Tantangan Bonus Demokrasi dalam Meningkatkan Stabilitas Pangan di Indonesia
Indonesia akan diprediksi mengalami masa bonus demokrasi pada tahun 2020-2030.
Bonus demokrasi ditandai dengan peningkatan jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk non produktif) berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun. Indonesia bisa mengambil peluang dari dari bonus demokrasi ini akan tetapi perlu adanya peningkatan kualitas dari segi pendidikan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibarengi dengan tersedianya lapangan pekerjaan. Dalam hal ini, perlu pemahaman bahwa penduduk tidak hanya sebatas kuantitas tetapi juga berpengaruh terhadap aktivitas pembangunan dengan kesejahteraan.
Jumlah usia produktif yang lebih banyak berpotensi lebih cepat untuk untuk meningkatkan kegiatan ekonomi, industri, bisnis dan usaha sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Pada tahun yang diduga mengalami masa demokrasi perlu dilakukan pengelolaan yang tepat untuk meningkatkan kemajuan negara dan perkembangan masyarakat yang lebih baik. Banyak negara lain yang telah terbukti sukses memaksimalkan peluang bonus demografi di negaranya, seperti Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan negara-negara lainnya. Meskipun demikian, tetap saja masih ada negara yang gagal memaksimalkan keadaan bonus demografi yang dimiliki negaranya.
Kesadaran akan bonus demografi dapat menciptakan perubahan dan kemajuan. Hal ini akan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apabila dalam menghadapi bonus demografi tidak dipersiapkan dengan baik, maka manfaat yang diperoleh menjadi tidak maksimal. Dalam hal ini, perlu kebijakan dari pemerintah dalam mempersiapkan sumber daya manusianya dalam menghadapi bonus demografi. Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan fokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat sistem pendidikan dan pelatihan vokasional, serta mendorong kolaborasi antara sektor swasta dan publik untuk menciptakan peluang kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini akan memastikan bahwa tenaga kerja yang tersedia siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dalam era bonus demografi.
Pemerintah dapat melakukan berbagai kebijakan untuk menghadapi masa bonus demokrasi ini. Bonus demokrasi dapat menimbulkan bahaya apabila tidak diiringi dengan pembangunan pengetahuan, ekonomi dan sosial. Peningkatan kualitas pendidikan mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, termasuk keterampilan teknologi dan bahasa asing. Dalam bidang pengetahuan, adanya pemerataan pendidikan dapat dilakukan dengan meningkatkan fasilitas pendidikan. Selain itu, perbaikan akses pendidikan pada penduduk di daerah pelosok dan pembangunan infrastruktur lainnya perlu menjadi perhatian pemerintah. Pemberian materi yang mencangkup ilmu dan wawasan kependudukan. Edukasi literasi literasi keuangan dan digital juga perlu dilakukan untuk mengajarkan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi dan mengelola keuangan dengan baik,
 sehingga dapat berpartisipasi dalam ekonomi digital.
Pada masa bonus demokrasi, sektor ekonomi perlu ditingkatkan dengan melakukan beberapa perbaikan. Apabila bonus demokrasi dimanfaatkan dengan maksimal dapat meningkatkan produktivitas di bidang ekonomi. Namun, seiring berkembangnya zaman minat generasi mudah terhadap bidang ekonomi terutama pada pangan mengalami penurunan. Dalam menghadapi bonus demokrasi ini diperlukan peningkatan dan kesadaran generasi muda akan pentingnya pemanfaatan pangan untuk masa depan. Selain itu, penciptaan lapangan kerja berkualitas perlu dilakukan untuk mendorong investasi dalam sektor manufaktur, teknologi, dan jasa untuk menyerap tenaga kerja usia produktif. Pemberdayaan UMKM juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan, pendanaan, dan kemudahan akses pasar kepada pelaku usaha kecil dan menengah. Selain itu, diversifikasi ekonomi lokal dapat dilakukan untuk mendorong pengembangan sektor ekonomi berbasis potensi lokal, seperti agribisnis atau pariwisata.
Sektor pangan masih memiliki posisi yang penting di Indonesia dalam mendorong pencapaian pembangunan nasional yang memiliki pengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Penurunan ekonomi agraris di Indonesia menyebabkan turunnya tingkat produktivitas. Akibatnya, untuk beberapa komoditas pangan utama seperti beras dan kedelai, Indonesia harus mengandalkan impor dari luar negeri. Kondisi ini dapat mempengaruhi ketahanan pangan nasional dan meningkatkan ketergantungan terhadap pasar internasional. Di mana negara Indonesia tidak mampu untuk memenuhi pangannya sendiri, membuat Indonesia belum layak untuk menjadi negara agraris yang swasembada pangan. Hal ini mencerminkan perlunya perbaikan dalam sektor pertanian, termasuk modernisasi teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan kebijakan yang mendukung keberlanjutan produksi pangan lokal.
Generasi Z merupakan kelompok masyarakat yang saat ini paling mendominasi pada angkatan kerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa bonus demografi terjadi pada Generasi Z. Namun permasalahannya terdapat kebiasaan generasi Z yang cenderung berbeda dengan generasi sebelumnya dan juga berdampak pada aktivitas ekonomi yang harus dilakukan. Generasi Z merupakan generasi yang tumbuh bersama perkembangan teknologi internet dan smartphone sebagai penunjangnya. Terdapat berbagai aktivitas dan kebiasaan yang cenderung berbeda dengan generasi sebelumnya, seperti preferensi terhadap fleksibilitas kerja, kecenderungan untuk berwirausaha digital, dan gaya hidup yang lebih terhubung dengan tren global serta teknologi. Hal ini mempengaruhi pola konsumsi, pilihan karier, dan cara mereka berinteraksi dengan pasar kerja serta ekonomi secara keseluruhan.
Masalah perbedaan generasi pada Generasi Z dapat memunculkan rasa enggan bekerja dan harapan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan sesuai kemampuan. Generasi Z memiliki minat besar terhadap wirausaha. Sebagian besar lebih tertarik membangun bisnis sendiri dengan motivasi seperti kemandirian finansial, eksplorasi kreativitas, dan menciptakan dampak sosial. Namun, kurangnya pengalaman, akses modal, dan ketahanan menghadapi risiko menjadi tantangan yang harus diatasi untuk mengoptimalkan potensi wirausaha mereka.
Bonus demografi yang terjadi di Indonesia menghadirkan peluang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, bonus demografi juga menimbulkan tantangan, khususnya dalam memastikan stabilitas pangan bagi populasi yang terus berkemban. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan populasi produktif dan kapasitas produksi pangan dapat mempengaruhi ketahanan pangan nasional, terutama jika tidak ada upaya serius untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi ketergantungan pada impor. Generasi muda, terutama Generasi Z, cenderung kurang berminat untuk bekerja di sektor pertanian. Mereka lebih tertarik pada bidang yang dianggap lebih modern dan berorientasi teknologi, sehingga regenerasi petani terhambat dan produktivitas pertanian menurun. Jika tren ini terus berlanjut, potensi krisis tenaga kerja di sektor pertanian akan semakin besar, yang dapat mengancam stabilitas produksi pangan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah inovatif untuk menarik minat generasi muda, seperti integrasi teknologi digital dalam pertanian dan penyediaan insentif ekonomi yang menarik.
Perubahan iklim menyebabkan cuaca yang tidak menentu, mengancam hasil panen, dan meningkatkan risiko gagal panen. Bencana alam seperti banjir dan kekeringan juga langsung memengaruhi produksi pangan. Fluktuasi suhu dan pola curah hujan yang tidak stabil merusak kualitas tanah dan memperpanjang masa tanam, yang dapat mengurangi hasil panen. Akibatnya, pasokan pangan dalam negeri terganggu, meningkatkan ketergantungan pada impor untuk memenuhi kebutuhan domestik. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya adaptasi pertanian dengan teknologi ramah lingkungan, serta kebijakan yang mendukung keberlanjutan produksi pangan lokal dan mitigasi risiko perubahan iklim. Dengan demikian, bonus demokrasi dapat memberikan manfaat apabila dapat tantangan dapat dimanfaatkan sebagai peluang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H