Jember, Sabtu, 15 Oktober 2022
Kegiatan lainnya yang aku lakukan as Mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Inbound Universitas Jember di setiap weekend atau di saat Modul Nusantara ialah mengunjungi serta berkeliling Masjid Cheng Hoo Jember serta ke Gereja Santo Yusup dengan agenda Kebhinnekaan 8.
Setelah selesai belajar membatik tulis di Batik Karimata, pukul 11 kali kelompok 7 memutuskan untuk makan siang di alun-alun Jember sekalian menikmati suasana ramai masyarakat Jember yang menikmati acara yang diselenggarakan di alun-alun. Setelah makan, kami melanjutkan agenda hari ini, yakni Kebhinnekaan 8 dengan mengunjungi Masjid Cheng Hoo dan berkeliling ke Gereja Santo Yusup Jember.
Masjid Cheng Hoo atau nama lengkapnya ialah Masjid Muhammad Cheng Hoo merupakan salah satu masjid yang unik di Jember dikarenakan masjid ini memiliki nuansa budaya masyarakat Tionghoa. Masjid yang lebih dikenal dengan nama Masjid Cheng Hoo ini memiliki arsitektur tiongkok yang dominan dengan warna merah, kuning serta hijau lengkap dengan ornamen khas budaya etnis Tionghoa yakni nuansa Klenteng.
Penamaan masjid ini tidak terlepas dari tokoh ternama keturunan Tionghoa Indonesia, yakni Muhammad Cheng Hoo atau laksamana H. Zheng He atau Ma Zheng He seorang yang keturunan Islam. Laksamana Cheng Hoo merupakan seorang muslim yang melakukan ekspedisi perdagangan dan sering melalui Indonesia, khsuusnya Pulau Jawa. Laksamana Cheng Hoo dengan timnya sering membangun musholla ataupun masjid di tempat yang mereka singgahi.
Masjid Cheng Hoo Jember menjadi 8 masjid Cheng Hoo yang ada di Indonesia yang diresmikan pada 13 September 2015 oleh MZA Djalal, Bupati Jember serta dihadiri juga oleh Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Hal lainnya yang khas dari arsitektur masjid Cheng Hoo yang ada di Jember ialah bagian utama dari bangunan masjid dibangun dengan ukuran 11 x 9 meter dengan nilai filosofi ialah angka 11 merupakan ukuran Ka'bah saat dibangun dan angka 9 melambangkan Wali Songo. Masjid Cheng Hoo termasuk ke dalam wisata religi Jember.
Setelah mengunjungi Masjid Cheng Hoo, kami melanjutkan perjalanan menuju wisata religi lainnya yang ada di Jember, yakni Gereja Santo Yusup. Gereja Santo Yusup merupakah Gereja Katolik yang terletak di Jalan Kartini 26 Jember. Gereja Santo Yusup dibangun oleh orang Eropa, yakni De Eerste Steen Van Deze Kerk Werd Gelegd pada 17 Den Juli Tahun 1927. Gereja Katolik Santo Yusup mengalami beberapa kali renovasi, yang pertama pada tahun 1974, renovasi kedua pada tahun 1990 dan renovasi ketiga pada tahun 2017.
Kami diajak berkeliling oleh Romo Albertus (Romo Rekan yang tugasnya membantu Romo Kepala) melihat-lihat bagaimana bagungan Gereja Katolik tertua yang ada di Jember. Kami juga diperlihatkan ke ruangan tempat lonceng, dan saat kami diperjalanan menuju Gereja tadi kami mendengar bunyi Gereja. Romo Albertus mengatakan bahwa pembunyian lonceng menandakan bahwa masuk waktu untuk beribadah.
Setelah diajak melihat lonceng besar, kami diajak naik ke atas tempat dimana biasanya digunakan untuk paduan suara. Jika tidak menggunakan pengeras suara, maka bernyanyi di atas tempat khusus tersebut seluruh ruangan suaranya akan bergema. Setelahnya kami diajak ke depan dan Romo memberikan beberapa penjelasan bagaimana lukisan kaca yang merupakan penggambaran perjalanan Tuhan mereka yang digunakan sebagai gambaran bagi mereka untuk mengingat kembali kisahnya selama beribadah.