Salam hangat , salam sejahtera untuk kita semua…
Semoga teman-teman semua dalam keadaan yang luar biasa seperti saya saat ini. Saya bahagia, dan saya berharap banyak orang yang merasakan kebahagiaan yang sederhana ini.
Bahagia? Ya, Bahagia.
Barangkali pada akhir pekan tanggal 5 dan 6 Oktober 2013 kemarin adalah salah satu akhir pekan saya yang terbaik, . Dimana saya merasakan begitu banyak kepeduliaan, begitu banyak perhatian, begitu banyak niat-niat baik terealisasi.
#KerjaBakti @FestivalGIM
Mendengar kata Kerja Bakti, yang ada di benak saya adalah hanya kegiatan bersih-bersih lingkungan. Namun tidak dengan ini, #KerjaBakti disini merupakan salah satu acara dari Indonesia Mengajar, yaitu pada Festival Gerakan Indonesia Mengajar. Dimana kita akan membuat ribuan media pembelajaran untuk 12.000 lebih adik-adik kita di ujung negeri di 126 Sekolah Dasar.
Berawal dari sebuah seminar, apa itu Indonesia Mengajar, adalah yang menjadi dasar untuk mencari lebih tau tentang aksi social di Indonesia ini. Alkhamdulillah, pucuk dicinta ulam tiba.. mungkin peribahasa itu yang dapat mewakili perasaan saya, berkat hubungan keluarga yang baik dalam organisasi yang saya ikuti di Universitas Negeri Jakarta, saya mengenal kakak-kakak hebat yang senantiasa senang berbagi. Maka, sekarang saya bukan hanya bisa mengenal, namun saya bisa mulai turun langsung untuk menjadi salah satu dari bagian acara Indonesia Mengajar.
Di dalam FGIM terdapat 10 kelas, yang kita sebut sebagai ‘wahana’. Kartupedia, melodi ceria, sains berdendang, kemas-kemas sains, surat semangat, teater dongeng, kotak cakrawala, kepingpedia, video profesi dan aula sekolah. Saya menjadi relawan dalam kelas Kemas-Kemas Sains, dan dalam kelas ini relawan #KerjaBakti lebih awal disebut Dewan Guru.
Sekali lagi saya merasa bahagia saya bisa berada di antara teman-teman relawan disini. Saya bergabung menjadi relawan #KerjaBakti lebih kurang sebulan yang lalu. Dan dalam waktu itulah kita melakukan #KerjaBakti lebih awal. Menyiapkan segala sesuatumya dan bahan-bahan untuk membuat alat peraga sains lebih dini.
Kegiatan #KerjaBakti lebih awal.
Anak kecil, besar, muda, tua, malam, siang… semua sama saja. Semua memiliki tujuan yang sama, yaitu mewujudkan harapan menjadi nyata, berbagi dan menggandakan semangatnya.
Di dalam kegiatan ini saya benar-benar merasakan apa itu makna ‘SATU’. Tidak ada yang namanya senior dan junior (sedikit informasi, saya adalah relawan termuda di kelas ini), tidak ada tuntut-menuntut, tidak ada keterpaksaan, tidak ada yang namanya pembeda, dia Direktur, Guru, Kepala Sekolah, Manajer, dll. Disini kami berbagi, saling memberi dan belajar bersama dan dalam kenginan yang sama. Keinginan-keinginan untuk berbuat sesuatu ada tertanam dalam hati kita masing-masing. Dan keinginan tersebut cukup untuk menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu bagi mereka, adik-adik penerus bangsa, apapun caranya.
Alat peraga system pencernaan, pendeteksi banjir, mobil tenaga angin, kompor matahari, papan Armansyah dan katrol sederhana. Itulah alat peraga yang kita buat dalam kelas Kemas-Kemas Sains. Memang terlihat biasa hanya sebatas alat peraga, namun efeknya akan sungguh luar biasa!
Di dalam pelaksanaan #KerjaBakti, lagi-lagi saya dikejutkan oleh hal yang luar biasa. Sebuah totalitas dari para Dewan Guru, tanpa adanya keinginan untuk menyerah dan tanpa adanya keluhan yang keluar. Barangkali ini yang namanya transfer semangat, saya merasakan hal yang sama saat melihat ribuan relawan sangat antusias untuk #KerjaBakti disini.
Dengan jelas saya melihat dengan senangnya sebuah keluarga memotong bahan untuk alat percobaan, seorang nenek di atas kursi rodanya tetap bisa menulis surat semangat, anak kecil yang sangat bahagia mengemas bahan, saat orang-orang berkenalan satu sama lain dan mulai bekerja sama, dan akhirnya Kerja bakti ini melampaui segalanya. Tidak peduli siapa kita, latar belakang kita, yang harus kita lakukan hanyalah bekerja bersama.
Dan akhirnya, teringat kata-kata dari seorang kakak Dewan Guru, saya akan mengingat dan bangga karena menjadi bagian dari orang-orang yang menutup pilihan untuk menyerah pada republik ini. Jadi bagian dari orang-orang yang memberikan lebih dari yang diminta dan dibebankan pada seorang warga negara. Dan kita tidak paham caranya menyerah.
Taufik Ismail dalam puisinya, “Pilihan kita hanyalah JALAN TERUS! Kenapa? Karena Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini”
Kalau bukan kita, siapa lagi?
Usaha dan doa kita semua untuk Pendidikan Indonesia yang lebih baik di masa depan. Aaaammmiinnn.
“Segera Bergerak, Serentak Berbuat”
Jakarta, 7 Oktober 2012
Salam Semangat,
Awalien Dhea Syafitrie
Mahasiswi Manajemen Pendidikan 2012
Universitas Negeri Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H