Mohon tunggu...
Dheyanita Prasada
Dheyanita Prasada Mohon Tunggu... Lainnya - Selamat Membaca :)

Sedang menempuh pendidikan jenjang S1 di Program Studi Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Love

Tentang Harapan...

21 Januari 2021   11:30 Diperbarui: 21 Januari 2021   11:55 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Setelah 7 bulan yang lalu mengunggah tulisan pada laman kompasiana ini, akhirnya kini bertemu lagi pada deretan kata yang semoga saja akan kamu atau kalian baca hingga titik terakhir. Oh iya, aku lupa menyapa. Hai, apa kabar? Masih menikmati dinginnya hawa bulan Januari di balik selimut hangat kah ? Atau sedang berusaha menjaga diri dari udara yang menusuk rusuk? Apa pun yang sedang kamu lakukan, tetap jaga kesehatan ya, semoga semua yang kita rencanakan di tahun ini berjalan dengan lancer. Iya, semoga.

Sadar gak sih? Kata “Semoga” itu juga suatu harapan. Iya, sesuai dengan bahasan kita hari ini. Harapan. Satu kata penuh makna. Seperti biasa, ini hanya tulisan ringan yang ditulis ketika senggang, jadi membacanya pun jangan sambil berpikir berat ya. Jika ingin membaca sembari menikmati bau tanah basah sehabis hujan disanding dengan secangkir kopi pun silahkan. Nyamankan dirimu karena kenyamanan itu penting.

Di dunia ini, semua orang pasti memiliki harapan. Dari harapan kecil seperti: “Semoga sampai rumah bisa nonton film kesukaanku”, “Semoga nanti bisa tidur nyenyak”, “Semoga nanti bisa makan mie rebus”, hingga ke harapan-harapan yang lebih tinggi seperti: “Semoga aku bisa diterima di Universitas yang ku impikan”, “Semoga rapat dengan client hari ini berjalan lancar”, “Semoga dia balas mencintaiku”, dan berbagai harapan lainnya. Tetapi, apa pun harapan yang saat ini kita miliki, seluruh harapan itu layak dan pantas kok diperjuangkan.

Mungkin, salah satu diantara kalian yang sedang membaca ini pernah mendengar kalimat: “Jangan menaruh harapan jika tidak ingin kecewa”. Well, itu tidak salah. Rasa kecewa adalah konsekuensi dari harapan yang tidak terwujud menjadi kenyataan. Iya, kita sebagai manusia memang punya keinginan tetapi keadaan pun punya kenyataan. Tetapi, dibanding harus berhenti berharap hanya agar tidak kecewa, aku lebih memilih untuk berjuang agar harapan itu menjadi kenyataan.

“Kalau sudah berjuang tetapi tetap gagal mewujudkan suatu harapan menjadi kenyataan bagaimana?”, jawabannya: yaa, tidak apa-apa. Setidaknya kita sudah berjuang, jika memang belum berhasil mendapatkannya mungkin hal yang diperjuangkan memang bukan ditakdirkan untuk dimiliki atau mungkin belum sekarang waktunya untuk dimiliki. Dibanding pada akhirnya tidak pernah berjuang dan menutup harapan itu dalam-dalam, tidak menutup kemungkinan pula akan muncul penyesalan di masa depan sambil berpikir, “Jika seandainya waktu itu aku perjuangkan, mungkin hasilnya tidak akan seperti saat ini….”. Iya, ujung-ujungnya dimakan oleh penyesalan.

Aku salah satu orang yang percaya bahwa: Harapan lah yang menjadikan manusia masih berjuang hingga saat ini. Karena memang kita berjuang untuk mewujudkan harapan-harapan itu satu persatu menjadi kenyataan, kan?

Selama apa yang kamu jadikan ‘harapan’ itu dapat membuatmu bahagia dan memang layak diperjuangkan, silahkan diperjuangkan ya. Harapan seperti apa yang layak untuk diperjuangkan? Yaa, hanya kamu yang tahu harapan seperti apa yang pantas untuk dirimu perjuangkan. Jadi, jangan berhenti berharap ya untuk kalian yang sedang membaca ini. Selaraskan harapan mu dengan perjuangan untuk mencapainya. Mungkin, tidak semua harapan akan menjadi kenyataan tapi aku percaya bahwa diantara semua perjuangan yang telah dilakukan, pasti ada hasil lain yang akan didapatkan.

Terima kasih sudah membaca hingga sampai di kalimat ini. Terus lah hidup dalam harapan-harapan indah yang kalian gantungkan di depan angan-angan dan jangan lupa untuk memperjuangkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun