Budaya sastra yang kini telah merambah ke berbagai macam sudut kehidupan manusia, telah menumbuhkan banyak keberbudayaan baru. Modernisasi yang semakin memuncak zamannya, tak lantas membuat sebagian besar dari pelaku sastra masih memiliki rasa soliditas terhadap pelestarian potensi lokal di Indonesia.
Ya, antara sastra dan lokal habits sebenarnya memiliki hubungan yang sangat erat. Apalagi tertuju pada para pelaku sastra kelahiran daerah. Kesadaran diri pun masih perlu untuk kita pupuk. Agar sastra yang tengah hangat di kalangan penduduk global, tidak menyudutkan budaya, terkhususnya bahasa lokal untuk tetap lestari.
Motivasi ini tumbuh, ketika saya berdiskusi dengan teman-teman, sekaligus guru-guru saya yang sudah lama berkiprah di bidang sastra, mereka pun tak jarang mempublikasikan karya tulis yang mengangkat budaya sastra haluan bahasa lokal. Sekejap pula saya kembali mengingat, "Memang betul, sastra bukan hanya tumbuh dalam zona modernisasi, namun juga bisa masuk menjadi power dari bagian melestarikan nilai-nilai lokal di Indonesia."
Di bawah ini, merupakan hasil puisi yang dibuat dalam waktu < 10 menit. Mungkin bisa menjadi the inspiration power bagi teman-teman yang ingin ikut mencipta karya dengan mengangkat bahasa atau pun budaya lokal.
-Sastra Geguritan (Puisi) Jawa Ngapak-
Aja Greg Matung
Oleh : Dhia Imara
Laka aba, laka apa-apa
Awake lemes, ndase kemliyeng
Dina-dinane langgeng jalukane rubuh-rubuhan
Apa kue hawane wong kenteng? Kentang anggone males?