Mohon tunggu...
Dhena Aldhalia
Dhena Aldhalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan 2019 Universitas Lambung Mangkurat

TMI: MBTI aku INTJ, tidak terlalu suka keramaian, dan suka baca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Literasi Digital: Kekerasan dalam Media Sosial "Bedah Film Pendek: Dua Detik"

19 November 2022   08:00 Diperbarui: 19 November 2022   08:07 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama setelah nonton film (Dok. pribadi)

Kebhinnekaan 10 Modul Nusantara Universitas Jember

          Kegiatan Kebhinnekaan yang ke 10 minggu ini dilakukan di salah satu kelas yang ada di Fakultas Pertanian Universitas Jember dengan agenda yakni melakukan bedah film dengan tema kekerasan. Sedikit penggambaran terkait film yang berjudul "Dua Detik" ini menceritakan seorang perempuan yang memiliki profesi sebagai model sehingga aktif menggunakan media sosial untuk mengunggah foto-foto di akunnya, akan tetapi tidak semua orang merespon positif dengan unggahannya tersebut, bahkan setiap kali unggahan pasti ada saja terdapat komentar negatif yang membuatnya tertekan, stress hingga depresi.

          Melihat kondisi saat ini dimana kehidupan kita tidak terlepas dengan kehidupan media sosial, menggunakannya dengan berbagai tujuan, ada dimanfaatkan untuk lahan pekerjaan, sarana promosi atau hanya sebagai arsip untuk mengenang setiap momen yang dirasakan. Akan tetapi, dengan kebebasan dunia maya tanpa tatap muka membuat kebanyakan orang menyalahgunakan hal tersebut dengan mengomentari unggahan seseorang tanpa tutur perkataan yang baik bahkan berujung perundungan, seperti perkataan "gemuk banget", "cantiknya pakai filter", dan lainnya.

          Komentar-komentar yang kita anggap sepele bahkan hanya sebagai guyonan itu memiliki makna lain bagi yang menerimanya, tidak semua orang dapat menerima dengan mudah bahkan menganggap komentar kita hanya sebagai cuitan biasa, beberapa orag menganggap hal tersebut serius hingga menekan mereka mengikuti komentar tersebut seperti komentar mengatakan gemuk membuat seseorang harus berjuang diet ekstrim yang malah membuatnya sakit atau wajah kusam yang membuat sebagian orang melakukan cara ekstrim agar bisa memenuhi apa yang komentar tujukan pada mereka.

          Mengingat kita memasuki dunia digital, seharusnya setiap individu memiliki pemahaman terkait literasi digital dimana terdapat aturan (rule) serta norma yang harus diterapkan ketika ingin menggunakan sosial media. Harus diterapkannya hukuman (punishment) yang menjerat bagi siapa pun yang melakukan tindak melanggar aturan agar tidak banyak korban yang harus menderita akibat kebebasan bersosial media tanpa tata penggunaan media sosial dengan baik.

          Beberapa kasus yang dialami seseorang akibat media sosial banyak terjadi pada artis korea yang berujung mengakhiri hidup mereka karena terlalu sering mendapatkan komentar buruk dan ujaran kebencian yang dengan mudahnya dilontarkan seseorang yang bahkan tidak mengetahui pribadi yang dibicarakan tersebut. Tidak hanya seorang selebritas yang memang berhadapan dengan massa, masyarakat biasa pun sering mendapatkan hal serupa oleh pengikut media sosial yang tidak pernah dijumpai.

          Media sosial saat ini dijadikan sebagai ajang membuang kekesalan dengan memojokan serta melontarkan kekesalan pada orang lain tanpa memikirkan konsekuensinya serta pengaruhnya terhadap seseorang yang kita komentari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun