Mohon tunggu...
dheaazahra
dheaazahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka Makeup dan saya juga suka traveling dan shopping

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Harga Cabai Melonjak Tinggi, Pembeli Menurun Drastis

26 November 2024   22:40 Diperbarui: 26 November 2024   23:02 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Baru -- baru ini banyak berita tentang kenaikan bahan pokok. Terjadinya kenaikan harga cabai kini membuat masyarakat menjadi mengeluh akan hal ini, para pedagang ikut terkena imbas yang dimana dagangan mereka ikut sepi karna kenaikan harga ini.
 
"ya saya cuma berharap pembeli kaya biasanya lagi, ramai. Kalo kaya begini kan jadi ngaruh juga ya ke ekonomi pedagang maupun pembeli " ujar bu Sri penjual sayur
 
Kenaikan harga cabai merah yang sangat pesat berkisaran 70 ribu per kilogram, banyaknya warga yang mengeluh akan hal ini karena cabai menjadi salah satu bahan pokok bagi mereka.
 
"Petani, ya kan petani yang menanam dan menjual kepada kami. Jadi kami hanya menerima harga yang diberikan dari petani. Saya juga kaget waduh bisa bisa sepi lagi kalo harga naik. Cuma ya memang sering terjadinya seperti ini" ujar bu Sri
 
"baru- baru ini sekitar semingguan, ko harga cabai jadi naik begini. Kalau seperti ini kan kasian juga untuk masyarakat yang kurang mampu yang memang ingin berbelanja. Seperti beras, minyak, sayur -- sayur yang lainpun naik. Tapi kenaikan pesat jatuh di harga cabai." ujar salah satu masyarakat.
 
Banyaknya tanda tanya dari masyarakat akan hal ini, dengan adanya hal ini banyak masyarakat yang meminta bantuan kepada pemerintah agar kenaikan tidak semakin marak, dan dikasih subsidi bagi masyarakat yang kurang mampu.
 
Pemerintah kota Tangerang Selatan pun turut prihatin akan terjadinya hal ini lagi, besarnya harapan warga atas kenaikan harga tersebut dapat segera menurun dan pihak pemerintah akan segera membantu.
 
"ya mungkin kan memang harga pasar juga melesat tinggi karena harga dari sananya, petani mungkin juga sedang susah memanen dikarenakan cuaca juga yang lagi kurang baik, terjadilah barang yang dijual semakin tinggi juga harganya, kan seperti itu pasti. Subsidi pasti ada tenang saja namun untuk harga penjualan yang memang lagi melonjak memang tidak bisa di pungkiri, ya memang sedang begitu adanya " ujarnya
 
Pasar -- pasar lain pun juga menjual harga bahan pokok yang sama, namun ada beberapa penjual yang memang tetap mempertahankan harga yang tidak berubah dan masih menggunakan harga yang awal.
 
"sempat pindah beli dipasar yang depan, tetap saja harganya sama kisaran beda sedikit saja. Kalau sudah seperti ini kan jadi susah ya. Itu kan kebutuhan pokok jadi sebaiknya lebih diperhatiin untuk orang- orang menengah kebawah. Saya jadi kepikiran juga kalo ini berlangsung lama"
 
Dengan adanya hal ini, para pedagang juga mengurangi omset, pembeli yang menurun dan kadang bisa mendapat kerugian. Namun hal ini tidak bisa dipungkiri karna memang adanya harga yang diturunkan langsung dari petani.

Para pedagang  juga kebingungan menanggapi respon dari masyarakat yang selalu menanyakan hal ini. Mereka hanya mengatakan bahwa harga yang mereka jual itu harga yang turun dari petaninya langsung.
 
" ya bagaimana, saya juga menjual harga ga di lebih- lebihin lagi, harga yang saya kasih itu harga dari yang petani jual." Ujar pedagang.
 
"Harapan saya semoga harga kembali normal karena dampaknya juga ga ke masyarakat doang, tapi ke saya pribadi, ke perekonomian saya pribadi. Semoga semuanya cepat kembali normal lagi biar saya enak, masyarakat juga enak" sambungnya.
 
Banyak harapan dari pedagang dan masyarakat akan hal ini, seperti halnya mereka hanya ingin harga -- harga di pasar kembali normal, bahan pangan yang dikirimkan petani kembali seperti semula dengan harga yang seperti biasa. Masyarkat pun terus -- terusan meminta tolong kepada pemerintah agar semua kembali normal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun