Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dengan luas sekitar 661, 52 km. Jakarta atau dulu dikenal sebagai Batavia, sejak berabad-abad ditempati oleh beragam etnis dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri. Kehidupan kota Jakarta berubah drastis. Telah terjadi pertumbuhan penduduk secara signifikan yang diakibatkan oleh perpindahan penduduk secara massal (urbanisasi) di Jakarta yang datang dari wilayah luar Jakarta. Para pendatang ini datang ke Jakarta untuk mencari kehidupan yang lebih layak karena Jakarta dianggap sebagai sebuah kota harapan. Merunut  sejarah  kota-kota  modern  di  Asia  Tenggara  (termasuk Jakarta) perkembangan kota dibentuk oleh warisan sejarahnya. Dalam dinamikanya banyak kota terlahir sebagai akibat pusat-pusat politik tradisional seperti istana kerajaan, pusat-pusat perdangangan, pusat kekuasaan administrasi, politik, keamanan, ekonomi dan kebudayaan. Kota jakarta mengalami perkembangan sebagai kota, sejak kekuasaan Belanda, yang kala itu kota dibangun sesuai dengan kepentingan Belanda. Ruang-ruang yang tersedia di Kota Jakarta (Batavia), adalah di daerah berawa-rawa di pinggir dataran aluvial, yang dilintasi beberpa sungai yang membelah kota seperti sungai ciliwung, citarum, cisadane. Perkembangan Jakarta kemudian menjadi semakin menonjol karena kedudukannya sebagai ibukota Negara Indonesia, yang mempunyai corak dan kebudayaan yang majemuk, penuh kontras dan kosompolotitan. Di tengah hiruk-pikuk ibu kota negara DKI JAKARTA tersimpan banyak cagar budaya, salah satunya rumah kediaman Mohammad Hatta.
Bangungan rumah kediaman Mohammad Hatta dibangun pada tahun 1930-an pada saat pengembangan wilayah Menteng dan Gondangdia. Rumah tersebut semula digunakan bagi pejabat maskapai swasta Belanda Eropa. Pada awal pendudukan Jepang pada tahun 1942 dikuasai oleh Jepang dan tepatnya pada tahun 1943 rumah ini diserahkan kepada Mohammad Hatta, mengingat kedudukannya sebagai penasihan pemerintahan pendudukan bala tentara Jepang. Rumah ini merupakan kediaman proklamator kemerdekaan Republik Indonesia dan Wakil Republik Indonesia pertama. Rumah kediaman Mohammad Hatta berdenah persegi panjang dan beratap limasan. Bangunan ini bergaya arsitektur Nieuwe Kunst. Tampak muka bangunan menghadap ke arah Jalan Diponegoro. Terdapat pagar berbahan bata dan besi, serta bagian bawah dihias dengan batu alam. Nampak jendela krepyak berbahan kayu pada tampak muka bangunan.
museum sejarah karena, rumah kediaman Mohammad Hatta memiliki luas kurang lebih 1000 meter yang memiliki dua lantai di dalamnya. Di dalam rumah tersebut, terdapat tiga sekat ruang, sekat pertama adalah diperuntukan untuk ruang kerja Bung Hatta, ruang tamu, dan toilet yang berada di tembok dipasangi lukisan dan biasa disebut Hatta "Cah Angon dan Kerbau", sekat kedua terdapat ruang tidur. Di luar ruangan terdapat beberapa kursi tempo dulu berjajar kiri ke kanan, biasa  digunakan untuk jamuan para tamu Bung Hatta. Kemudian, sekat ketiga menjadi ruang santai, serta ruang makan bung hatta bersama keluarga pada zaman dulu. Selain itu juga terdapat ruang untuk tempat tinggal para asisten rumah tangga, yakin berada di sayap kiri rumah tersebut, atau berada tepat di belakang garasi yang mampu menampung empat mobil. Rumah bergaya arsitektur Indische ini, menjadi saksi sejarah.
Pemanfaatan Rumah kediaman Mohammad Hatta dapat dijadikan sebuah ecomuseum dengan konsep galeri danPenulis merasa bahwa rumah kediaman Mohammad Hatta ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ecomuseum di Jakarta. Ecomuseum yang dibangun juga dapat dijangkau melalui transportasi umum yang telah disediakan oleh pemerintah daerah setempat, melalui pembangunan ecomuseum rumah kediaman Mohammad Hatta di Jakarta ini, dapat dijadikan sebuah objek rekreasi dan edukasi, karena rumah kediaman Mohammad Hatta merupakan mata rantai dalam menelusuri perjalanan hidup Bung Hatta terdapatnya benda-benda dan ruangan-ruangan bersejarah yang menyangkut oleh Mohammad Hatta dalam merencanakan dan mengolah ide, gagasan dan pemikiran dalam menyumbangkan darma baktinya kepada bangsa Indonesia. Dengan adanya ecomuseum ini, masyarakat khususnya warga sekitaran Jakarta akan lebih mengingat perjuangan serta identitas budaya pada daerah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H