Entah karena apa tiba-tiba pembicaraan mengenai transgender menjadi sering muncul di media informasi, terutama televisi. Mulai dari yang benar-benar merubah kelaminnya, sampai yang 'kembali' ke jenis kelamin yang asli.
Tapi jika diruntut sepertinya asal muasal maraknya pemberitaan itu berakar dari sebuah kabar mengenai peserta Miss Universe yang  salah satunya adalah seorang transgender. Jenna Talackova, seorang kontestan dari Kanada ternyata dilahirkan sebagai seorang laki-laki dan di usia 4 tahun, ia menyadari bahwa ia lahir dalam tubuh yang 'salah'. Di umur 14 tahun ia mulai terapi hormon dan seiring berjalannya waktu ia menyempurnakan jati dirinya dengan menambahkan beberapa bagian tubuh wanita dan menghilangkan jakun. Sampai semua operasi dan usaha itu membentuknya seperti layaknya manusia yang dilahirkan sebagai wanita.
Setelah pemberitaan mengenai Jenna Talackova mereda, saya tak sengaja menonton sebuah acara talk show yang dipandu oleh seorang pesulap tenar Indonesia. Bintang tamu pada malam itu adalah seorang selebritis Indonesia, yang juga mengaku menjalani fase kehidupan sebagai transgender. Baby Wijaya, siapa pun yang melihat wajahnya (yang terpampang di layar televisi) saya pikir takkan pernah mengira bahwa ia dilahirkan sebagai seorang laki-laki. Bahkan yang lebih mencengangkan ia mengaku bahwa ia belum pernah menjalani operasi apapun untuk merubah bentuk tubuhnya. Layaknya Jenna, Baby juga merasakan keanehan yang terjadi dalam dirinya. Jiwa wanitanya terjebak dalam tubuh laki-laki. Akhirnya saat duduk di bangku kuliah, Baby memutuskan untuk benar-benar menjadi transgender.
Wajah Baby pun ramai-ramai ditayangkan di televisi, dilengkapi dengan pernyataan-pernyataan dari redaksi infontainment yang terkadang dilebih-lebihkan. Tak berselang lama, muncul lagi satu nama selebritis yang menjadi transgender.
Namanya Renaldy Rachman, seorang artis cilik di tahun 90an yang pernah memandu acara bernama "Krucil" di sebuah stasiun TV swasta. Saat ini ia menetap di Bologna, Italia dalam rangka menempuh pendidikan magisternya di bidang Design, Fashion & Luxury Goods. Setelah menjadi transgender, ia merubah namanya menjadi Dena Rachman. Ia mengaku mulai berdandan layaknya wanita sejak kuliah dan kemudian memutuskan untuk menjadi transgender. Ini adalah foto saat masih bernama Renaldy
Dan berikut foto Dena Rachman
Yang menarik bagi saya setelah menyimak tayangan-tayangan tersebut adalah tentang penerimaan masyarakat Indonesia. Apakah memang mereka, para pelaku transgender telah mendapatkan haknya secara utuh untuk diterima, ditunjukkan dengan pemberitaan di media massa. Apakah diskusi mengenai hal-hal seperti ini memang tidak lagi menjadi hal yang tabu seperti  selama ini? Jika memang seperti itu (pendapat saya pribadi) sebenarnya itu bukanlah hal yang buruk.
Berarti beberapa kalangan di masyarakat Indonesia telah mampu membuka pikiran mereka bahwa memang ada orang-orang di sekitar mereka, dekat dengan mereka. Pelaku transgender saya rasa tidak ingin juga mengalami kehidupan yang semacam itu. Mereka hanya ingin menjadi mereka sendiri, mendapatkan pengakuan dan penghargaan, memperoleh hak yang sama seperti layaknya manusia yang dilahirkan 'tepat' .
Memang terkadang sulit untuk begitu saja menerima dan menahan mulut untuk tidak mencemooh para pelaku transgender, terutama saat kita bertemu secara langsung, dan kita menyadari bahwa sebenarnya mereka tidak berperilaku dan berpenampilan layaknya jenis kelamin mereka. Namun pemikiran perlu dibuka biar tidak ada rasa ditolak dari masyarakat.
(penulis adalah pendukung gerakan perlindungan LGBT - Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H