Pagi ini aku mencari kembali jejak kita yang terlanjur tertimbun waktu, pada masa kita pernah menjadi satu. Aku menyusuri kembali ingatan yang pernah singgah, pada masa kita selalu melalui momen indah. Gerimis tak pernah melunturkan rasa, seperti kita yang dulu tak pernah putus asa, walau kini hilang terasa.
Jejak kita terkubur terlalu dalam, ditimbun rindu yang kita kumpulkan tiap malam. Aku berusaha menggalinya, walau kutahu sia-sia rasanya. Ingatan melesat kuat, kenangan kiat mencuat dan aku tak lagi kuat. Menangis aku sambil terus menggali. Menyusun kembali kepingan wajahmu yang pernah ada. Gerimis takkan bisa membuatku pulang, sebagaimana keinginan kuatku mencarimu yang lama hilang.
Hangat tanganmu masih terasa, meski sudah sirna. Senyum usilmu masih menghantui, meski bukan untukku lagi. Perasaanku masih membara, tak pernah membuatku jera.Â
Aku tak bisa menyerah, meski aku lelah. Aku tak bisa berhenti, meski rasanya ingin mati. Sosokmu masih kucari, didalam sepi. Jejakmu masih kukejar, meski harus buyar. Harapku masih tinggi, meski tak mungkin lagi.Â
Semoga jejakmu masih ada.
Depok, 03 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H