Mohon tunggu...
Dhevani Nur Awwaliyah
Dhevani Nur Awwaliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan

5 Februari 2023   17:11 Diperbarui: 5 Februari 2023   17:13 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Embun pagi masih melekat dikaca jendela kamarku yang telah usang dimakan waktu, ku buka korden coklat dengan gambar bunga-bunga hadiah ulang tahun dari ibu. Waktu ini begitu dingin menusuk kedalam kalbu. Angin semriwing-semriwing dipagi hari. Mengajakku untuk bergegas ke sekolah.
"dhev sarapan nduk" suara ibu memanggilku untuk sarapan.
"nggih buk" jawab ku sembari bergegas menuju dapur, setelah sarapan jam menunjukkan pukul 06.30 WIB aku berpamitan dengan bapak dan ibu.
"pak, bu dhevani berangkat sekolah dulu assalamu'alaikum" kataku sembari mencium tangan bapak dan ibu.
Namaku Dhevani Nur Awwaliyah biasa dipanggil Dhevani anak pertama dari dua bersaudara. Ayahku bernama Lilik Edy Susanto yang berprofesi sebagai tukang kayu yang upahnya cukup untuk keperluan sehari-hari sedangkan ibuku Lusi Mulyaningsih yang hanya seorang ibu rumah tangga dan adikku Naely Uyunnisa Amalia kelas 6 SD dan sekarang aku duduk di kelas 12 SMA Negeri 1 Bangsri.
Aku bergegas ke sekolah setiap hari dengan sepeda motor kesayanganku yang ditemani dengan lalu lalang kendaraan hingga menuju sekolah sekitar 7 km dari rumahku. Kini semua itu telah sirna, langit yang dahulu cerah kian berubah gelap gulita oleh virus yang sangat mematikan yakni Corona Virus Disease (Covid-19). Virus yang menjadi momok perbincangan di dunia, virus yang sangat menakutkan, virus yang membuat semua orang di dunia harus membatasi aktivitas dalam segala hal, virus yang mengharuskan tenaga kesehatan menjadi garda terdepan, virus yang menghancurkan perekonomian di dunia dan bahkan memakan korban jiwa yang tidak sedikit.

Aku hanya ingin semua kembali seperti semula. Aku hanya ingin kembali bertemu teman-teman untuk bercengkrama bersama tanpa harus jaga jarak, tanpa harus memakai masker dan tanpa memakai handsanitizer setelah bersalaman. Tuhan aku ingin kembali ke suatu masa, masa dimana kehidupan dunia penuh dengan ketenangan tanpa adanya rasa takut. Tuhan aku ingin kembali ke suatu masa, masa dimana sekolah adalah hal yang menyenangkan bukan menakutkan. Tuhan aku ingin kembali ke suatu masa, masa dimana pergi ke tempat ramai adalah hal yang biasa dilakukan orang-orang tanpa harus jaga jarak. Tuhan aku hanya bisa berharap kehidupan dunia pulih kembali seperti sediakala. Aku hanya punya secercah harapan untuk dunia ini semoga pandemi cepat berlalu dan semoga keadaan dunia yang telah dihantam oleh hal yang sangat menakutkan cepat membaik.

*Stay save and healthy*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun