Perkenalan saya pada secangkir kopi dimulai sejak usia 3 tahun. Sebenernya ga betul-betul secangkir, tepatnya sesendok atau sa'glek'an. Eits..jangan salahkan orang tua saya dulu..Kok anak sekecil itu sudah mengkonsumsi kopi? Itu karena saat itu saya sering sekali terkena demam tinggi yang menyebabkan saya "stuip" atau kejang.Â
Nenek saya, entah memperoleh informasi dari mana, Â menganjurkan agar saya disuapi sesendok kopi yang telah diseduh setiap hari. Saya tidak terlalu paham apakah kafein yang terkandung dalam kopi yang telah menaklukan "stuip" saya pada akhirnya karena kemampunanya mempengaruhi sistem saraf atau cuma sugesti saja. Yang jelas. sejak itu saya tidak pernah kejang akibat demam lagi.
Dari pengalaman itu, bisa ditebak saya pun mulai mencuri-curi minum kopi yang biasa diminum oleh ayah saya. Saya malah suka sekali menyesap ampasnya yang hitam pekat, sedikit pahit dan membuat gigi menjadi hitam. Biasanya saya selalu menawarkan diri membuatkan kopi untuk ayah dan tamu-tamunya hanya untuk sekedar menghirup keharumannya saat baru diseduh. Dan berharap mereka tidak menghabiskannya sehingga saya bisa menikmati sisanya.Â
Saya baru betul-betul diijinkan untuk meminum secangkir kopi setelah duduk di kelas 6 SD. Itu pun karena saya beralasan perlu sering-sering begadang untuk menghadapi ujian. Rasanya seneng banget, bisa minum kopi di cangkir sendiri bukan sisa kopi ayah atau temannya. Kopi pertama yang saya minum berupa bubuk hitam kasar yang dibungkus kertas coklat. Kalau ga hati-hati saat menyeduh, kopinya bisa kebasahan dan lembab. Kalau salah ngambil sendok, kopinya bisa terlalu manis karena kebanyakan gula atau malah terlalu pahit karena gulanya kurang. Perlu kehati-hatian dan kepekaan ternyata untuk membuat secangkir kopi yang enak untuk dinikmati.Â
Enaknya menikmati secangkir kopi jaman now ga serepot dulu lagi. Sekarang sudah ada kopi sachet. Udah ada gulanya lagi. Bahkan ada juga yang ditambahi krimer. Apalagi kopi sachet dari Kapal Api yang makin lama makin banyak variannya. Ga perlu takut kopinya jadi lembab karena kecipratan air seduhan yang bikin kopi jadi aneh rasanya. Ga perlu takut kemanisan atau kurang manis karena salah takaran gula. Tinggal ambil cangkir, buka sachetnya, seduh dengan air panas dan nikmati keharumannya. Mau kopi dingin? Tinggal ditambahi es. Enak banget kan ..
Praktisnya, karena dikemas dalam sachet Kopi Kapal Api ini gampang dibawa ke mana-mana. Bisa jadi temen waktu kemping, meeting di kantor, kumpul keluarga atau bahkan saat travelling dan menginap di hotel budget. Bisa tetep hemat dan nikmat.
Senengnya lagi karena Kopi Kapal Api sekarang punya banyak varian, kita jadi bisa lebih sering bereksperiman memilih varian apa yang cocok untuk suasana-suasana tertentu. Walaupun favorit saya untuk nemenin begadang mengejar deadline tetap Kopi Kapal Api special mix, buat temen ngemil sore sambil ngobrol dengan keluarga atau ngegosip dengan teman, saya pilih Kopi Kapal Api White Coffee yang lebih lite. Kadang-kadang kalau cuaca sedang panas-panasnya, Kopi Kapal Api Kopi Susu jelas lebih enak ditambahi es. Udah pernah coba kan?Â
Kayaknya hampir semua varian Kopi Kapal Api sudah pernah saya coba. Kalau ditanya mana yang paling enak atau mana yang paling saya suka, jawabannya tergantung suasana. Karena menurut saya, tiap varian Kopi Kapal Api memilki keajaibannya sendiri-sendiri, mampu mewakili suasana dan menghadirkan kehangatan yang berbeda. Setuju?
http://waktunyakapalapi.com #KapalApiPunyaCerita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H