Mohon tunggu...
Dhevi Anggarakasih
Dhevi Anggarakasih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Dhevi Anggarakasih

Just want to be the best version of me

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menikmati Hidangan Peranakan dan Berbagi Pahala di Kedai Sirih Merah

10 Mei 2018   15:37 Diperbarui: 10 Mei 2018   16:22 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua  buah mobil baru saja melintas saat saya bergegas memasuki pelataran  sebuah gedung bergaya Belanda. Pukul 10.35. Dan janji temu saya hari itu  jam 11.00. Hm..aman. Pilar-pilar yang berdiri kokoh di depan teras serta  dua buah pintu berukuran besar yang khas sekali selalu ada pada  bangunan-bangunan kuno bergaya Belanda langsung membuat saya teringat  akan rumah yang didiami Embah Kakung dan Embah Putri saya di Cirebon.  Yang juga saya tinggali selama 17 tahun di awal kehidupan saya.

Seorang  satpam berwajah ramah, melambaikan tangan, menyapa dan mempersilahkan  saya untuk masuk. Hampir saja saya tidak bisa menahan diri untuk memeluk  salah satu pilar yang saya lewati dan menempelkan pipi saya ke  temboknya - seperti yang selalu saya lakukan saat pulang ke rumah Embah. Rumah yang juga bergaya Belanda, dengan dua  pilar besar yang lingkarnya makin lama makin mengecil seiring dengan  membesarnya tubuh saya, dua balkon yang jadi tempat main perang-perangan  atau tempat nongkrong saya dan teman-teman sekolah dulu dan tiga buah  pintu besar berwarna abu-abu pucat yang warnanya terkadang terlihat  mirip warna Terasi. Merasakan dinginnya tembok yang menempel di pipi,  sambil menyapa rumah yang pernah saya tinggali itu dan bilang "Hey, saya  pulang" Tidak peduli apakah tembok yang saya peluk itu berdebu atau  tidak. Tidak peduli apakah tembok itu akan membuat saya jerawatan atau  cemong. Yang penting saya bisa merasakan kehangatan yang mengalir dalam hati dari tiang yang saya peluk dan dinginnya tembok yang menempel di  pipi saya. Lah kok ngelantur...

Memasuki  ruangan demi ruangan yang sangat bau rumah kuno sambil menyentuhi  dindingnya yang dingin, memperhatikan ubinnya yang pastinya sudah tidak  ada lagi di pasaran, kursi-kursi dan meja-meja antik serta sepeda ontel tandem,  membangkitkan kenangan tersendiri bagi saya. Dominasi warna  merah, lukisan-lukisan yang menggambarkan aktivitas masyarakat Cina  tempo dulu tergantung hampir di semua dindingnya. Juga kaligrafi Cina  yang menggambarkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan,  lampion-lampion merah yang bergelantungan di smoking area, guci-guci  kuno dan furniture yang ditata khusus memberikan kesan pengaruh Tionghoa  pada seluruh ruangan. Tentu saja, hidangan yang ditawarkan oleh Kedai  Sirih Merah ini kan hidangan peranakan Tionghoa. Tepatnya Melayu Tionghoa.

Salah Satu Ruangan DI Kedai Sirih Merah
Salah Satu Ruangan DI Kedai Sirih Merah
Sekilas tentang Kedai Sirih Merah

Menurut sang pemilik, Siska Leonita, sebelum berlokasi di tempat yang sekarang Jl.  Taman Kebon Sirih 1 No. 5, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Lokasi Kedai  Sirih Merah adalah di Jl. Wahid Hasyim, waktu itu namanya Kedai Tuan  Nyonya. Tapi karena lokasi dirasakan kurang pas, Desember 2015 Kedai  Sirih Merah pindah ke alamat yang sekarang, di seberang Gedung Bank  Indonesia, arah Tanah Abang -- dekat Hotel Take Mansion.

Penamaannya  sendiri, Sirih Merah diambil dari nama jalan di mana Kedai ini berada,  Jl. Taman Kebon Sirih yang digabungkan dengan daun Sirih Merah yang  konon memiliki banyak khasiat bagi kesehatan.

Selain  karena kegemarannya akan makanan peranakan yang tidak mudah didapat di  jaman sekarang ini, Siska Leonita juga ingin melestarikan hidangan  peranakan Melayu Tionghoa serta berbagi sensasi dalam menikmati berbagai hidangan khas  peranakan Melayu Tionghoa ini.

Hidangan Peranakan di Kedai Sirih Merah

Hidangan  peranakan yang ditawarkan oleh Kedai Sirih Merah ini ada sekitar 99 jenis. Menurut mas Yadi, selaku Store Manager pengurangan menu sudah diupayakan beberapa kali agar rasa dari menu-menu yang disajikan  tetap terjaga tetapi karena tingginya permintaan dari konsumen, beberapa menu berulang kali dibongkar pasang. Penasaran kan kenapa bisa begitu?  Tadinya saya juga merasa begitu, tapi setelah mencoba berbagai menu yang  ditawarkan di sana, memang tidak mudah menentukan mana yang benar-benar  menjadi favorit saya.

Selain memiliki menu pembuka seperti Tahu Goreng Petis, Tahu Pong, Lumpia Ayam, Lumpia Udang, Tempe Goreng Tepung dan lainnya, menu andalan Kedai Sirih Merah yang harus kudu musti kamu coba adalah :

1.  Asam-asam Iga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun