kerajaan yang memiliki raja yang bernama Angling Darma, Angling Darma memiliki Permaisuri yang bernama Dewi Setyowati yang tak lain adalah putri dari Begawan Maniksutra. Dewi Setyowati memiliki kakak yang bernama Batik Madrim yang telah bersumpah bahwa jika ada seseorang yang bisa mengalahkan dirinya maka akan dijadikan seorang suami untuk adiknya. Pada suatu hari Angling Darma berhasil mengalahkan seorang Batik Madrim dan Angling Darma juga mengangkat Batik Madrim untuk menjadi patih kerajaan. Angling Darma adalah seseorang yang mudah meluapkan emosi dan gampang tergoda kepada wanita. Pada suatu hari Angling Darma pergi kehutan untuk berburu dan pada saat didalam hutan ia melihat sepasang burung jalak yang sedang mamdu kasih dan tak lain adalah Batara Guru dan istrinya Dewi Uma. Tak bisa meredam emosinya Angling Darma langsung memanah salah satu burung jalak tersebut dan membuat Dewi Uma meninggal. Batara Guru sangat marah sekali dan mengutuk Angling Darma bahwa ia akan berpisah dengan Istrinya karena hubungan mereka yang tidak harmonis. Setealh ia mendapat kutukan itu ia tak mau lagi melayani istriny dan membuat istrinya kecewa. Untuk menenangkan emosinya maka ia pergi kehutan dengan tujuan yang sama yaitu berburu. Ketika ia dihutan ia mendapati seekor Naga Gini yang sedang berduaan dengan Ular tampar, tak bisa meredam emosinya kembali maka ia pun memanah ulat tampar tersebut dan mambuat ular tampar itu mati seketika, sayangnya panas Angling Darma tersebut mengenai ekor Naga Gini dan Angling  Darma mendapatkan fitnah Bahwa tetapi Angling Darma berhasil meyakinkan Naga Pertala bahwa fitnah itu salah dengan cara menunjukkan bangkai Ular Tampar tersebut. Naga Pertala mengucapkan terimakasih kepada Angling Darma dan memberinya hadiah Aji Gineng yaitu sebuah ilmu yang bisa membuat ia berbicara dengan binatang dengan syarat ilmu tersebut tidak boleh diajarkan kepada orang lain. Pada saat itu terselip rasa rindu kepada Dewi Setyowati dan akhirnya dia pulang. Tetapi ketika ia melihat Dewi Setyowati ia emosi dan membuat Dewi Setyowati benar benar kecewa dan akhirnya Dewi Setyowati Bunuh diri. Ia sangat terpukul atas Meninggalnya Dewi Setyowati kemudian ia bersumpah bahwa ia tak akan menikah lagi. Karena Dewi Uma yang masih memiliki dendam dengan Angling Darma maka ia mengajak Dewi Ratih untuk menjelma menjadi perempuan yang sangat cantik dan menggoda Angling Darma. Akhirnya runtuhlah sumpah angling Darma dengan menanggapi godaan dua wanita tersebut. Akibat kejadian itu Angling Darma harus keluar istana untuk memepertebal keimananya. Pada saat ia keluar dari istana ia bertemu tida wanita yang bernama Widata, Widati, dan Widaningsih tetapi ia curiga dengan ketiga perempuan terseut karena selalu keluar kertika malam dan selalu menahannya untuk pergi, pada suatu ketika ia memergoki ketiga perempuan itu ternyata mereka adalah seorang siluman yang suka makan daging manusia, pertengkaran hebat pun terjadi malam itu. Kekalahan dialami Angling Darma dan ia juga dikutuk menjadi seekor Belibis Putih. Kemudian ia terbang hingga masuk wilayah bojonegoro. Kemudian ia berhasil ditangkap oleh seorang pemuda yang bernama Joko Gedug dan pada saat itu ada sebuah sayembara untuk membuktikan orang yang asli dari dua orang yang sama. Burung belibis itu menyuruh Joko Geduk untuk mengikuti sayembara tersebut dan akhirnya Joko Geduk mengikutinya dan berhasil membuktikan keaslian dari dua orang tersebut. Pada saat sayembara berlangsung ada seorang yang bernama Dewi Ambarawati yang terpesona melihat keelokan burung belibus tersebut dan akhirnya burung belibis tersebut diminta untuk menghiasi kolam kerajaan. Ketika malam hari burung belibis menampakkan dirinya dengan menjadi seorang yang sangat tampan. Suatu hari Dewi Ambarawati melihat itu dan ia tergoda dengannya, beberapa waktu kemudian Dewi Ambarawati mengandung dan membuat gempar seluruh kerajaan. Kembali mengadakan sayembara untuk mengetahui siapa yang telah membuat Dewi Ambarawati mengandung. Karena Batik Madrim juga ingin mencari rajannya yang telah habis masa hukumannya maka ia mengikuti sayembara itu dengan menjelma menjadi Resi Yogiswara dan melawan burung belibis yang tidak lain adalah Angling Darma. Ketiak pertarungan berlangsung Batik Madrim mengetahui bahwa burung belibis tersebut adalah rajanya seketika ia langsung menunduk dan menyembah rajanya tersebut, akhirnya dengan menggunakan kekuatan Resi Yogiswara ia berhasil menghilangkan kutukan dari tiga siluman tersebut. Kemudian Angling Darma menikah dengan Dewi Ambarawati tetapi ia setelah menikah tidak ingin menetap di kerajaan tersebut dan akhirnya kerajaan tersebut karena ia juga memiliki kerajaan sendiri yang harus diurus maka kerajaan bojonegoro terseut diwariskan kepada anaknya yang bernama Angling Kusuma.

Nilai moral :

Dari cerita diatas kita bisa mengetahui bahwa sebagai makhluk yang tinggal dimuka bumi ini harus memiliki pendirian yang kuat apapun yang terjadi karena keyakinan dan pendirian yang kita miliki akan membuat kita bisa menjalani hidup dengan baik. Kemudian kita juga harus percaya bahwa setiap orang pasti memiliki kebaikan walaupun keburukan meyelimuti dirinya. Kita juga bisa melihat bahwa setiap makhluk hidup pasti memiliki tujuan dalam hidupnya seperti Angling Darma meskipun ia mudah tergoda dengan banyak wanita tetapi akhirnya ia menikah dan bahagia dengan Dewi Ambarawati.

Nilai agama :

Cerita ini berlangsung saat zaman kerajaan yang masih mempercayai kutukan dan sumpah seperti “Batara Guru marah dan mengutuk Angling Darma akan berpisah dengan istrinya karena tak harmonis dalam bercinta” dan itu juga bisa ditunjukkan ketika Angling Darma dikutuk menjadi seekor burung belibis. Bisa diketahui juga bahwa pada zaman ini juga sudah mengenal adanya iman seperti yang ditunjukkan ini “Angling Darma harus keluar istana untuk memepertebal keimananya” bisa diketahui juga dari kutipan ini bahwa Angling Darma belum memiliki iman yang baik.

Nilai budaya :

Nilai budaya yang terkandung dalam cerita ini adalah penurunan tahta itu bisa ditunjukkan dengan menjadinya Raja anak dari Angling Darma yang bernama Angling Kusuma.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun