Mohon tunggu...
Dhenok Pratiwi
Dhenok Pratiwi Mohon Tunggu... -

Babi Tidak Bisa Melihat Langit.\r\n\r\nFollow me on @dhenokpratiwi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

The Changer (Change Ranger)

9 Juli 2013   14:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:48 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kenapa kamu tertarik bekerja di Change.org?” Cetus Usman Hamid, seorang aktivis HAM yang juga campaign director Change.org, saat interview.

Pertanyaan bernada-nada seperti itu wajar diajukan oleh tiap employer saat wawancara kerja. Saya kiranya sudah merekam jawaban-jawaban apa yang harus saya sampaikan ketika pertanyaan seperti itu muncul.

Namun mendadak saya ingat mengapa saya mengirimkan aplikasi untuk lembaga ini, bukannya menetap di salah satu perusahaan minyak di kota kelahiran saya. Keputusan yang sulit, meninggalkan keluarga yang sebelumnya sudah sering saya tinggalkan akibat keinginan egois saya, melepas kenyamanan di kota tanpa macet, tanpa banjir, tanpa orang-orang yang acuh, juga mengucapkan perpisahan pada teman-teman yang sudah saya anggap seperti keluarga sendiri. Hingga kini, saya masih berspekulasi apakah keputusan ini benar ataukah hanya salah satu hal bodoh yang saya lakukan.

Bekerja di perusahaan swasta, setelah sebelumnya asyik-masyuk berpetualang ke tempat-tempat yang bahkan tak pernah ada di mimpi terliar saya, menyisakan ruang kosong yang tak penuh juga walau saya telah mengisinya dengan beragam aktivitas. Rasanya seperti berpisah dengan cinta pertama yang menggelegak, dan menjalin hubungan dengan pria mapan nan stabil hidupnya. Saya hidup dalam kanopi yang melindungi saya dari matahari, aman tapi sulit bertumbuh.

Saya merasa harusnya saya ditakdirkan bukan untuk menjalani hidup semacam ini. Karena jika iya, mengapa semuanya terasa tak benar. Saya selalu gelisah, bahkan jika tak ada sesuatu yang patut dirisaukan. Keputusan untuk kembali lari begitu menggoda. Tapi kenyamanan sungguh sulit ditinggal. Lima bulan saya bertahan hidup di kultur korporat. Hanya lima bulan.

Kau tahu, kadang alasan kita membuat perubahan datang dari hal-hal remeh, tapi seperti tumor yang makin lama makin menggerogoti menjadi kanker. Kesempatan untuk membuat perubahan pun bisa dari pertanda-pertanda dari sesuatu yang kasual, biasa saja. Konsep perubahan dibenak saya sudah berubah, manakala saya melihat post lowongan pekerjaan melalui twitter. Hanya dengan satu post itu saja, bisa membuat saya menata ulang tujuan hidup dan rencana-rencana saya kelak. Sebuncah semangat yang berbeda menyertai saya yang sedang menyiapkan aplikasi lamaran. Saya tahu, ada sesuatu yang lain menunggu saya.. Entah apa, tapi yang pasti bukan apa yang harus saya hadapi sekarang ini. Masih menyisakan sedikit bimbang, saya melangkah ke arah perubahan.

Untuk pertanyaan Usman Hamid, saya tidak menjawabnya klise atau seperti yang telah dipedomankan buku sukses mencari kerja yang telah mengantarkan saya bekerja di tempat-tempat ‘keren’.

Change. Karena change-nya.”

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun