Mohon tunggu...
Dhena Aldhalia
Dhena Aldhalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan 2019 Universitas Lambung Mangkurat

TMI: MBTI aku INTJ, tidak terlalu suka keramaian, dan suka baca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi Desa Wisata Membangkitkan Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember

3 Oktober 2022   11:46 Diperbarui: 3 Oktober 2022   12:20 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama Pengelola Desa Kemiri/dokpri

Inovasi sebagaimana di definisikan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) tahun 2014 disebutkan sebagai suatu proses memikirkan dan mengimplementasikan suatu gagasan yang memiliki unsur kebaharuan (novelty) dan kemanfaatan (expediency). Ketika membicarakan terkait sebuah inovasi, apakah inovasi tersebut harus sesuatu yang besar?

Menurut kalian bagaimana tanggapan terkait inovasi yang tidak hanya mengandung unsur kebaharuan akan tetapi juga besar?

Pada kenyataannya, inovasi tidak harus besar? Kenapa, karena bisa saja inovasi besar akan tetapi dampak yang ditimbulkannya besar karena kata kunci dari inovasi sebagaimana dari pengertian sebelumnya ialah kebaharuan dan kebermanfaatan (memiliki dampak) ketika dijalankan. Sehingga ketika inovasi yang dikeluarkan besar akan tetapi tidak menimbulkan dampak yang besar, maka inovasi tersebut dapat dikatakan tidak efisien dan efektif.

 Inovasi yang dapat dilakukan terbagi menjadi 8 (delapan) area, yakni produk, konsep, metode, proses, hubungan, teknologi, sumber daya manusia dan struktur organisasi.

Pada kesempatan Modul Nusantara, Kebhinnekaan 5 yang dilakukan oleh kelompok 7 Mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Inbound Universitas Jember, kami melakukan kunjungan ke salah satu desa yang berhasil mengembangkan potensi desa melalui inovasi desa wisata, yakni Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Jawa Timur. 

Sebelum seperti sekarang dikenal sebagai desa wisata, Desa Kemiri sudah terkenal sebagai salah satu desa yang memiliki potensi sebagai produsen kopi Jember karena letaknya yang berada di wilayah Gunung Argopuro. Topografi Desa Kemiri yang merupakan dominan pegunungan membuat rata-rata penduduknya merupakan petani ataupun buruh tani maupun buruh perkebunan.

Potensi hasil perkebunan berupa kopi yang memiliki nilai ekonomi tinggi masih belum mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat desa, terlebih ketika pada tahun 2006 sebuah peristiwa yang melanda Desa Kemiri membuat desa tersebut harus menata kembali kehidupan mereka. Pada tahun 2006, Desa Kemiri sempat dilanda banjir bandang yang hingga saat ini masih meninggalkan bekas yang mendalam bagi masyarakat Desa Kemiri. Tidak hanya berdampak pada pemukiman, akan tetapi juga kehidupan perekonomian masyarakat yang dominan sebagai petani dan buruh tani.

15 tahun sudah berlalu, Desa Kemiri sekarang telah memiliki wajah baru sebagai Desa Wisata berkat inovasi yang dilakukan oleh pemuda desa, gotong royong masyarakat serta partisipasi komunitas pemberdaya masyarakat. Inovasi yang diangkat oleh pemuda desa merupakan inovasi yang termasuk ke dalam area konsep. 

Desa Kemiri yang mulanya hanya dikenal dan dipandang dengan simpati sebagai desa yang pernah mengalami peristiwa bencana alam serta kondisi masyarakat yang terkurung dalam keterpurukan hal tersebut membuat para pemuda dengan semangat, kegigihan dan tekad yang kuat untuk mengubah desa dengan membawa konsep perekonomian kretif dan sekarang dikenalah dengan Desa Wisata.

Desa Wisata Kemiri dikelola langsung oleh pemuda desa dan bekerjasama dengan komunitas pemberdaya masyarakat serta pesantren yang berada di desa. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mas Ilham (pemuda desa) yang merupakan pengelola Desa Wisata Kemiri, saat kami berkujung Desa Kemiri sedang melakukan beberapa perbaikan dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik desa wisata ini.

Kami disambut oleh pihak pengelola Desa Wisata Kemiri dan dibawa ke Cafe Sawah yang merupakan salah satu bagian dari destinasi yang ada di desa tersebut. Menikmati susana persawahan yang asri dan nilai tradisi Jawa yang dimasukan ke dalam konsep bangunannya dapat membawa pengunjung merasakan damainya susanan pedesaan dan menjauhi ramai serta padatnya kehidupan kota. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun