Perekonomian Kota Kendari pada tahun 2019 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kota Kendari tahun 2019 mencapai 6.66%, sedangkan pada tahun 2018 sebesar 6.26%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh  Konstruksi dengan kenaikan PDRB sebesar Rp 220.551.
Hal ini menggambarkan bahwa sektor konstruksi di kota kendari merupakan sektor primadona atau leanding sektor di Kota Kendari. Sektor konstruksi, sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor transportasi dan sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kelompok sektornya masing-masing. Â Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa aktivitas perekonomian di Kota Kendari cenderung bersifat homogen.
Dengan kata lain, aktivitas ekonomi di Kota Kendari di dominasi oleh sektor konstruksi, kemudian di susul dengan sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor transportasi dan sektor industri pengolahan. Adanya peningkatan struktur ekonomi Kota Kendari pada sektor konstruksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
- Kota Kendari menjadi pusat pendidikan, pemerintahan, permukiman dan pusat industri dan perdagangan. Hal ini membuat Kota Kendari harus melakukan renovasi terhadap beberapa fasilitas wilayah dan menambahkan beberapa fasilitas wilayah yang baru untuk menarik minat wisatawan lebih banyak lagi.
- Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kota Kendari, membuat pengusaha berlomba-lomba untuk menyediakan jasa real estate (perhotelan) sebagai tempat penginapan, sehingga membuat sektor konstruksi sangat diperlukan. Â
Di Kota Kendari, perkembangan sektor konstruksi terpusat di Kecamatan Mandonga, Kecamatan Kadia, sedangkan perkembangan terendah untuk sektor konstruksi berada di Kecamatan Kendari. Oleh karena itu, lokasi yang tepat untuk pengembangan sektor wilayah industri  yaitu di Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Kadia yang dimana pada kedua daerah tersebut sektor industri, sektor konstruksi, sektor perdagangan dan sektor transportasi mulai berkembang pesat.
Selain adanya pembangunan wilayah yang dilakukan di Kota Kendari, terdapat pula komoditas unggulan yang membantu perekonomian berjalan dengan baik di Kendari diantaranya yakni jambu mete, kakao, lada putih kelapa, sagu dan pinang. Olahan dari jambu mete itu sendiri berbagai macam, mulai dari jambu mete goreng asin/manis, bolu jambu mete, brownies jambu mete, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, disini saya mengambil jambu mete sebagai variabel dalam menilai potensi wilayah dengan Indeks Material (IM).
Diketahui :
- Berat Bahan Baku        : 4Kg/ 4.000gr (Kacang Mete Gelondongan)
- Berat Produk Akhir      : 1Kg/ 1.000gr (Kacang Mete Kupas)
- Hasil <1 Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : Mendekati Konsumen
- Hasil >1 Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : Mendekati Bahan Baku
Rumus :Â Â Â Â IM = Berat Bahan Baku/Berat Produk Akhir
               = 4000/1000
               = 4
Jadi, produksi jambu mete di Kota Kendari berdasarkan hasil analisis Indeks Material memperoleh nilai 4 yang dimana memiliki arti bahwa lokasi industri produk kacang mete harus mendekat pada bahan bakunya yaitu jambu mete, hal ini dikarenakan bahan baku berupa jambu mete tersebut terkadang memiliki hasil yang kurang sempurna/rusak, selain itu volume dan bobot pengangkutan dari produk tersebut pun cukup berat.
Dengan adanya pembangunan dan diketahuinya indeks material dari komoditas unggulan kota kendari, diharapkan agar pembangunan wilayah lebih merata sehingga tidak hanya terpusat di dua kecamatan tersebut. Selain itu, untuk para produsen yang mengelola jambu mete, diharapkan untuk mendekati bahan baku utamanya.