Mohon tunggu...
dhesy dwi
dhesy dwi Mohon Tunggu... Aktor - mahasiswa

saya lebih suka membaca dan menulis tanpa mengurangi waktu tidur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meniti Alur Terbaik dalam Transformasi Kurikulum

30 April 2024   09:26 Diperbarui: 30 April 2024   09:36 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Zona nyaman merupakan benteng terkuat yang aman dari segala mara bahaya. Sebagaimana halnya peserta didik di Indonesia yang lebih suka duduk bersedekap menghadap depan. Seolah-olah menjadi robot yang siap mematuhi setiap perintah, mulai dari "Keluarkan buku! " "Catat halaman 15!" "Hafalkan" Hingga "Perhatikan ibu guru yang di depan!".

Selain itu, Guru berperan sebagai remote control bagi robot berakal atau peserta didik tersebut. Tidak hanya mengoperasikan mereka tetapi juga menjejal mereka dengan materi pembelajaran dengan metode ceramah. Meskipun demikian, keberhasilan peserta didik mencapai cita-cita mereka menunjukkan bahwa upaya guru tidak sia sia..

Dibawah naungan seorang Nadiem Makarim yang menjabat sebagai kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikhud) dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah kepemimpinan presiden Joko Widodo dari oktobr 2019 sampai dengan awal tahun ini, terjadi banyak tranformasi pendidikan dengan fokus pada pengembangan kurikulum, termasuk konsep kurikulum merdeka.

Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Nadiem Makarim pada paparannya, perubahan dari Kurikulum 2013 (K-13) menjadi Kurikulum Merdeka Belajar adalah untuk memberikan lebih banyak kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan jalannya pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan potensi masing-masing. Ia juga ingin merespons tuntutan zaman dengan memperkenalkan pendekatan yang lebih dinamis dan fleksibel dalam pendidikan.

Perubahan atau pengembangan kurikulum yang ditetapkan Nadiem Makarim menjadi perubahan ke arah yang baik. Dengan banyaknya peserta didik yang mulai bangkit dari zona nya hingga berani terjun dalam Perseriak organisasi, keolahragaan, ataupun berani berkompetisi dengan sehat. Menjadikan perubahan ini harus kita acungi jempol.

Kurikulum Merdeka Belajar merupakan inisiatif terbaru dalam pendidikan di Indonesia yang diperkenalkan pada tahun 2020. Ini adalah bagian dari upaya reformasi pendidikan untuk meningkatkan relevansi kurikulum dengan tuntutan zaman serta memberikan lebih banyak kebebasan kepada peserta didik dalam memilih mata pelajaran dan metode pembelajaran yang sesuai dengan minat dan potensi mereka. Kurikulum Merdeka Belajar menekankan pada pembelajaran berbasis kompetensi, penguatan literasi, numerasi, dan kecakapan hidup, serta penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Ini juga mengedepankan pengembangan karakter dan nilai-nilai luhur bagi peserta didik.

Namun siapa sangka., kurikulum yang digadang-gadang menjadi jalan alternatif pendidikan ternyata menjadi presurre atau tekanan bagi peserta didik menuju sumber daya manusia maju, berubah menjadi momok terbesar bagi rakyat yang menjalankan kurikulum tersebut.

Beberapa tantangan dalam menjalankan kurikulum merdeka tersebut

  • Sebagai guru diharuskan menyelesaikan administrasi sebelum, saat, dan pasca pembelajaran.
  • Administrasi yang memiliki banyak elemen-elemen menjadikan guru repot terhadap administrasi tersebut. Dengan begitu, jangan salahkan batang ketika daun dimakan ulat. Guru yang menitikberatkan pada administrasi akan lupa kewajiban dalam mendampingi peserta didik.
  • Sarana prasarana yang tersedia dalam lembaga sekolah belum terfasilitasi.
  • Banyak biaya dikeluarkan untuk pelaksanaan kurikulum. Sebelum menginjak kurikulum merdeka, Lembaga sekolah disibukkan dengan buku pegangan siswa harus berubah karena transformasi ktsp menjadi k-13. Dan perhari ini. Lembaga sekolah harus menyediakan sarpras yang memadai  dengan adanya kurikulum merdeka.
  • Ketidaksiapan guru, murid, dan orang tua.
  • Dalam kurikulum merdeka, 3 aspek tersebut sangat berhubungan. Dikarenakan antar guru dan wali harus satu frekuensi dan satu tujuan dalam mendidik, mengawasi, dan mensupport anak.
  • Slogan yang meresahkan
  • "Murid pintar akan semakin pintar"
  • "Murid bodoh akan selamanya bodoh"

  • Dengan beberapa tantangan tersebut, perjalanan pendidikan Indonesia agar dapat menciptakan Sumber Daya Manusia yang maju menjadi terhambat. semoga terdapat pembaharuan yang dapat meringkankan semua kalangan dan terdapat keluaran yang berkualitas pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun