Mohon tunggu...
Mardhiah Siregar
Mardhiah Siregar Mohon Tunggu... -

Seorang ibu dengan satu anak laki-laki. Aktif mengajar sejak dibangku kuliah hingga sekarang. Sangat tertarik dengan dunia parenting dan psikologi. Mempunyai impian menjadi parenting speaker yang mengelola lahan perkebunan bunga atau pertanian.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tinker Games, dari Bandung ke Penjuru Dunia

2 Juni 2014   03:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panji Prakoso

Tau dong dengan tokoh Tinker Bell? Peri perempuan cantik yang identik dengan pakaian hijaunya. Tokoh ini selalu meninggalkan bubuk ajaib kerlap-kerlip sebagai jejak saat terbang. Memang tak asing lagi namanya ditelinga para penggemar film animasi. Namun apakah ada hubungan antara Tinker Bell dengan Tinker Games sebagai perusahaan hiburan digital? Silahkan ikuti ulasannya.

Panji Prakoso, seorang penggemar video games tak menyia-nyiakan hobinya ini. Tahun 2011 tepatnya ia bersama dua teman lainnya mendirikan Tinker. Sebenarnya Tinker adalah nama tim yang terdiri dari Panji Prakoso, Mohammad Zaki, dan Karunia Ramadhan saat mengikuti lomba Nokia Feature Phone & Windows Phone dan kompetisi sejenis lainnya saat berkuliah di ITB. Menurut Muhammad Ajie, CEO Tinker Games mengatakan, “Tinker Sebenarnya terinspirasi oleh istilah to tinker yang berarti menggerupis atau merakit benda-benda kecil hingga menjadi sesuatu yang bernilai tambah. Dengan nama tersebut, kami berharap bisa menciptakan game-game yang bernilai dan memberikan kebahagiaan bagi pengguna. Tinker Bell juga digambarkan sebagai perakit, walaupun kami tidak terinspirasi oleh peri pada kisah Peter Pan tersebut.”

November 2011 adalah tonggak sejarah dimulainya perjalanan Tinker Games untuk menghasilkan karya-karya inovatif, kreatif dan adiktif. Beberapa game yang telah dihasilkan oleh studio asal kota kembang ini adalah Soccer Girl, Steam Fortress, dan Backyarad Madness. Backyard Madness sendiri berhasil memenangkan penghargaan kategori feature phone-based di Indonesia Game Show 2012. Salah satu game terbaru dari Tinker yakni INheritage, sebuah game bertemakan budaya Indonesia yang mengangkat keberagaman budaya dari berbagai daerah dan kota di Indonesia. Walaupun usaha game developer ini masih muda seperti para pendirinya namun mereka tak bisa dipandang sebelah mata. Kualitas grafis yang tak kalah dengan animasi importselain enak dipandang mata juga seru dimainkan.

Untuk games terbarunya yaitu INheritage, Boundary of Existence, Tinker mulai memberanikan diri untuk merambah negara raja anima, Jepang. Memahami besarnya peluang usaha di bidang ini mereka lakukan dengan bekerjasama oleh beberapa game developer kawakan. Bersama Touch Ten misalnya telah merilis Soccergirl Adventure di AppStore pada Juni 2012 bertepatan dengan Euro 2012 merupakan strategi pasar yang tepat. Saat ini Tinker lebih fokus pada industri mobile dengan meningkatnya pengguna dan permintaan game digital. Produk-produknya bisa didapatkan pada versi iOS, Android, AppStore dan Windows Phone dengan dua cara yaitu berbayar dan gratis.

Bagi laki-laki yang suka menulis disela pekerjaanya ini juga selalu memberikan ciri khas tersendiri sebagai pembanding produk sejenis. Nilai lokal khususnya budaya yang selalu ia dan timnya masukkan baik secara implisit dan eksplisit menjadi keunikan yang tak dapat ditemui pada produk lainnya. Selain menyasar pangsa pasar dengan ciri khasnya ini, Tinker juga mempromosikan Indonesia pada dunia Internasional yaitu salah satunya dengan memberikan sentuhan motif batik pada desain game baik pada tokoh maupun penulisan nama game tersebut. Tinker juga memanjakan para gamers dengan menghadirkan sound effect dan background music yang mereka produksi sendiri.

Laki-laki berkacamata ini juga memaparkan bagaimana target Tinker selanjutnya. Seperti yang dikutip pada wawancara segitiga.Net (1/24/13) silam. “Kami akan memastikan Tinker menjadi game developer dengan kualitas game 2D terbaik. Karena Tinker sendiri berarti crafter. Jadi kami tidak hanya membuat game, tapi kami crafting game, membuat game yang benar-benar polish. Game adalah karya seni kami. Dan tidak hanya membuat game, saya ingin Tinker menjadi jembatan antara komunitas atau calon talent dengan industri, dan membantu perkembangan industri kreatif Indonesia. Langkah pertama yang akan kami lakukan adalah membuat Asosiasi Game Developer yang nantinya akan menjadi tempat bagi para game developer bernaung dan calon-calon talent yang ingin belajar.” jelas Panji.

Selain fokus pada pengembangan games, minimnya talent yang bergerak pada bidang ini juga menjadi perhatian khusus. “Talent sulit dicari. Namun produksi harus tetap jalan. Jadi daripada memfokuskan seluruh waktu kami untuk mencari talent, kami akan mencoba untuk melatih talent yang ada sambil melakukan kolaborasi produksi dengan game developer lain yang memang sudah memiliki talent.” Tambah Panji.

Dengan segala kendala dan usaha yang Panji dan timnya lalui mereka mengajak para technopreneurship untuk berani memulai sedini mungkin. Karena Tinker telah menekuni bidang ini sejak duduk di bangku kuliah. Jadikan hobi sebagai ladang bisnis, bukan hanya memerhatikan kepentingan sendiri tapi juga membawa nama baik bangsa dan negara. Hanya semangat dan komitmen tinggilah yang perlu kita tunjukkan. (ds)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun