Bagi kebanyakan orang, traveling menjadi salah satu cara untuk melepaskan kepenatan dari rutinitas pekerjaan yang padat, mencari dan menikmati suasana baru. Mengisi kembali energi yang hilang akibat aktivitas padat penuh tekanan. Buat yang lainnya, traveling menjadi sarana untuk menikmati, memahami dan mempelajari berbagai seni budaya di berbagai pelosok dunia, mengeksplorasi makanan khas daerah setempat, berinteraksi dengan masyarakat yang memiliki kebiasaan-kebiasaan yang berbeda yang ditemui sepanjang perjalanan atau bahkan untuk menemukan teman seperjalanan yang baru. Buat saya, travelling tidak saja sarana untuk lebih memahami diri saya sendiri, memahami keberadaan saya dalam alam semesta ini tetapi juga untuk mempererat hubungan dengan orang orang tercinta. Pasangan, ayah, ibu, adik adik serta sahabat sahabat terkasih.Â
Makanya, traveling menjadi salah satu hal penting yang saya agendakan setiap tahun. Tapi, mengurus segala hal seperti ticketing, akomodasi, transportasi dan konsumsi sebelum dan selama traveling bukan hal yang mudah. Walaupun bepergian dengan keluarga sendiri dan telah ada pembagian tugas, pengen banget kan ga direpotin dengan printilan-printilan yang terlihat sepele tapi kalau ga dimanage dengan baik malah bisa bikin berabe. Kebanyakan urusan yang harus dikerjakan sebelum traveling dan selama traveling salah-salah bisa membuat kita jadi stress sepanjang perjalanan dan berantem dengan keluarga sendiri. Ga banget kan?
Jadi, kami memilih menggunakan jasa travel agent. Tinggal menentukan destinasi, bayar, terus tinggal leyeh-leyeh mengikuti itenary yang sudah dibuat oleh pihak travel agent deh. Enak banget kedengerannya kan?
Tapi masalah mulai timbul kalau kita mengunjungi suatu negara atau kota untuk ke sekian kalinya, niatnya sih untuk liat tempat-tempat yang baru. Tapi karena dalam itenary tercantum satu atau beberapa tempat yang pernah kita kunjungi pada perjalanan-perjalanan sebelumnya, acara traveling jadi berkurang keseruannya. Tentu saja itu tidak akan terjadi kalau kita memang berniat mengunjungi tempat yang itu lagi itu lagi. Tapi mau bagaimana lagi, menggunakan jasa travel agent pada umumnya memiliki aturan seperti itu : Mengikuti kegiatan sesuai itenary yang sudah dibuat.
Belum lagi kalau dalam rombongan trip kita, ada seorang atau beberapa orang yang kurang peka. Hoby jam karet, tidak berhenti minta difotoin di setiap tempat dengan berbagai pose, minta dibayari dulu belanjaannya tapi pura-pura lupa saat ditagih dan hal-hal ngeselin lainnya. Hm..capek deh..
Tentang Bisa Jalan Jalan
Minggu lalu, atas undangan seorang teman saya menghadiri soft launching Bisa Jalan Jalan Torism, Umrah dan Haji. Travel agent yang berdiri sejak pertengahan tahun yang lalu ini, menurut salah satu foundernya mbak Sita pada mulanya hanya mengelola paket Umrah dan Haji. Tapi dalam perkembangannya, para klien yang pernah ditangani meminta Bisa Jalan Jalan untuk mengurusi trip mereka ke Jepang. Sejak saat itu, Jepang menjadi destinasi utama yang ditawarkan oleh Bisa Jalan Jalan.
Selain Jepang, Bisa Jalan Jalan juga menawarkan destinasi dosmetik seperti Trip ke Lombok, Belitung, Jogja dan lain-lain.Â
Berbasis cost sharing, Bisa Jalan Jalan menawarkan Private trip di mana para kustomer bisa melakukan perjalanan dalam kelompok terbatas, hanya dengan keluarganya saja atau dengan kelompok pertemanan tertentu. Bisa Jalan Jalan juga memberikan keleluasaan pada para kustomer untuk mengganti tempat-tempat yang ada dalam itenary, jadi sifatnya fleksible tapi tentunya dengan biaya yang berbeda. Udah gitu, Bisa Jalan Jalan juga memberikan keleluasaan pada para kustomer untuk membayar biaya perjalanan dengan mencicil, tetapi tentunya semua biaya harus sudah dilunasi sebelum keberangkatan. Hm...sepertinya asyik juga ya...Ada yang berminat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H