Mohon tunggu...
Dhedi R Ghazali
Dhedi R Ghazali Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Saya hanya seorang penulis yang tidak terkenal.

Saya hanya pembaca yang baik dan penulis yang kurang baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selembar Daun dan Shalawat

9 Maret 2016   08:21 Diperbarui: 9 Maret 2016   08:39 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nampaknya kamu belum paham, Le. Jadi begini. Sekecil apapun amalan seorang hamba, hanya Allah sajalah yang berhak memberikan pahala kepadanya. Seberapa besar pahala yang diberikan pun itu hak mutlak gusti Allah. Jangan sepelekan amalan-amalan kecil. Karena bisa jadi amalan-amalan kecil itu akan memberikan pahala yang besar. Begitu juga jangan sepelekan amalan-amalan yang besar, karena dengan amalan besar itu pula inysaallah Allah akan memberikan pahala yang besar pula. Manusia tidak punya hak untuk menilai juga memberikan penilaian terhadap amalan orang lain.

Toh, yang berhak menilai dan memberikan penilaian terhadap semua mahluk di semesta ini hanya pencipta-Nya, bukan? Bersyukurlah bagi mereka yang diberi kelebihan kekayaan, karena dengan begitu mereka akan lebih mudah dalam bersedekah. Tapi bukankah tak semudah itu bersedekah meski kita banyak harta? Di saat itulah ekkayaan menajdi sebuah ujian yang berat. Begitu juga dengan beruntungnya orang-orang yang diberi banyak ilmu agama oleh-Nya, karena dengan ilmu itu maka dia akan tahu apa yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan. Tapi bukankah untuk mengamalkan ilmu dalam perbuatan dan juga mendakwahkannya adalah hal yang tak mudah? Semua tergantung niat, Le. 

Apapun kebaikan yang kamu lakukan, sekecil apapun itu, asalkan dilandasi karena kecintaan kita kepada Gusti Allah, insyaallah Dia akan memberikan balasan yang baik. Bukankah Allah itu tidak akan mendzalimi umatnya? Jadi, mulai sekarang jangan lagi bertanya apakah amalku sudah banyak kepada orang lain. Justru kamu harus tanyakan pertanyaan itu kepada diri sendiri sebagai motivasi agar lebih banyak beribadah dan beramal. Lakukanah segala sesuatu dengan landasan kecintaan kita kepada Sang Maha Cinta. Semoga Gusti Allah selalu menyertai langkah kita. Aamiin."

Mbah Guru berdiri dan menepuk bahuku. Perlahan Beliau mulai meninggalkanku. Sedangkan aku sendiri masih saja diam. Mencoba memahami kata demi kata yang diberikan olehnya.

Dalam diamku yang benar-benar diam, tanpa disadari sebuah rangkaian kata tertata rapi di kertas yang kupegang.

 

Pada Suatu Ketika

Pada suatu ketika
Aku telah merasa berjalan begitu jauh
Sampai-sampai kaki ini
retak-retak.
Tapi di waktu yang lain
Aku masih merasa
berada di tempat
yang sama.

Waktu yang berdetak
Mengawal jejak-jejak
Satu hilang yang lain menggantikan
Entah hitam
Entah putih
Atau juga abu-abu?
Aku tak benar-benar tahu.

Dan aku mendengar
Daun-daun bershalawat
Angin bertasbih
Laut berdzikir
Juga melihat
barisan semut membuat shaf-shaf
bermunajat.

Suatu ketika...
Aku merasa telah menjadi apa-apa
Tapi di waktu lain
Kurasa aku bukan siapa-siapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun