Mohon tunggu...
Dhesy Ak
Dhesy Ak Mohon Tunggu... -

seorang pembelajar. pemilik blog www.catatan.seoranganang.com\r\ndan web info beasiswa updated http://www.full-scholarships.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Share Event : Daurah Nasional Pendidikan Islam Oleh PIMPIM dan INSISTS

1 Februari 2012   13:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:11 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Daurah Nasional Pendidikan Islam. Banyak kalangan menganggap persoalan terbesar saat ini ialah kekalahan politik. Pun di kalangan kaum muslimin. Kemunduran Ummat saat ini seringkali ditengarai disebabkan oleh kekalahan politik. Maka penyelesaian yang ditawarkan pun tak jauh dari perkara merebut atau mengurusi politik. Lain halnya dengan seorang pemikir Islam abad ini, Syed Muhammad Naquib Al-Attas, beliau menyatakan bahwa kemunduran ummat ini, perkara utamanya, bukanlah persoalan kekalahan di gelanggang kekuasaan. Kemunduran Ummat sekarang ini disebabkan karena menyelempangnya ilmu yang dengan demikian menyebabkan ketiadaan adab. Pandangan beliau tentang ketiadaan adab dan kerusakan ilmu itu sebagai berikut: 1. Kebingungan dan kekeliruan persepsi mengenai ilmu pengetahuan, yang selanjutnya menciptakan: 2. Ketiadaan adab dalam masyarakat. Akibat yang timbul dari butir pertama dan kedua adalah: 3. Munculnya pemimpin yang bukan saja tidak layak memimpin ummat, melainkan juga tidak memiliki akhlak yang luhur dan kapasitas intelektual dan spiritual mecukupi, yang sangat diperlukan dalam kepemimpinan Islam. Mereka akan mempertahankan kondisi yang disebut dalam butir pertama di atas dan akan terus mengontrol permaslahan-permasalahan sosial-kemasyarakatan melalui tangan para pemimpin lain yang berwatak sama dengan mereka dan mendominasi berbagai sektor kehidupan. Gambaran kemunduran Ummat di atas sesungguhnya mencakup seluruh persoalan. Termasuk kemunduran atau kekalahan Ummat Islam di ranah politik. Inti dari kekalahan politik kita ialah ketiadaan adab para politisi dan masyarakat. Dan ketidakberadaban dalam berpolitik itu disebabkan oleh ketiadaan, kekurangan, atau kerusakan ilmu politik yang ada sekarang ini. Hal yang sama terjadi pula dalam bidang lainnya. Ekonomi yang rusak, hukum yang tak tegak, kebudayaan yang acak-acakan, dan berbagai persoalan lain berakar pangkal dari ketiadaan adab dan kerusakan ilmu. Maka jalan keluar untuk mengatasi persoalan ketidakberadaban ini ialah dengan menanamkan adab kepada individu-individu Muslim. Sebelum kita membahas proses pemberadaban tersebut, ada baiknya kita melihat makna adab itu sendiri. Al Attas mendefinisikan adab sebagai: ..disiplin tubuh, jiwa, dan ruh; disiplin yang menegaskan pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan kemampuan dan potensi jasmaniah, intelektual, dan ruhaniah; pengenalan dan pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat (maratib) dan derajatnya (darajah). Adab ialah tindakan yang benar (right), bersemi dari disiplin diri. Hal ini haruslah dibangun di atas pengetahuan yang bersumber pada kebijaksanaan. Untuk memahami adab, dibutuhkan pemahaman mengenai makna dan ilmu. Al-Attas mendefinisikan ‘makna’ sebagai pengenalan yang benar atas tempat segala sesuatu dalam sebuah sistem. Tempat yang benar segala sesuatu ini tampak jelas ketika sesuatu itu berhubungan dengan sesuatu yang lain dalam sebuah sistem. ‘Sistem’ di sini merujuk kepada sistem konseptual Qur’ani yaitu the Worldview of Islam (Pandangan Alam Islam). Mendidik individu-individu Muslim menjadi manusia yang beradab ialah cara terbaik untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada hari ini. Persoalan politik, ekonomi, hukum, kebudayan, tentu pula harus diselesaikan. Akan tetapi menyelesaikan persoalan di tingkat pucuk tidak lah akan berarti jika akar pohon itu telah busuk. Secara ideal, proses pemberadaban sesungguhnya dapat terjadi dalam sebuah lembaga pendidikan yang program dan kurikulumnya telah disusun sedemikian rupa. Sebuah lembaga pendidikan paripurna yang melandaskan diri pada pandangan alam Islam (the worldview of Islam). Akan tetapi sekarang ini ummat Islam belum memiliki lembaga separipurna demikian. Dan meminta yang tidak ada ialah perbuatan yang tak berguna. Di kalangan mahasiswa Islam, menggagas sebuah arus baru yang lebih menekankan pada peningkatan kualitas diri dan budaya ilmu (the culture of learning) adalah sesuatu yang mesti sekaligus mungkin untuk dilakukan. Peningkatan kualitas diri yang dimaksud ialah perubahan cara pandang dan memperdalam pemahaman menganai Islam. Atau secara sederhana dapat disimpulkan dengan memahami pandangan alam Islam (the worldview of Islam) sesuai dengan kemampuan. Tujuan paling paripurna tentulah menjadi manusia yang beradab. Secara praktis, gerakan semacam ini tentu tidak memerlukan puluhan atau ratusan orang. Alangkah baiknya jika di setiap universitas ada sekelompok mahasiswa yang setiap hari berkumpul untuk membicarakan berbagai persoalan secara sungguh-sungguh berdasarkan sumber yang otoritatif; membaca buku-buku utama dengan baik; menerbitkan bahan bacaan sederhana namun bermutu; meningkatkan disiplin spiritual; dan kemudian membangun tradisi ilmiah. Sekali pun tidak akan berpengaruh secara langsung terhadap kejadian-kejadian kontemporer, kelompok semacam ini diharapkan membawa gairah keilmuan bagi mahasiswa lain, satu budaya ilmu yang dicanangkan oleh Islam sejak permulaan turunnya Wahyu. Tentu saja sikap-sikap positif diharapkan lahir dari kelompok ini. Tujuan yang lebih besar tentu saja lahirnya tradisi ilmiyah berlandaskan pandangan alam Islam. Manusia-manusia semacam ini tentulah mengetahui tugasnya dalam situasi yang ia hadapi. Ia tidak akan mengeluh dengan apa yang terjadi tetapi menghadapinya dengan tepat sesuai kemampuannya. Ia tidak akan meminta apa yang tidak ada tetapi memperjuangkannya. Dan ia tidak akan letih saling mengingatkan antar sesama muslim tanpa memperhatikan apa golongannya. Berkaitan dengan hal di atas, kami yang tergabung dalam PIMPIN (Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan) bekerjasama dengan para peneliti INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations) bermaksud mengadakan Daurah Pendidikan Islam. Dauroh ini sebagai pengantar bagi mahasiswa dari berbagai universitas yang ingin memahami lebih dalam tentang keilmuan Islam. Gagasan-gagasan kunci dalam Pandangan Hidup Islam seperti konsep Tuhan, konsep agama, konsep wahyu dan kenabian, konsep manusia dan konsep ilmu akan dipaparkan secara komprehensif. Selain itu, studi komparatif antara pandangan hidup Islam dan pandangan hidup agama-agama/ peradaban lain juga akan dijelaskan. Materi daurah: Materi I : Kebangkitan Ummat dan Masalah Kekacauan dan Kerusakan Ilmu dan Pendidikan Materi II : Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer Materi III : Pendidikan Islam, Filosofi dan Praktiknya Materi IV : Worldview Islam Sebagai Asas Pendidikan Islam Materi V : Bedah Buku “Haakadza Jilu Shalahiddin wa haakadza ‘aadat Al-Quds) www.daurahnasional-pimpin.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun